Dan saya menjawab, kita harus melihat konteks dalam pilpres kali ini. Presiden terdahulu lawan capresnya mungkin juga sama minim pengalamannya. Tetapi saat ini lawannya memiliki rekam jejak yang jelas lebih berpengalaman, bahkan beprestasi. Jadi ketika berbicara konteks pilpres saat ini, maka menjadi masuk akal ketika saya merasa ini adalah alasan terbesar dan paling tepat bagi saya pribadi untuk tidak memilih Pak Prabowo.
Mungkin banyak orang yang berkata kalau Pak Jokowi belum melakukan apapun sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun bagi saya pribadi, saya melihat nyata pekerjaan Pak Jokowi. Saya sudah 29 tahun tinggal di Jakarta, belum pernah melihat sebelumnya sungai-sungai dikeruk secara massal demi menghadapi musim hujan. Saya juga selalu melewati daerah Tanah Abang, dan ya memang masih macet, tetapi tidak seperti dulu yang sudah seperti berhenti di tempat. Belum lagi waduk Pluit, dan masih banyak lagi. Bahkan pencapaian ini lebih terlihat oleh saya dibanding 5 tahun kerja dari Gubernur terdahulu.
[caption id="attachment_339546" align="aligncenter" width="521" caption="*sumber pembuat gambar tidak diketahui"]
Berbicara soal ini, saya teringat dengan perkataan dari politikus partai PPP Ahmad Yani dalam acara Mata Najwa edisi 28 Mei 2014. Ketika Pak Prabowo dikritik tentang prestasinya dalam pemerintahan, beliau berkata untuk memberikan kesempatan bagi Pak Prabowo. Bagi saya pribadi, kesempatan untuk mengabdi dan memberikan yang terbaik untuk rakyat tidak perlu menunggu menjadi presiden.
Ketika mempunyai keinginan untuk mengubah negara kita menjadi negara yang lebih baik, keluarkan usaha dan langsung kerjakan semampunya. Berkaca dari Pak Anies Baswedan, beliau tanpa menjadi seorang presiden pun langsung melakukan gerakan Indonesia Mengajar. Semua orang pasti tahu apa itu Indonesia Mengajar dan ribuan orang menjadi relawannya.
Orang yang cinta negara, tidak dibutuhkan jabatan presiden untuk mengabdi pada negara. Namun ketika hanya menunggu menjadi presiden baru akan melakukan sesuatu bagi negara, itu (bagi saya) namanya ambisius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H