Kedua capres menuangkan pernyataan anti korupsi pada visi masing-masing. Tetapi sekali lagi, presiden terdahulu juga seperti itu. Semua partai juga berbicara seperti itu. Tetapi kenyataannya? Banyak kader (bahkan beberapa ketua umum) partai yang berteriak-teriak bersumpah depan rakyat untuk memberantas korupsi, malah korupsi. Ini ironi tingkat paling tinggi. Ini kemunafikan!
Lalu kita juga melihat dengan mata kepala kita sendiri, bahwa banyak partai yang berusaha mati-matian melindungi diri partainya dengan berbagai argumentasi tidak masuk akal di setiap kasusnya. Seringkali juga para kader mereka yang terjelit kasus korupsi bahkan dikorbankan dengan disebut oknum, demi menyelamatkan partai. Dan kita semua pasti cukup tahu partai-partai mana saja yang bermasalah kasus korupsi di tahun belakangan ini. Dan kita semua tahu partai-partai tersebut sebagian besar ada di koalisi mana.
Sulit bagi saya untuk bisa percaya perkataan pemimpin yang berjanji membersihkan daerahnya dari kejahatan pencurian, ketika lingkungan sosial yang mendukung pemimpin tersebut adalah para penadah pencurian itu.
Sulit bagi saya untuk bisa percaya memilih seorang pemimpin yang berjanji untuk menjaga kebersihan, tetapi semua orang tahu kalau teman-teman pemimpin tersebut adalah orang yang selalu buang sampah sembarangan.
Sulit bagi saya untuk bisa merasa aman mempercayai bahwa janji Pak Prabowo bahwa negara akan bebas korupsi, ketika partai koalisinya banyak yang bermasalah dengan korupsi.
Mungkin ketika Bapak Prabowo saat ini secara tegas langsung mengeluarkan Pak SDA dari koalisi karena menjadi tersangka korupsi, maka kepercayaan saya akan mulai tumbuh sedikit. Saya akan percaya bahwa memang Pak Prabowo itu tegas. Tetapi kalau ketegasan hanya diberlakukan untuk pihak-pihak yang berseberangan saja, maka sepertinya itu bukan sebuah ketegasan.
3. Prestasi Dalam Memimpin
Bapak Prabowo tidak pernah sekalipun memiliki sebuah pengalaman menjadi pemimpin publik sipil. Ya, di militer, Pak Probowo adalah pimpinan. Dan ya, Pak Prabowo merupakan seorang pimpinan dalam perusahaannya. Tetapi menjadi presiden itu tidak sama dengan memimpin tentara ataupun memimpin sebuah perusahaan.
Apakah memimpin negara tidak perlu ada rekam jejak yang jelas tentang pengalaman kepimpinannya? Apakah memimpin negara cuma yang penting ada ide atau visi ke depan saja?
Coba bawa kasus yang sama ke perusahaan. Apakah perusahaan akan mau menerima seseorang yang datang melamar ke sana untuk menjadi Presiden Direktur, tapi tidak pernah punya CV yang memadai dalam kepemimpinan. Jadi manager saja belum pernah. Kalau perusahaan saja tidak akan menerima, masa memimpin suatu negara dipersilakan?
Saya rasa kalau mau diberikan kesempatan mencoba, jadi Pak RT/RW/Lurah masih bolehlah. Mau coba-coba jadi langsung menteri, masih ditolerir menurut saya. Tetapi menjadi presiden, rekam jejak harus jelas menurut saya.
Mungkin sekali banyak yang berargumen, "ah banyak juga presiden kita yang tidak pernah jadi pemimpin publik sebelumnya."