Mohon tunggu...
William Soumokil
William Soumokil Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Sosial | Interfaith Community

Anak Bangsa I Pecinta Kopi Hitam I Penikmat Film I Penyuka Buku I Tertarik pada Sejarah,Sastra dan Budaya I

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rokok: "Maafkan Jika Nanti Aku Bukan Aku yang Dulu Lagi"

22 Agustus 2016   22:21 Diperbarui: 22 Agustus 2016   22:25 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rokok di Amerika di kisaran US$13-14.Foto : voanews.com

Si bulat panjang berisi tembakau dengan balutan kertas ini memang sedang menjadi buah bibir di segala penjuru negeri. Ya, para pecinta rokok memang sedang dirundung kegalauan pasca gunjang ganjing kenaikan harga rokok yang katanya akan melambung tinggi. Jika jadi diterapkan oleh pemerintah, rokok dengan bandrol harga Rp. 50.000,- per bungkus bagi kocek para perokok di Indonesia memang terbilang di luar jangkauan alias tidak akan terbeli dengan gaji bulanan yang pas pasan. Lagipula menurut data, konsumen rokok di Indonesia memang masih didominasi oleh masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah. Dapat dibayangkan berapa Rupiah yang akan dikeluarkan seorang perokok berat dengan pendapatan pas pasan dalam sehari untuk tetap dapat menghisap rokok seperti dulu?

Kembali menurut penelitian Riset Kesehatan Dasar 2013 jumlah perokok aktif di Indonesia usia 10 tahun ke atas mencapai jumlah 58.750.592 orang atau sepuluh kali lipat dari penduduk Singapura. Jumlah tersebut terdiri dari 56.860.457 perokok laki-laki dan 1.890.135 perokok perempuan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa setiap hari ada 616.881.205 batang rokok di Indonesia atau 225.161.640.007 batang rokok yang dibakar setiap tahunnya di Indonesia. Jika diuangkan jumlah tersebut bisa mencapai angka yang sangat fantastis yaitu Rp.225 Triliun. Wow! (sumber : www.kompas.com)

Untuk ukuran harga rokok, Indonesia memang tergolong mematok harga yang terbilang miring untuk pembelian sebungkus rokok. Lain halnya dengan Negara-negara lain seperti di Amerika Serikat yang membandrol harga rokok per bungkus sebesar US$ 13 atau sekitar Rp. 156.000,- . Di Australia rokok dibandrol dengan harga 25 AUS$ atau sekitar Rp. 260.000,- ribu per bungkus, dan Negara tetangga kita seperti di Malaysia mematok harga rokok lebih kurang Rp. 45.000,- per bungkusnya. Untuk urusan cukai rokok pula Indonesia masih masuk dalam kategori yang memberikan cukai rokok dengan persentase terendah yaitu rata-rata berkisar 50% atau separuh dari harga rokok. 

Rokok di Amerika di kisaran US$13-14.Foto : voanews.com
Rokok di Amerika di kisaran US$13-14.Foto : voanews.com
Pergunjingan dan sedikit keluh kesah para perokok sempat saya rekam dalam ingatan ketika baru-baru ini salah seorang perokok yang saya temui mengeluhkan rencana kenaikan harga rokok dengan temannya yang lain. Ada yang pasrah menerima keadaan dan memutuskan untuk berhenti merokok, ada yang takut istri, ada yang mencari akal-akalan mencari jalan keluar agar asap rokoknya tetap berhembus, ada pula yang naik pitam. Ah, ada-ada saja.

Beberapa orang perokok lainnya bertukar pikiran tentang rumor kenaikan harga rokok kira-kira seperti ini :

  • “Kalau harga rokok naik jadi 50 ribu mending ‘ngerokok’ hemat aja. Beli eceran dan dihisap sehari cukup 3-4 kali saja.”
  • “Coba dicek dulu yang naik yang isi berapa batang? Yang kotak kecil apa kotak besar 16 batang? Masak semua harganya sama 50 ribu? Kalau ada yang murah mending kita hisap yang murah aja beralih ke rokok ‘lunglat’ alias digulung terus dijilat.”
  • “Kira-kira kalau beli di warung harganya berapa? Apa beda jauh dengan yang dibeli di mini market?”
  • “Kalau memang harga rokok tembus di harga 50 ribu, apa boleh buat mending saya berhenti merokok.”
  • “Kalau mau rokok-an mending sekarang aja puas-puasin,kalau bulan depan harga rokok naik saya langsung berhenti.”

Isu kenaikan harga rokok yang sedang beredar santer saat ini boleh dikatakan hanya separuh benar karena untuk menaikkan harga rokok sebesar itu tentunya akan memberikan efek domino bagi pelaku pasar seperti yang diungkapkan pula oleh petinggi perusahaan rokok Sampoerna dalam menanggapi isu kenaikan harga rokok.

Namun,bahwa kemungkinan akan ada kenaikan harga rokok memang sedang dalam proses pengkajian seperti yang ditegaskan oleh Ibu Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati dalam salah satu kesempatan menaggapi isu kenaikan harga rokok tersebut.

Sri Mulyani menandaskan bahwa Kementerian Keuangan RI saat ini sedang mengkaji besaran kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang setelah melalui proses konsultasi dengan berbagai pihak nantinya akan diputuskan sebelum APBN 2017 demikian seperti dikutip penulis dari cnnindonesia.com

Menurut Sri Mulyani pula merebaknya isu kenaikan harga rokok ini muncul dari hasil salah satu pusat kajian ekonomi mengenai kemungkinan dampak kenaikan cukai tembakau terhadap konsumsi rokok yang kemudian riset ini dibeberkan bahwa perokok akan berhenti merokok jika harga rokok dinaikkan hingga tiga kali lipat.

Terlepas dari semua pro dan kontra soal rokok diakui bahwa pendapatan Negara dari industri rokok di Indonesia dikabarkan mencapai angka yang tak kalah fantastis. Di sepanjang tahun 2015 silam hasil pencapaian pajak Ditjen Bea dan Cukai khusus dari cukai rokok yaitu mencapai Rp.139,5 Triliun.

Ini belum termasuk nasib sejumlah besar karyawan pabrik rokok di Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok yang mencapai ribuan orang, di samping itu ada peranan industri rokok rumahan yang terus bertahan menjadi salah satu industri mandiri, di samping itu pula berbicara tentang rokok tidak terlepas dari pendapatan para petani tembakau di Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari bertani tembakau. Walaupaun kenaikan harga rokok dinilai tidak terlalu berpengaruh besar pada para petani tembakau.

Merokok merusak kesehatan, iya benar. Merokok merupakan pemborosan juga benar. Di sisi lain industri rokok pula telah menjadi komponen penting dalam pembangunan negeri ini.

Tulisan ini bukan kampanye anti rokok maupun kampanye buat para perokok.Apapun itu yang jelas jika nantinya harga rokok melambung tinggi dan tidak sama seperti yang dulu lagi Anda akan berpikir dua kali untuk membeli sebungkus rokok seharga Rp. 50 ribu.***

Rokok : Maafkan jika nanti aku bukan aku yang dulu lagi.

Salam Nusantara.

Sumber-sumber : kompas.com | ortax | antaranews | CNN Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun