Pagi itu adalah hari Minggu di mana para orang tua saling berkumpul pada acara reuni. Saat itu, mereka masing-masing membawa anak-anak mereka di sebuah taman sebagai titik mereka bertemu.
Setelah mereka bertemu, langsung saja mereka bersapa dan bercerita. Mereka juga membiarkan anak-anak bermain satu sama lainnya.
Tidak lama ketika anak-anak bermain, terdengar suara anak kecil yang menangis keras. Dia adalah Alan, anak kecil berusia enam tahun. Dia senang mencari perhatian dari semua orang.
Alan menangis karena dia jatuh tersungkur pada saat bermain perosotan. Anak-anak lainnya merasa iba dan bertanya apakah dia baik-baik saja.
"Alan, kamu sakit? Yuk duduk dulu disana." seraya mereka menunjuk sebuah kursi dekat Alan terjatuh.
Alan hanya terus menangis dan makin lama makin keras. Lalu orang tua Alan menghampirinya. Dan bertanya.
"Alan, kamu tidak apa-apa? Kamu jatuh?" Sambil mengecek kepala, tangan dan kaki Alan dengan perasaan waswas.
Tetiba Alan tertawa keras dan mengejutkan teman-teman dan orang tuanya.
"Kalian tertipu! Hahaha. Saya hanya pura-pura, padahal saya tidak jatuh sungguhan!"
Orang tua Alan hanya bisa sedikit menggeleng kepala mereka. Apalagi anak-anak di sana merasa tertipu oleh becandaan Alan.
****
Dari peristiwa di atas, banyak orang tua yang memiliki anak yang gemar bercanda dengan berbohong agar mendapatkan perhatian. Mereka suka mengibuli teman-teman bahkan terhadap orang tua mereka.
Jika mereka menjadi seorang yang sering berbohong dengan sengaja, mereka akan dengan mudahnya berbohong terhadap siapa saja. Apakah ketika mereka di rumah, sekolah, di tempat kerja bahkan di tengah-tengah lingkungan di mana pun mereka berada.
Kebohongan anak-anak biasanya dipicu oleh sifat mereka yang masih kanak-kanak. Mereka biasanya sulit membedakan mana yang benar atau mana yang salah. Mereka juga suka mencari perhatian atau bahkan berpikir bahwa dengan berbohong maka semua masalah akan teratasi dan terabaikan.
Maka dari itu, jangan biarkan mereka tumbuh menjadi seorang yang tidak menghargai kejujuran dan menggunakan kebohongan sebagai solusi dari semua masalah yang timbul.
Jangan menganggap ini adalah hal yang sepele. Kalau kita biarkan anak-anak melakukan hal demikian, itu akan menjadi suatu kebiasaan dan akan terbawa hingga mereka dewasa.
Ketika mereka menjadi dewasa dan sering berbohong maka setidaknya ada empat akibat dari berbohong yaitu:
1. Ucapannya tidak dipercaya oleh khalayak ramai.
Karena sering berbohong, menutupi kebenaran dan tidak jujur maka orang lain akan mengenal dirinya sebagai seorang pendusta, yaitu orang yang tidak pernah berkata benar sesuai kenyataan. Di sinilah orang lain tidak akan percaya oleh apapun yang dia ucapkan.
2. Menjadi sasaran dan menderita akibat pembicaraan tidak baik oleh orang lain.
Karena dia sering berbohong, maka semua keburukan dimulai dari berbohong akan diperbincangkan oleh orang lain dan jika dia mengetahuinya, itu akan membuat dirinya menderita.
3. Sering dituduh yang bukan-bukan.
Karena kebiasaan berbohong, orang lain akan berprasangka buruk terhadap dirinya. Dia selalu mendapatkan tuduhan yang buruk berdasarkan penilaian orang lain.
4. Orang dekat dan sahabatnya akan meninggalkannya.
Mereka yang mempercayai dan mengandalkan dirinya lalu menemukan dia berbohong atau tidak menepati janji, mereka akan kecewa dan merasa dikianati. Inilah sebabnya dia akan dijauhi oleh orang dekat dan sahabatnya.
Tentu saja kita tidak ingin hal-hal tersebut terjadi ketika kelak mereka tumbuh dewasa dan sering berbohong terhadap orang lain.
Lalu bagaimana agar anak-anak tidak berbohong?
1. Jadilah panutan bagi anak-anak.
Orang tua adalah guru pertama bagi anak -anak di rumah. Mereka akan memperhatikan orang tua. Bagaimana orang tua berperilaku dalam perbuatan dan ucapan. Jika kita memberi contoh yang buruk, maka mereka akan mengikuti. Â Begitu pula ketika kita memberi contoh yang baik, mereka akan mengikutinya.
2. Jelaskan kepada mereka tentang akibat dari berbohong.
Penjelasan tentang akibat berbohong seperti disebutkan di awal. Berikan penjelasan yang logis dan yang mudah dimengerti oleh mereka.
3. Jelaskan kepada mereka tentang pentingnya kejujuran.
Orang tua bisa menceritakan kisah-kisah inspiratif tentang pentingnya apa itu kejujuran. Kejujuran adalah hal yang mulia dan wajib dimiliki oleh semua orang agar mereka dapat diterima oleh orang lain. Ajarkan kepada mereka tentang nilai-nilai budaya dan agama yang luhur dalam berkata benar dan tidak berbohong.
4. Hargailah mereka ketika mereka berkata jujur meskipun mereka telah berbuat kesalahan.
Berikan mereka sejenis penghargaan ketika mereka berkata jujur, seperti: "Kami sangat bangga padamu, meskipun kamu berbuat salah tetapi tetap berterus terang." Ajarkan mereka jangan takut untuk berkata jujur. Jangan marah dan langsung menghukum mereka tetapi katakan agar jangan mengulanginya lagi karena akibat berbohong akan membuat situasi lebih buruk.
5. Menjaga komunikasi yang baik dengan mereka.
Hargai pendapat dan mau mendengarkan mereka berbicara. Perhatikan saat mereka berbicara. Anggap mereka seperti teman. Di sinilah mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan. Ini akan membuat mereka menjadi terbuka kepada orang tua.
Mereka adalah cikal bakal generasi masa depan, maka kita harus mengajarkan mereka agar senantiasa berkata benar dan jujur. Jika seorang sudah mulai berbohong dengan sengaja maka tidak ada kejahatan yang tidak mungkin dilakukan selanjutnya.Â
*****
Baca juga Berbagai Tips dalam Berucap Kata yang terampil.
Penulis : Willi Andy untuk Kompasiana.
Mei 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H