Jantungku berdegup sangat kencang. Aku masih saja bersembunyi dibalik rimbunnya rumput ilalang yang tinggi menjulang. Dari sini aku melihat beberapa pria berseragam hijau, berbadan tegap yang masih mencari-cari keberadaan ku. Aku mencoba menahan nafas dalam-dalam, berharap dengan melakukan itu dapat menyembunyikan keberadaan ku dari pria-pria tersebut.
“Tidak ada. Kelihatannya perempuan itu berhasil kabur,” teriak salah seorang berbaju hijau kepada beberapa pria berbaju hijau lainnya yang terdengar hingga tempat persembunyianku.
Tidak berselang berapa lama, pria-pria tersebut pergi. Menjauh dari tempat persembunyian ku. Sekujur tubuh ku terasa sangat gatal, sudah hampir satu jam aku berada di persembunyian yang di penuhi rumput ilalang dan berbau menyengat ini.
Aku sedikit menghela nafas. Ada sedikit kelegaan didadaku. Masih dari tempat persembunyianku, kulihat pria-pria berseragam hijau itu sudah tidak tampak lagi. Beruntung aku tidak tertangkap. Jika saja itu terjadi, maka aku bisa saja beranggapan bahwa ini hari tersial dalam hidupku.
Ini hari pertama aku bekerja kembali sebagai wanita kupu-kupu malam. Pasca penutupan lokalisasi oleh Pemerintah Daerah tempat ku berdomisili, aku sudah memutuskan dan bertekad kuat dalam hatiku untuk tidak lagi mencari rezeki di jalan yang salah ini. Aku mencoba berbagai peruntungan lain, diluar menjajakan diri kepada lelaki hidung belang.
***
Pasca penutupan lokalisasi aku benar-benar harus menata kehidupan ku dari awal kembali. Modal sepuluh juta, memang sedikit, jika dibandingkan dengan penghasilan ku menjajakan diri. Namun, aku tetap optimis, bisa menata hidup ku kembali dan hidup di jalan yang benar.
Aku memulai peruntungan ku dengan berjualan berbagai jenis sayuran, di sekitar tempat tinggal ku, yang kini lebih dikenal dengan sebutan eks lokalisasi. Pagi-pagi sekali aku harus membeli berbagai jenis sayuran di pasar induk yang letak nya cukup jauh dari tempat tinggal ku.
Aktivitas baru ini sangat jauh dari kebiasaan ku sehari-hari, selama menjadi seorang kupu-kupu malam. Biasanya aku bangun paling cepat pada pukul 10 pagi, karena biasanya aku bekerja sampai tengah malam lewat, sehingga bangun pagi pun menjadi sebuah keniscayaan. Namun, kali ini aku harus bangun sangat pagi, bahkan satu jam lebih awal sebelum adzan subuh biasa berkumandang.
Namun, aku berusaha untuk tetap ikhlas menjalaninya dan bersabar. Pikirku ini adalah sebuah langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik dan jauh dari label wanita jalang yang biasa melekat erat pada diriku.
Pada pagi hari aku mulai aktivitas berjualan sayur. Luar biasa sekali, dari pagi hingga teriaknya sinar matahari mulai menyengat tubuh ini, tercatat hanya satu dua orang yang datang untuk membeli barang daganganku. Tapi, aku tetap berusaha berpikir positif, wajar saja ini hari pertama aku menjalani profesi sebagai seorang pedagang. Jadi aku yakin, hari esok bakal lebih baik.