"Pada awalnya memang fitur ini berisi hiburan yang menyenangkan, namun makin kesini, setelah terlihat celah untuk dimanfaatkan, fitur ini mulai berisi tantangan yang sifatnya meminta data pribadi." lanjutnya.
Lebih lanjut Annisa mengingkatkan bahwa memang dalam menggunakan media sosial, penggunanya dibebaskan untuk melakukan apapun. Namun tetap kita harus paham batasan-batasan apa yang sekiranya tidak boleh dan tidak perlu dipublikasikan.
Annisa menyarakan untuk kita menyebarkan informasi yang sifatnya umum saja bukan hal-hal yang sifatnya pribadi. Karena di media sosial ada banyak orang yang melihat, dan tidak semuanya memiliki maksud baik, jadi kita harus tetap bisa waspada diri kapanpun dan dimanapun.
"Yang kita anggap baik saja masih belum tentu baik, apalagi di media sosial yang siapa saja bisa lihat, kita harus lebih aware dan bertanggungjawab atas diri dan akun masing-masing." tandasnya.
Annisa juga memberikan peringatan bahwa apa yang kita lakukan di media sosial pasti terekam, dan jejak digital pasti akan tetap ada, jadi teruslah berhati-hati dalam bermedia sosial.
"Jadi kita perlu tau mana yang sebaiknya dilakukan dan mana yang tidak, karena setiap orang di media sosial beragam, ada yang baik namun ada juga yang bermaksud buruk. Dan kita perlu pahami bahwa jejak digital akan selalu ada." tutupnya.
William Anwar, mahasiswa semester 3 Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
