Selain itu juga dibutuhkan kemampuan strategi bisnis dan pemasaran. Tidak ada orang yang suka kita promo-promo terus. Apa value yang bisa didapatkan orang jika follow akun sosmed kita? Blunder-blunder yang terjadi seringkali tidak mengindahkan konsep pemasaran yang simpel.
Lalu dibutuhkan juga kemampuan kreativitas dan inovasi, bagaimana membuat diferensiasi media yang akan kita tampilkan ke khalayak netizen. Apa inovasi-inovasi baru yang belum dilakukan oleh kompetitor?
Yang terakhir adalah kemampuan analisik dan analisis data, bagaimana cara mengetahui effort marketing yang dijalankan itu efektif. Seberapa banyak orang yang datang ke website karena kita membeli jasa influencer?
Semua skill yang digabungkan inilah yang membuat seorang digital marketer, digital marketer. Tentu kita tidak bisa overestimate satu orang bisa memiliki semua skill sekaligus. Dalam kenyataannya akan ada orang-orang yang saling bahu membahu untuk melengkapi satu sama lain. Contoh dalam perkembangan dan deployment teknologi baru, mungkin orang IT akan lebih cepat memahami konsep dan cara kerjanya dibanding orang marketing.
Sedikit Kesimpulan
Tulisan ini muncul dari kegelisahan yang saya rasakan dari dua pihak. Satu pihak perusahaan yang merasa divisi digital marketingnya tidak sesuai harapan. Dan satu lagi dari pihak divisi digital marketingnya yang merasa kesusahan memenuhi ekspektasi. Pemahaman dari kedua pihak yang saya coba curahkan ini saya harap bisa menjembatani komunikasi yang lebih baik lagi antara dua pihak tersebut.
Selain itu juga harapan saya gambaran sebuah ahli digital marketing menjadi lebih utuh karena paham dari berbagai jenis sudut pandang. Perusahaan sangat butuh value dari seorang ahli digital marketing seperti ini, dan saya rasa kita sadar bahwa skill ini bukan skill yang baru-baru amat sebetulnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H