[Artikel ini merupakan publish ulang dari artikel asli http://williambudiman.com/2014/04/19/jangan-jadikan-jokowi-sebagai-pahlawan/] Pertama kali saya mendengar soal nama Ir. H. Joko Widodo a.k.a Jokowi adalah saat masa persiapan pemilihan Gubernur Jakarta. Saat itu Jokowi bersama Ahok mencalonkan diri sebagai calon orang nomor 1 dan 2 di Jakarta. Terus terang saat itu sikap saya cenderung netral terhadap Jokowi. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai tertarik dengan tokoh yang satu ini. Pendekatannya dalam berkampanye dan komunikasi politik yang dilakukan oleh beliau selama kampanye cagub menarik untuk diperhatikan. Bagi saya ada 3 hal yang menarik, bahkan mungkin ini faktor yang membuat dirinya menang dalam pemilihan Gubernur Jakarta.
1. Prestasi nyata yang gemilang
Saat maju sebagai cagub, beliau sudah menunjukkan kapasitasnya dalam memimpin saat menjabat sebagai walikota Solo. Beliau berhasi mentransformasi kota Solo menjadi salah satu kota terbaik di Indonesia. Selain itu beliau sudah mengantongi penghargaan internasional sebagai salah satu walikota terbaik di dunia oleh website worldmayor.com [sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/01/08/231452760/Jokowi-Wali-Kota-Terbaik-Ketiga-Dunia]. Bandingkan saja dengan prestasi yang dimiliki oleh kedua pendahulu Jokowi : Sutiyoso dan Fauzi Bowo. Sutiyoso sebelum menjadi gubernur Jakarta adalah seorang Panglima Kodam Jaya yang cukup berprestasi, tetapi tidak memiliki pengalaman apalagi prestasi sebagai pemimpin sebuah kota ataupun provinsi [sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sutiyoso]. Sedangkan Fauzi Bowo prestasi yang dimilikinya sebelum menjadi Gubernur Jakarta, ya........wakilnya Bang Yos.
2. Pribadi yang rendah hati
Prestasi selama menjabat sebagai walikota Solo adalah modal yang luar biasa dalam kampanyenya. Tetapi yang menarik adalah Pak Jokowi secara pribadai hampir tidak pernah menyinggung prestasinya ini saat berkampanye. Beliau membiarkan media dan orang lain yang terus menyebarkan cerita ini. Cara berpakaian, bahasa tubuh, caranya berkomunikasi dengan masyarakat yang ia temui sangat bersahaja. Terus terang sampai titik ini, saya hampir tidak pernah melihat tokoh pemimpin dan politik di Indonesia seperti beliau.
3. Pribadi yang tenang, santun dan elegan
Ini termasuk salah satu hal yang paling saya suka dari Jokowi. Ia adalah pria yang santun dalam berkomunikasi terutama dalam berpolitik, salah satu hal yang hilang dalam diri banyak politisi di Indonesia. Dalam berkampanye beliau hampir tidak pernah menyerang pihak lain, tetapi ia terfokus dalam penyampaian kekuatan diri dan visi misinya. Apabila beliau diserang oleh pihak lawan politik, ia pun jarang sekali membalas menghina. Perilaku yang sangat elegan. [caption id="attachment_1342" align="aligncenter" width="611" caption="Poster kampanye Jakarta Baru 2012"]
- Jokowi sering blusukan langsung berkeliling untuk melihat secara langsung permasalahan ditengah-tengah masyarakat, mulai dari melihat kondisi perkampungan, pasar-pasar, kantor kelurahan. Ini adalah perilaku pejabat yang tidak pernah saya lihat sebelumnya di Jakarta.
- Membuka Kantor balai kota untuk rakyat. Sekarang rakyat bisa leluasa menyampaikan keluhan ke balai kota. Bahkan Jokowi seringkali menerima keluhan masyarakat langsung ke rumah dinasnya di Menteng.
- Sidak ke kelurahan-kelurahan untuk mendisiplinkan kinerja aparat di tingkat kelurahan yang sudah menjadi rahasia umum tidak disiplin dan seringkali melakukan pungutan-pungutan liar. Selain itu juga mendorong peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dari kantor-kantor pemerintahan.
- Melakukan gebrakan transparansi rapat anggaran yang disiarkan lewat youtube, sehingga rakyat bisa melihat apa yang terjadi dalam rapat. Walaupun memang dalam posisi ini, wagub Ahok yang mengambil proporsi lebih besar.
- Pemberlakuan Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang memang adalah poin utama janji kampanye Jokowi yang kemudian diikuti dengan mulai dibagikannya Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk para pelajar.
- Mulai melakukan tahapan peremajaan dan penambahan transportasi umum dengan menambah ratusan bus transjakarta dan kopaja.
- Relokasi warga bantaran kali ke rusun marunda tanpa konflik. Walaupun banyak hambatan seperti calo-calo rusun, tetapi semua itu dapat dilakukan.
- Transparansi APBD DKI hingga lembar ke-3 yang dipublikasikan lewat website http://www.jakarta.go.id/web/apbd yang dapat diakses secara umum oleh masyarakat.
- Merombak waduk pluit menjadi sebuah taman kota yang dapat dijadikan pusat rekreasi warga.
- Pengerukan sungai untuk menambah daya tampung sungai demi mengurangi banjir Jakarta dan membersihkan sampah dari sungai.
[caption id="attachment_1346" align="aligncenter" width="611" caption="Pengerukan sungai-sungai di Jakarta"]
Jokowi memberikan sebuah hadiah yang bernama harapan bagi warga DKI Jakarta!!
Memang benar yang disebutkan para politisi lawan dan warga DKI yang apatis kalau Jokowi belum menghasilkan sebuah hasil nyata. Kartu sehat dan kartu pintar masih bermasalah dalam pelaksanaan di lapangan. Para PKL masih banyak yang mengeluh karena dipindahkan karena lapaknya menjadi lebih sepi. Dan yang terutama, Jakarta masih macet dan banjir. [caption id="attachment_1344" align="aligncenter" width="611" caption="Macet : masalah kronis Jakarta"]
1. Kita menjadi tidak objektif
Ketika kita mengidolakan seseorang, kita cenderung menutup mata atas kesalahan yang dilakukan oleh idola kita. Apabila ini terjadi maka kita kehilangan kesempatan dalam mengawal Jokowi dalam melaksanakan amanah dari rakyat.
2. Kita cenderung akan mengalami kekecewaan
Secara psikologis, ketika seseorang merasakan sebuah harapan besar dari seseorang, maka orang tersebut seringkali dijadikan idolanya. Dan kecenderungannya ketika mengidolakan seseorang, kita menciptakan sebuah sosok yang sempurna tak bercela dalam benak kita. Padahal pada kenyataannya sosok idola kita (dalam hal ini adalah Jokowi) tidak sempurna dan tidak mungkin sesuai dengan gambaran sempurna di kepala kita.
Ketika kita mengidolakan dan menjadikan seseorang sebagai pahlawan sempurna dalam otak kita, maka kekecewaan telah menunggu kita.
Jokowi ialah seorang yang luar biasa dan berpotensi menjadi pemimpin Bangsa Indonesia yang lebih baik dari seluruh pendahulunya, tetapi saat ini Jokowi belum membuktikan diri sepenuhnya. Oleh karena itu jangan jadikan dirinya sebagai pahlawan. Jangan mengidolakan secara buta. Pandang Jokowi sebagai manusia yang bisa berbuat salah, sehingga pada saatnya Jokowi ada melakukan suatu hal yang tidak berkenan dengan kita, kita akan mampu memahaminya dan tidak kecewa berat. Jangan sampai Jokowi kita jadikan seperti mantan-mantan pacar kita, di mana kisah cinta yang gagal tersebut semua dimulai dari kekaguman buta dan menjadikan idaman kita sebagai sosok yang sempurna tanpa celah. Namun setelah kabut cinta mulai perlahan menipis dan logika mulai muncul kembali, kita kecewa karena pacar kita ternyata bukan orang yang sempurna sesuai dengan imajinasi kita. Ternyata mereka hanyalah orang biasa yang banyak perbedaannya dengan kita. Tetapi sesungguhnya yang mengkhianati kita bukanlah mantan kita itu, tetapi harapan tidak nyata kitalah yang mengkhianati kita. Pandanglah Jokowi secara objektif. Dukung beliau dalam upaya mentransformasi Indonesia menjadi lebih baik, di mana tentunya kita harus berubah menjadi warga Indonesia yang lebih baik juga terlebih dahulu. Dan kawal terus perjuangannya Jokowi, agar tidak keluar dari rel dan jatuh ke lubang yang sama dengan para politisi lainnya.
Saya percaya dan berharap akan Indonesia Baru di bawah Jokowi, tetapi kita perlu mengambil peran secara aktif bukan hanya menjadi penonton.
Secara pribadi saya mengharapkan Jokowi dapat memenangkan pemilihan capres. Lalu memberikan rakyat Indonesia harapan dan membawa perubahan yang selama ini selalu diidam-idamkan oleh bangsa kita. JKW4P. Follow me on Twitter @WilliamSBudiman