Quiet Firing merupakan suatu tindakan yang tidak profesional dari atasan atau perusahaan. Ini menunjukkan ketidakdewasaan dalam hal kebijaksanaan atau keputusan dari atasan atau perusahaan.
Jika perusahaan ingin karyawan bekerja seoptimal mungkin, mereka seharusnya menyampaikan performa karyawan yang tidak sesuai target secara langsung melalui suatu miting perusahaan. Mereka bisa memberikan data performa secara jelas dan lengkap.
Dari kasus yang disebutkan sebelumnya, kita bisa mengambil beberapa kesimpulan untuk mencegah Quiet Quitting vs Quiet Firing yang menyebabkan toksis baru di dunia kerja.
Bagi karyawan hendaknya:
1. Bekerja dengan sunggu-sungguh, tekun dan bersemangat. Memiliki performa yang dinamis, aktif dan bermutu sewaktu bekerja di tempat kerja.
2. Rajin dan tepat waktu. Tidak keluar jalur dari jobdesc. Jika ingin membantu rekan kerja dan kerja ekstra harus dengan sukarela.
3. Memiliki komunikasi yang baik dengan rekan kerja, ketua tim, supervisor, atasan, dan perusahaan. Sampaikan keluh kesah, usulan dan permintaan secara baik dan profesional.
4. Senantiasa menawarkan diri dalam kesempatan yang ada untuk suatu proyek. Proyek yang dikerjakan dan diselesaikan dengan baik dan benar akan memberikan poin besar di mata perusahaan.
5. Selalu memiliki motivasi yang memotivasi performa kerja. Pasanglah foto diri sendiri, orangtua, pasangan, anak-anak, dan apa saja yang bisa memberikan kita motivasi kerja.
6. Mindfulness. Latih pikiran dan konsentrasi kita agar bisa fokus dengan apa yang kita kerjakan di tempat kerja. Latih mindfulness dengan bermeditasi. Meditasi dengan memperhatikan objek yang netral agar pikiran lebih terkonsentrasi dan tenang. Banyak karyawan di perusahaan besar melakukan hal ini.
7. Selalu bersyukur dan berterima kasih. Lakukan hal tersebut karena kita masih memiliki sumber penghasilan dan kita masih dihargai oleh perusahaan. Banyak di luar sana yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan sulit membiayai hidup karena jobless.