Mohon tunggu...
William John Widjaja
William John Widjaja Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka membahas hal-hal atau isu kritis di negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Games

Mengapa Game FIFA Laku Berat Setiap Tahun?

20 November 2024   12:25 Diperbarui: 20 November 2024   12:28 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Franchise FIFA dari Electronic Arts (EA) adalah salah satu seri permainan video yang paling konsisten dirilis setiap tahun. Meskipun mendapatkan kritik dari para pemain terkait minimnya inovasi dan banyaknya bug, game ini tetap sukses secara komersial. Buktinya, FIFA 25 menjadi salahs atu produk game terlaris pada tahun 2024. Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor strategis yang dijalankan oleh EA.

Salah satu alasan utama adalah kekuatan brand FIFA itu sendiri. Nama FIFA telah melekat sebagai simbol permainan sepak bola virtual berkualitas. Konsumen sering kali membeli karena nama besar tersebut, meskipun kualitas gameplay-nya tidak selalu memenuhi ekspektasi. Selain itu, EA berhasil memanfaatkan daya tarik lisensi resmi, termasuk tim, pemain, dan liga ternama. Fitur ini menciptakan pengalaman autentik yang sulit ditiru oleh kompetitor.

Faktor lain adalah efek "kebiasaan tahunan." Banyak pemain membeli game FIFA setiap tahun sebagai rutinitas tanpa terlalu mempertimbangkan perubahan yang ditawarkan. Promosi yang masif juga mendukung penjualan. EA memanfaatkan momentum musim baru sepak bola, sehingga pemain merasa perlu memiliki game versi terbaru untuk mengikuti perkembangan dunia sepak bola.

Kemudian, FIFA mengandalkan mode permainan seperti Ultimate Team, yang populer di kalangan gamer kompetitif. Mode ini memungkinkan pemain membangun tim impian dengan sistem microtransaction. Pendapatan dari pembelian dalam game bahkan jauh melebihi penjualan fisik atau digital game itu sendiri. Dengan cara ini, FIFA bukan hanya menjadi permainan tetapi juga alat monetisasi berkelanjutan.

Namun, kritik terhadap FIFA tetap relevan. Pemain sering mengeluhkan kurangnya inovasi dalam fitur gameplay maupun grafis. Meski begitu, keberhasilan FIFA membuktikan bahwa strategi branding, lisensi resmi, dan mekanisme permainan adiktif menjadi kunci utama dalam menjaga popularitasnya, terlepas dari kualitas yang dianggap stagnan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun