Di sana ada museum yang menceritakan perjalanan seorang Bhiksu Taiwan dalam menyebarkan Dharma di beberapa negara. Banyak miniatur sutra dipajang di dalam etalase yang kalau kita ingin membacanya harus menggunakan kaca pembesar. Ada juga beberapa lukisan dan gambar para Arahat yang dipajang.
Dari lantai satu ke lantai dua, ada satu hall utama yang dihubungkan dengan anak tangga yang lebar dan tinggi. Hall ini terdapat rupang Buddha Amitabha yang menjadi ikonik utama kuil ini.
Mereka yang benar-benar datang mengunjungi kuil untuk beribadat memiliki keyakinan terhadap Buddha Amitabha. Tujuan mereka adalah terlahir di alam sukhavati, yaitu alam murni atau suci di sebelah barat alam semesta.
Sayangnya dari dua ruang utama di setiap lantai dan museum, para pengelola kuil tidak memperbolehkan para pengunjung untuk mengambil video dan foto di sana.
Di lantai dua ini juga tersedia toko cindramata yang digabungkan menjadi satu dengan kafe tempat para pengunjung minum teh dan berbincang-bincang.
Yang tidak kalah menarik adalah restoran buffet di sana. Menunya adalah sayuran, daging tiruan, sup, salad, dan buah-buahan. Sistemnya adalah makan sepuasnya untuk sekali bayar.
Tidak ada yang melayani para pengunjung restoran, jadi para pengunjung mengambil makanan dan minuman sendiri yang tersedia di meja buffet. Begitu selesai makan, kita harus membersihkan meja dan menempatkan piring, mangkuk, utensil, dan gelas bekas di wadah yang tersedia untuk dibawa ke mesin cuci oleh pengurus restoran.