Lalu bagaimana kalau krisis ini berkepanjangan dan menyebabkan krisis lebih dalam? Tentunya faktor-faktor ini diperhitungkan sehingga memutuskan untuk menunda konsumsi -- meningkatkan tabungan.
Kritik
Untuk pemerintah, pemulihan konsumsi adalah harapan untuk membangkitkan perekonomian karena proporsinya yang besar pada PDB (58%). Bahkan menurut Profesor Ari Kuncoro, konsumsi menjadi lebih penting lagi karena perkembangan investasi (baca: penyediaan lapangan kerja) sangat bergantung pada konsumsi masyarakat.Â
Istilah kasarnya, banyak permintaan maka banyak yang mau jualan. Aktivasi konsumsi menjadi sangat krusial, terutama konsumsi kelompok mampu yang tidak terganggu pendapatannya. Dan for your info, kelompok ini setidaknya menguasai 48ri total tabungan yang ada di perbankan saat ini!
Maka jangan heran kalau hampir setiap kesempatan pemerintah mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi. Sayang saja, menurut hemat penulis, caranya masih kurang efektif karena tidak meng-address dua permasalahan di atas.
Landasan yang penulis akan pakai untuk memperkuat pernyataan di atas adalah hipotesa jalur konsumsi Ben Broadbent dari Bank of England (2021).Â
Broadbent menjelaskan perilaku konsumsi seseorang pada pandemi ini sangat bergantung padah ekspektasi seberapa lama pandemi berlangsung dan seberapa tersedia barang/jasa subsitusi dari barang/jasa yang menjadi beresiko selama pandemi ini.Â
(A) Bila pandemi akan berlangsung cepat, maka konsumen akan menunda konsumsi (beresiko) sementara dan langsung memulihkan tingkat konsumsinya ketika pandemi selesai -- V recovery. (
B) Bila pandemi berlangsung lama, bukan artinya konsumen pasti akan menunda konsumsinya. Akan tetapi tergantung pada ketersediaan barang/jasa substitusi. Skenario B ini terjadi di UK secara parsial. Walaupun pertumbuhan PDB turun hingga negatif 10%, pertumbuhan penjualan ritel justru melonjak ke atas 5%!
Saran