Mohon tunggu...
William Lukman Djaja
William Lukman Djaja Mohon Tunggu... Konsultan - Personal Branding

Membangun pebisnis mengembangkan bisnisnya melalui personal branding dan perencanaan asuransi. Ngebahas marketing dari sisi pop culture Free Konsultasi Personal Branding Untuk Pebisnis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Begini Caranya Mempertahankan Kemampuan Berbahasa

5 November 2016   14:22 Diperbarui: 6 November 2016   18:48 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini dengan meningkatnya ekonomi dan hubungan antar bangaa banyak sekali orang-orang dan juga orangtua-orangtua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri, entah itu untuk mengambil gelar sarjana di luar negeri ataupun hanya sekedar untuk menguasai bahasa asing, dan tentunya negara yang paling banyak diminati untuk menguasai bahasanya adalah negara-negara berbahasa Inggris dan juga Tiongkok.

Namun, tidak banyak orang-orang yang pergi melalui program beasiswa ke negara-negara yang jarang terdengar oleh kita seperti: Swedia, Norwegia ataupun Rusia. Tetapi, negara manapun yang di datangi untuk belajar tentu mensyaratkan para peserta untuk mampu berbicara di dalam bahasa tersebut.

Program sarjana yang dilakukan di luar negeri dan tentunya bukan di universitas internasional yang notabene menggunakan bahasa Inggris tentu mensyaratkan kita kemampuan di dalam bahasa tersebut. Sebagai contoh: Jika kita ingin mengambil sarjana di universitas nasional di Jepang tentu kemampuan berbahasa Jepang adalah kunci untuk menyelesaikan program sarjana, karena bagaimana mungkin kita menyelesaikan program sarjana tanpa mampu menguasai bahasanya.

Sehingga, untuk orang-orang yang menyelesaikan programnya di luar negeri mempertahankan kemampuan bahasa bukanlah menjadi esensi karena dalam masa 4 sampai 7 tahun sarjana tentu kemampuan bahasanya akan sangat baik karena para mahasiswa tersebut mampu menguasai bahasa-bahasa yang sulit. Sehingga, bahasa-bahasa sehari-hari seharusnya tidak akan mudah hilang dan lupa dengan mudah.

Diedit dari https://thesosmed.blogspot.com
Diedit dari https://thesosmed.blogspot.com
Permasalahannya adalah untuk orang-orang yang pergi keluar negeri hanya untuk menguasai bahasa asing saja. Sebagai contoh: pergi ke Amerika Serikat hanya untuk menguasai bahasa asing atau pergi ke Cina untuk menguasai bahasa Mandarin. Kemudian, kebanyakan dari peserta yang pergi keluar negeri tidak akan menghabiskan waktu sebanyak orang-orang yang mengambil program sarjana. Kebanyakan dari orang-orang yang pergi untuk sekolah bahasa asing di luar negeri paling banyak menghabiskan 2 tahun untuk menguasai bahasa dan tinggal di negara tersebut.

Permasalahannya terletak di jangka waktu dan bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka. Tentu ini tidak bisa di umumkan untuk setiap orangnya namun kebanyakan dari orang-orang yang pergi keluar negeri untuk belajar bahasa asing memiliki pola-pikir yang kira-kira sama, yaitu pergi keluar negeri untuk bermain. 

Khususnya untuk murid-murid yang sudah menyelesaikan program sarjananya. Banyak dari mereka hanya pergi untuk bermain dan bersenang-senang. Sehingga, jangka waktu 2 tahun itu di habiskan dengan bermain bersama orang-orang sebangsa yang sejujurnya bisa di dapatkan di negara sendiri juga.

Oleh karena hal itu, penguasaan bahasa asing menjadi sangat lambat dan cenderung tidak efektif. Namun, dalam jangka waktu 2 tahun tentu bahasa tersebut seharusnya sudah cukup terkuasai oleh para murid-murid yang pergi keluar negeri untuk belajar. Permasalahan kedua yang terjadi oleh murid-murid yang hanya pergi untuk belajar bahasa asing adalah “maintenance”.

Alasan kita pergi keluar negeri tentu adalah untuk menguasai bahasanya, kemudiaan saat kita berhasil menguasai bahasa tersebut apakah kita tidak akan lupa bahasa yang telah kita pelajari. Tentu saja tanpa penggunaan bahasa yang konstan, kemampuan berbahasa bisa saja menurun bahkan terlupakan. Kemudian, apakah kita akan membuang waktu 2 tahun yang telah kita habiskan begitu saja?

2 tahun tentu bukan waktu yang sebentar dan dalam jangka waktu tersebut tentu kita mampu menguasai bahasa tersebut, kita mampu berbincang-bincang dan bertukar pikiran dengan penutur asli. Namun, apa yang terjadi kita sudah tidak menggunakannya untuk jangka waktu yang panjang? Tentu kita akan lupa. Terlebih lagi untuk orang-orang yang pergi keluar negeri dan belajar hanya untuk setengah ataupun satu tahun, dalam jangka waktu 2 sampai 3 bulan tanpa penggunaan tentu bahasa itu bisa saja sudah menghilang.

Pertanyaannya, bagaimana kita bisa memaintain kemampuan berbahasa asing kita? Tentu untuk bahasa inggris tidaklah sulit karena saat kita menonton film di bioskop kita sudah terekspose dengan bahasa Inggris, namun bagaimana dengan bahasa-bahasa lain yang cenderung tidak memiliki acara-acara atau film-film yang semenarik film Amerika atau Inggris? Tentu akan menjadi tantangan lain yang perlu kita hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun