Mohon tunggu...
William Manggala Putra
William Manggala Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peneliti untuk datamakro.com

Peneliti untuk datamakro.com | Pelaku UMKM |

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Inflasi Tinggi?

25 Agustus 2022   21:42 Diperbarui: 26 Agustus 2022   15:56 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tekanan inflasi ini sangat mungkin akan semakin meningkat dalam waktu dekat. Lalu, bagaimanakah kita harus menyiasati inflasi tinggi ini? (Source: Karolina Grabowska/Pexels.com)

Ketika artikel ini sedang ditulis, Indonesia sedang menghadapi risiko inflasi yang tinggi. Tingkat inflasi bulan Juli 2022 adalah 4.94% yoy, tertinggi dalam tujuh tahun. Tekanan inflasi ini sangat mungkin akan semakin meningkat dalam waktu dekat. Terakhir, Menko Marves Luhut B Panjaitan memberi sinyal eksplisit bahwa Pemerintah akan segera menaikan harga BBM bersubsidi - Pertalite. Lalu, bagaimanakah kita harus menyiasati inflasi tinggi ini?

Dari kaca mata keuangan personal, periode inflasi tinggi adalah waktu yang tepat untuk mengatur ulang rencana pengeluaran. Paling mudahnya, kembali sisir pengeluaran yang sifatnya adalah kebutuhan dan keinginan; mendesak dan tidak. Prioritaskan pengeluaran kebutuhan seperti groceries, uang sewa serta cicilan, uang sekolah anak, dan sebagainya.

Bila masih ada sisa yang biasanya bisa dipakai untuk pengeluaran keinginan, seperti untuk ngopi-ngopi, makan di restoran, staycation, sebaiknya disimpan dulu sambil melihat situasi. Bulk your emergency fund.

Dari perspektif ilmu ekonomi mikro, kenaikan harga dan penurunan konsumsi tentunya akan menyebabkan turunnya kepuasan.

Walaupun demikian, teori pilihan konsumen mengajarkan bahwa kita mungkin saja bisa mempertahankan tingkat kepuasan bila kita menemukan barang substitusi yang tepat.

Mungkin saja harga barang subtitusi ini tidak terinflasi seperti barang pilihan utama kita. Barang-barang yang bisa kita siasati dengan cara ini umumnya adalah barang-barang dengan tingkat elastisitas tinggi.

Jadi, jangan khawatir bila misal salah satu merek mi instan mengalami kenaikan harga.

Sumber gambar: Wikipedia
Sumber gambar: Wikipedia

Selanjutnya adalah siasati penyimpanan uang cadangan kita.

Periode inflasi tinggi umumnya akan diikuti dengan periode kenaikan suku bunga pula. Bank Indonesia (BI) baru saja menaikan suku bunga acuan BI 7d-RR dari 3.50% menjadi 3.75% pada bulan ini.

Beberapa ekonom memperkirakan BI masih akan menaikan suku bunga acuannya sebanyak 50 -- 75 bps pada tahun ini. Artinya, suku bunga di perbankan secara bertahap juga akan mengalami kenaikan.

Dari perspektif treasury, lebih baik simpan dana pada produk keuangan dengan tenor pendek seperti satu hingga tiga bulan.

Hal ini dilakukan sebagai antisipasi agar dana bisa cair dalam waktu dekat sehingga bisa kembali ditempatkan di produk dengan bunga lebih tinggi secara bertahap.

Dengan demikian kita tidak hanya menjadi penonton ketika suku bunga naik tetapi turut menikmati.

Begitu pula bila dana ingin disimpan pada produk pendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi SUN atau korporat, bisa dicari obligasi yang memiliki duration rendah.

Duration adalah salah satu pengukuran sensitivitas harga obligasi terhadap kenaikan suku bunga menggunakan data tingkat kupon, tenor, dan yield.

Umumnya, obligasi dengan tenor rendah cenderung memiliki duration yang lebih rendah sehingga relatif lebih aman dari risiko volatilitas harga pada periode kenaikan suku bunga. Hubungi fund manager untuk mencari produk yang memenuhi kategori ini.

Apakah masih ada siasat lain yang bisa dilakukan?

Tentunya masih banyak yang tidak tergarap di tulisan yang sangat basic dan textbook-ish ini. Untuk yang merasa sebagai golongan tidak mampu, sebaiknya persiapkan dokumen-dokumen dari sekarang karena biasanya Pemerintah akan lebih gencar menyalurkan bantuan sosial ketika harga BBM dinaikan.

Dalam kerangka teori pilihan konsumen, bantuan langsung atau cash transfer cenderung lebih meningkatkan tingkat kepuasan melalui income effect daripada mendapatkan subsidi harga. Jadi jangan sampai terlewat.

Ada juga artikel baru di Bloomberg yang menceritakan bahwa tren "shopping to sell" atau membeli untuk dijual kembali saat ini tengah meningkat untuk mengakali inflasi. Butuh kejelian, tapi ternyata banyak barang yang dibeli masih dapat dijual dengan harga baik bahkan meningkat.

Tentunya trik ini juga bisa dijadikan opsi untuk menyiasati inflasi tinggi ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun