Ketika kami survei mana yang lebih dibutuhkan seseorang bila bekerja, berkarir, memimpin atau berwiraswasta. Maka jawaban yang muncul adalah SDM yang lebih RAJIN (DILIGENT) sebanyak 65%.
Bagi yang jeli hal ini sangatlah fatal perbedaannya. Yaitu ternyata kita MENGINGINKAN SDM PINTAR (60%) padahal yang kita MEMBUTUHKAN SDM RAJIN (65%). Dari hasil suvei singkat tersebut kami membuktikan adanya perang
batin dalam diri para peserta.
Sekarang kami memiliki masalah yang terukur dan demikianlah program penelitian kami bermula.
Saat kami meneliti lebih jauh, ternyata begitu besarnya perbedaan SDM yang PINTAR dan RAJIN, yaitu: SDM yang dilatih supaya lebih pintar terbukti belum tentu lebih rajin. Akan tetapi SDM yang dilatih rajin, maka lebih pasti lebih pintar.
Dari beberapa pengamatan, banyak tempat sekolah, pelatihan memiliki pola ukur yang kurang tepat misalnya hanya mengukur sisi TEKNIS seseorang seperti nilai kognitif, respon/manifestasi peserta, meriah/tidaknya acara
(logos), kebenaran hanya ada pada sang pengajar, bersifat one way (TOP to DOWN), "copy paste" dsb.
Sementara pelatihan TEKNIS tidak bisa menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengapa bahan pelatihan atau isi sebuah pelajaran tidak diingat lagi setelah rata-rata 1-2 minggu (survei)
2. Mengapa dalam job description seorang pimpinan yang seharusnya tidak ada tugas mengingatkan bawahan justru membuang waktu dengan terus menerus mengingatkan kewajiban bawahannya. Yang otomatis membuat sebal dan buang waktu kerja.
3. Mengapa seseorang bisa begitu subyektif menilai bawahan malas padahal yang bersalah adalah atasan.
4. Mengapa pelatihan tidak bisa tepat sasaran/obyektif pada masalah sehari-hari.
Pelatihan yang bisa memberikan solusi atas ketidak-seimbangan, kami sebut pelatihan NON TEKNIS, dimana kami bisa definisikan sbb: kemampuan mengukur dari sisi afektif, respon harian, mengerti/tidaknya sebuah bahan (rhema),
kebenaran unik ada pada pengajar dan setiap peserta, bersifat melengkapi (BOTTOM to TOP), menciptakan karya sendiri setiap saat.
Hal tersebut bisa dilihat pada gambar (Picture45) terlampir. Pelatihan yang tepat adalah menciptakan SDM lebih Pintar dan lebih Rajin.
Apabila pelatihan tidak bisa memberikan solusi atas sisi NON TEKNIS seseorang seperti perilaku malas, maka sejarah mencatat perilaku malas tsb yang mengundang penjajahan (Picture33).
Demikian pula bila perilaku rajin yang diutamakan sebagai akar dan penyeimbang pendidikan, maka kepintaran akan terlihat lebih bijaksana (Picture35).
Sekarang semakin jelas bahwa masalah ketidak-seimbangan inilah kesempatan memperbaiki dan menciptakan SDM kita juara di lingkungan ASEAN bahkan dunia.