Apa yang kalian bayangkan jika ditanya siapa saja tokoh rusia yang paling berpengaruh di dalam sejarah. Kemungkinan akan ada banyak sekali versi jawaban untuk pertanyaan itu. Beberapa orang mungkin akan menjawab Vladimir Putin, presiden Rusia saat ini, dan mungkin sebagian orang akan menjawab Vladimir Lenin yang merupakan pemimpin Revolusi Rusia di tahun 1917 dan pemimpin Uni Soviet pertama.
Tetapi, untuk bisa menjadi sekarang, Rusia mengalami perjalanan yang sangat panjang untuk mewujudkannya. Salah satunya adalah aspek modernisasi. Orang yang paling berjasa untuk itu adalah Tsar Peter I yang merupakan salah satu pemimpin terbaik yang Rusia miliki dalam sejarah panjang mereka.
Peter I yang memiliki nama lengkap Peter Alekseyevich Romanov lahir di Moskow pada 9 Juni 1672. Ayah-nya adalah Tsar Alexis dan ibu-nya adalah seorang bangsawan Rusia keturunan Tatar bernama Natalya Naryshkina. Peter menghabiskan masa kecilnya di Istana Izmaylovo yang berada di perbatasan Kota Moskow.
Peter mendapatkan pendidikan eksklusif dari ayah-nya dan berada di bawah bimbingan beberapa guru seperti Nikita Zotov, Patrick Gordon, dan Paul Menesius. Pendidikan yang saat itu ia dapatkan meliputi matematika, Bahasa asing, dan gramatikal. Pada abad-17, Tingkat literasi di Rusia sangatlah rendah dan bahkan bukan hanya terjadi di rakyat biasa tetapi juga pada kaum bangsawan, sehingga Peter adalah satu dari sedikit orang Rusia saat itu yang mendapatkan pendidikan lengkap.
Pada tahun 1676, Tsar Alexis meninggal dunia dan tahta Rusia diserahkan kepada saudara tiri Peter, Feodor III yang berpenyakitan. Tak lama kemudian, pada tahun 1682, Feodor menghembuskan nafas terakhirnya dan kemudian pergolakan politik pun terjadi antara Keluarga Naryshkina (keluarga ibu Peter) dan Keluarga Miloslavskaya (keluarga ibu Ivan, juga saudara tiri Peter) tentang siapa yang berhak mengemban tahta sepeninggal Feodor.
Pada bulan April hingga Mei 1682, Sophia (saudari tiri Peter) memimpin sebuah pemberontakan besar yang didukung oleh Streltsy (sejenis pasukan elit di era Kekaisaran Rusia). Peter yang saat itu  berusia 10 tahun, harus menyaksikan beberapa orang terdekatnya meninggal di depan mata-nya dan juga kekerasan politik lainnya.
Pemberontakan itu membuat kedua belah pihak yang berseteru kemudian bersepakan untuk menjadikan Peter dan Ivan menjadi Tsar secara bersamaan dengan Sophia bertindak sebagai regen. Sophia kemudian berusaha untuk menyingkirkan Peter dan ibu-nya dengan segala cara termasuk mengusir mereka berdua dari lingkaran pemerintahan Istana.
Peter yang saat itu sudah beranjak remaja, kemudian menemukan dan mempelajari banyak hal. Dia menemukan sebuah perahu tua tidak jauh dari tempat tinggalnya, memutuskan untuk memperbaikinya, dan belajar bagaimana caranya berlayar. Pada satu kesempatan lainnya, Peter menerima hadiah sebuah sextant tetapi ia tidak tahu cara menggunakannya dan kemudian ia mencari seorang ahli untuk mengajarinya menggunakan benda tersebut di pemukiman Kukuy yang banyak ditinggali oleh orang asing.
Disana ia bertemu dan berteman dengan banyak orang. Salah satunya, Andrew Vinius, seorang kolektor buku dan dua tukang kayu berkebangsaan Belanda bernama Frans Timmerman dan Karsten Brandt yang dimana Peter belajar aritmetika, geometri, dan ilmu militer di bawah bimbingan mereka.
Waktu berjalan dengan cepat untuk Peter. Pada 1689, kekuatan Sophia yang perlahan melemah dimanfaatkan oleh Peter dan keluarganya untuk merebut kekuasaan dengan bantuan beberapa battalion streltsy yang memutuskan untuk berubah haluan. Sophia berhasil digulingkan dan Peter juga berhasil memaksa saudari tirinya itu untuk menandatangani perjanjian untuk melepaskan gelar keluarga Kerajaan yang dimilikinya. Peter dan Ivan tetap menjadi Tsar gabungan hingga Ivan meninggal pada 1696, menjadikan Peter sebagai penguasa mutlak satu-satunya.
Setelah mantap mengemban kekuasaan, Peter kemudian membuat sebuah rancangan besar untuk memodernisasi Rusia.
Peter melihat masyarakat Rusia sebagai orang -- orang yang kasar, tidak pintar, keras kepala, dan juga pemalas sehingga reformasi besar besaran sangat perlu dilakukan. Peter pun juga bercita -- cita untuk membuat Rusia menjadi salah satu kekuatan baru di Eropa. Maka untuk itulah, Peter merasa jika ia harus melihat sendiri bagaimana cara Kerajaan -- Kerajaan di sebelah barat Rusia tumbuh menjadi kekuatan - kekuatan yang hebat.
Kemudian pada tahun 1697, Peter memutuskan untuk mengadakan sebuah perjalanan panjang mengelilingi Eropa. Ia tidak sendirian di perjalanan ini karena ia juga ditemani oleh serombongan diplomat Rusia. Perjalanan ini juga menurut beberapa sejarawan juga diinterpretasikan sebagai upaya Peter untuk membangun relasi dengan Kerajaan -- Kerajaan Eropa lainnya.
Sebelum pergi, Peter sebagai pemimpin sadar untuk mempercayakan kepemimpinan sementara Rusia terhadap orang -- orang yang loyal kepadanya. Ia menugaskan tiga orang yakni Pangeran Boris Golitsyn, Pangeran Peter Prozorovsky, dan Gubernur Jenderal Moskow untuk mengemban pemerintahan hingga ia kembali.
Peter menggunakan banyak identitas samaran untuk perjalanan besarnya tersebut, tapi hal tersebut tidak banyak membantu karena tubuh Peter yang tinggi menarik banyak perhatian orang sehingga tidak sedikit orang yang mengenalinya.
Peter mengunjungi banyak wilayah dalam perjalanannya. Pertama ia menginjakan kakinya di Livonia (sekarang Latvia) setelah memutuskan untuk melewati Polandia karena situasi yang tidak memungkinkan. Livonia dulunya adalah wilayah yang masuk ke Kerajaan Swedia.
Riga, ibukota dari Livonia memiliki banyak struktur benteng yang kuat yang membuat Peter tertarik untuk mempelajarinya. Peter bahkan membuat sketsa dan pengukuran yang semuanya dicatat di buku kecil miliknya.
Peter selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Courland dan Konigsberg (sekarang menjadi Kaliningrad, Rusia). Disana Peter mendapatkan sambutan yang hangat dari para bangsawan setempat dan juga beberapa pemimpin Kerajaan seperti pemimpin masa depan Prusia, Frederick I. Di sana jugalah Peter mempelajari ilmu artileri dan balistik.
Setelah itu, Peter beranjak menuju ke Belanda. Pada awalnya ia ingin naik kapal, namun karena cuaca yang buruk, Peter memutuskan melewati jalur darat melewati daerah utara Jerman bersama rombongannya. Peter berusaha untuk tidak terlalu terlihat oleh banyak orang namun, dua orang wanita bangsawan Jerman yang mengetahui kedatangannya berniat mengundangnya untuk makan malam di Coppenbrugge yang dimana Peter memutuskan untuk menghadirinya. Peter sangat terkesan dengan dua Wanita bangsawan tersebut karena kecerdasan dan pengaruh yang mereka miliki dan mereka pun juga tampak menyukai Peter.
Peter akhirnya sampai di Belanda setelah beberapa hari perjalanan. Pada saat itu, Belanda dikenal sebagai pusat perdagangan dan industri terkemuka di Eropa yang membuat Peter sangat tertarik untuk melihat bagaimana segala sesuatunya bekerja di sana. Ia kemudian tiba di Kota Zaandam yang saat itu menjadi pusat galangan kapal Belanda. Ia tinggal di sana selama beberapa bulan dan mempelajari banyak hal tentang pembangunan kapal dimana ia menyamar sebagai seorang pelaut Rusia biasa untuk menutupi identitasnya.
Karena lambat laun sudah banyak orang yang sudah mulai mengenalinya, Peter memutuskan untuk melanjutkan pembelajarannya soal perkapalan di area galangan kapal milik VOC di Amsterdam berkat bantuan Nicolas Witseen yang saat itu menjabat sebagai salah satu direktur utama di Kongsi dagang terbesar di dunia saat itu.
Tidak hanya perkapalan, Peter juga mempelajari soal pembangunan industri, sains, dan arsitektur yang membuatnya berkunjung ke berbagai tempat seperti museum, kebun, pabrik, laboratorium, universitas, dan kincir angin. Ia juga menghabiskan waktunya untuk memperhatikan keindahan arsitektur kota Amsterdam dan kanal -- kanal-nya.
Setelah itu, Peter bertolak ke Utrecht dan bertemu dengan William III, Pangeran Oranye sekaligus Raja Inggris saat itu. William adalah sosok yang sangat dikagumi oleh Peter karena keberhasilan kampanye -- kampanye militernya sejak usia muda. Ia mengatakan kepada William jika ia akan mengunjungi Inggris setelah Belanda yang membuat William begitu senang. Kemudian, Peter melakukan pemberhentian terakhirnya di Den Haag sebelum bertolak Inggris.
Peter tiba di London pada bulan Januari 1698 setelah menghabiskan 5 bulan di Belanda. London pada saat itu adalah kota terkaya kedua setelah Amsterdam dan juga kota yang indah yang membuat Peter tertarik untuk melihat dan mempelajarinya. Selama di Inggris, Peter tinggal di sebuah lingkungan rumah mewah dan banyak kedatangan tamu bangsawan Inggris. William III yang mendengar kehadiran Peter di London juga mengunjunginya bersama dengan calon pemimpin masa depan Inggris, Ratu Anne.
Pada saat itu, Peter juga masih mempelajari soal perkapalan karena Inggris saat itu juga memiliki armada Angkatan laut yang kuat. Selain itu, ketertarikannya mempelajari agama Protestan membuatnya bertemu dengan Uskup Agung Canterbury dan Uskup Salisbury, Gilbert Burnet yang membuat Peter banyak menghadiri misa protestan dan bahkan ikut serta dalam pertemuan Quaker kendati ia adalah seorang penganut Katolik Ortodoks Timur. Pada satu kesempatan Peter juga bertemu dengan William Penn yang merupakan pendiri koloni Pennsylvania di Amerika Utara dan berkesempatan untuk hadir di sebuah sesi sidang parlemen Inggris.
Peter kemudian kembali ke Belanda untuk mengumpulkan kembali para diplomatnya dan melanjutkan perjalanan ke Vienna. Sepanjang perjalanan ia melakukan beberapa pemberhentian di Leipzig, Dresden, dan Praha. Ketika sampai di Vienna, Peter berencana untuk bertemu dengan Leopold II, Kaisar dari Kekaisaran Romawi Suci yang membutuhkan satu bulan negosiasi untuk merealisasikannya.
Sembari menunggu, Peter seperti sebelumnya di Inggris, juga tertarik untuk mempelajari ajaran Katolik Roma yang membuatnya menghadiri misa -- misa Katolik dan bertemu dengan Kardinal Kollonitz. Pada akhirnya, Peter bertemu dengan Leopold II dalam sebuah pesta besar yang meriah setelah sebulan menunggu.
Setelah urusannya di Vienna selesai, Peter masih akan berencana untuk mengunjungi Venesia di Italia namun ia mengurungkan niatnya karena mendengar 4 batalion Streltsy memberontak di tanah airnya dan sedang bergerak menuju Moskow setelah sebelumnya mampir ke Polandia dan bertemu dengan Raja Polandia-Lithuania, Augustus II dan membuat aliansi bersama melawan Swedia.
Peter akhirnya kembali ke Rusia pada bulan September 1698. Pemberontakan Streltsy pun juga sudah padam karena Peter membuat perintah dari jauh untuk orang -- orang kepercayaan untuk meredam pemberontakan melalui surat.
Di titik inilah, dengan segala pengetahuan yang kini sudah ia miliki, Peter kemudian membuat sejumlah reformasi besar -- besaran di sejumlah sektor. Ia memulai proses "restart" itu pada 1 Januari 1700 yang dimana ia resmi mengubah kalender utama Rusia dari Gregorian menjadi Julian.
Hal pertama yang dibereskan oleh Peter adalah meningkatkan kualitas militer Rusia yang saat itu sangat tertinggal oleh negara lain. Berbekal pengetahuan tentang dunia pelayaran dan perkapalan yang sudah dikuasainya, Peter mendirikan beberapa galangan kapal khusus untuk membangun kapal perang yang akhirnya membuat Rusia untuk pertama kalinya memiliki Angkatan Laut.
Tidak hanya itu, Peter juga merombak sistem militer Rusia menjadi lebih modern dengan memperkenalkan struktur militer baru yang teroganisir dan professional. Peter juga menggagas sistem rekrutmen prajurit yang menyentuh hingga kalangan bawah dengan sistem upah yang juga sudah diatur dengan rapi olehnya. Setiap orang menerima senjata, peralatan, dan sistem pelatihan yang sama. Hukuman untuk desersi dan pembangkangan juga sudah disiapkan.
Persenjataan juga menjadi fokus utama Peter dimana ia melakukan pengadaan senjata baru yang lebih modern dan membentuk divisi artileri dan balistik yang juga merupakan yang pertama di militer Rusia saat itu. Ia juge membubarkan Streltsy dan menggantinya dengan dua unit elit khusus bernama Semeovskii dan Preobrazhenskii.
Berkat reformasi masif-nya di bidang militer, Rusia dapat mendominasi dan memenangi Perang Utara Besar (1700-1721) melawan Swedia yang dimana Rusia berhasil mendapatkan penguasaan untuk wilayah -- wilayah strategis. Â
Di tahun 1710-an, jumlah tentara Rusia melewati rekor terbanyaknya sejak 1681 dengan total mencapai 130.000 infantri dan 40.000 kavalri untuk Angkatan darat mereka. Sementara Angkatan Laut Rusia berhasil mengoleksi 49 kapal perang besar, 800 kapal perang kecil, dan 28.000 personil. Hal ini membuat Rusia tumbuh menjadi salah satu kekuatan militer terbaik di Eropa pada abad-18.
Di bidang ekonomi, Peter memfokuskan kepada industrialisasi besar -- besaran yang berpedoman pada praktik merkantilisme. Perusahaan -- perusahaan swasta  mulai berdiri dan mengembangkan industri manufaktur dan pertambangan yang didukung oleh berbagai kebijakan yang menguntungkan pengusaha dan tenaga asing dengan sistem pengawasan yang ketat.
Pada masa pemerintahannya, Peter berhasil mendirikan sekitar 300 pabrik di seluruh Rusia yang bergerak di bidang pengolahan kayu, produksi bubuk mesiu, pengolahan kulit, produksi gelas, produksi kertas, metalurgi, produksi porselen, dan masih banyak lainnya. Pertambangan -- pertambangan baru juga banyak dibuka di seluruh negeri. Kombinasi hal -- hal diatas membuat diversifikasi pada ekonomi Rusia dan menyerap banyak tenaga kerja. Pendapatan pun bertambah dari ekspor -- ekspor hasil produk buatan dalam negeri Rusia ke berbagai belahan Eropa menjadikan Rusia sebagai negara industrialis yang berkembang pesat di masa itu.
Selain industrialisasi, Peter juga tidak melupakan sektor agrikultur yang dimana ia mengatur pergantian alat panen dari sabit menjadi sapu garuk yang terbukti meningkatkan jumlah panen di Rusia dan kerugian panen dapat diminimalisir. Tanaman dan ternak baru juga diperkenalkan secara luas saat itu.
Di bidang perdagangan, Peter mencetuskan aturan jika jumlah barang yang diekspor haruslah lebih besar dari jumlah yang diimpor yang pada masa pemerintahannya tercapai dengan baik dengan volume barang ekspor mencapai dua kali lipat dari barang impor. Barang ekspor Rusia pun juga semakin variatif berkat sokongan industrialiasi dan reformasi agraria.
Peter juga melakukan perbaikan terhadap infrastruktur seperti jalanan dan membangun kanal untuk mencapai setiap sudut perbatasan Rusia untuk melancarkan perdagangan. Untuk menggalang lebih banyak pemasukan, Peter juga mengimplementasikan pajak dan monopoli untuk berbagai macam barang.
Peter juga melakukan reformasi besar -- besaran di bidang pemerintahan dan hukum. Dia membuat undang -- undang baru yang terdiri dari 3000 hukum yang berkaitan dengan ekonomi, kehidupan masyarakat, struktur manajemen pemerintahan.
Peter membagi wilayah Rusia yang sangat luas ke dalam 8 provinsi besar yang dipimpin oleh seorang Gubernur. Ke-8 Provinsi itu adalah Moskow, St. Petersburg, Archangelgorod, Siberia, Azov, Smolensk, Kazan, dan Kiev.
Salah satu tugas utama gubernur adalah mengumpulkan pajak. Peter memutuskan untuk merubah sistem pajak di Rusia dari awalnya berbasis rumah tangga menjadi individual untuk penyerapan yang lebih baik dengan pengecualian terhadap kaum bangsawan dan Lembaga agama. Hal ini cukup berhasil menaikan pendapatan dari pajak, namun di sisi lain juga membebani kaum biasa.
Selain itu, Peter juga terkenal karena mengadopsi sistem tabel peringkat yang bertujuan untuk merevolusi struktur hierarki di Rusia serta menekankan budaya meritokrasi di masyarakat Rusia. Terdapat 14 kelas dengan angka 1 sebagai yang tertinggi dan 14 sebagai yang terendah serta mencakup area militer, admistrasi sipil, dan pengadilan. Sistem ini membuat orang dari kalangan manapun memiliki kesempatan yang sama untuk meraih posisi tertentu yang diukur dari kemampuan dan talentanya.Â
Hal ini juga membantu Peter untuk mengontrol para birokrat dan aristokrat karena sistem tabel peringkat ini juga memiliki hukuman yang dapat membuat seseorang turun peringkat dan kehilangan titel dan wewenang yang sebelumnya ia miliki karena melanggar aturan. Menariknya Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin juga mengadopsi sistem yang sama di pemerintahannya saat ini yang digabungkan dengan seragam dan simbol.
Peter juga membentuk parlemen yang dinamainya sebagai "Dewan Kekaisaran" dan juga sejumlah kementerian yang diatur oleh hukum dan institusi tertinggi yakni dirinya sebagai penguasa Rusia.
Gebrakan lain yang juga dilakukan oleh Peter adalah reformasi pendidikan. Menurutnya, orang -- orang Rusia harus memiliki macam -- macam pengetahuan dan tidak hanya sekedar bisa membaca dan menulis saja. Ia mendirikan banyak sekolah dan perguruan tinggi baru serta merevisi kurikulum pendidikan di Rusia yang mengedepankan 3 hal yakni: Penekanan terhadap sains dan kemampuan praktikal, Penggunaan buku -- buku dan metode barat, serta pelatihan vokasional.
Ia juga mengirim banyak orang Rusia untuk belajar di institusi -- insitusi pendidikan dan pelatihan di barat. Selain itu reformasi pendidikannya juga menyentuh insitusi klerikal keagamaan di Rusia yang dimana Peter mewajibkan pendeta untuk mempelajari ilmu -- ilmu pengetahuan lain disamping ilmu agama dan teologi seperti sejarah, geografi, dan Bahasa asing. Hal ini dimaksudkan juga untuk mempercepat proses sekularisasi di institusi keagamaan Rusia.
Kendati demikian, pendidikan formal di Rusia di bawah pemerintahannya masih belum sepenuhnya menjangkau ke kalangan bawah terutama di pedesaan. Namun Peter mengakalinya dengan mendirikan sekolah -- sekolah kecil dan mengutamakan pelatihan -- pelatihan teknikal seperti pengolahan kayu, besi, dan lain sebagainya supaya mereka yang tinggal di pedesaan juga memiliki kesempatan untuk bekerja secara profesional.
Di bidang kebudayaan, Peter membuat beberapa aturan terutama cara berpakaian untuk masyarakat yang harus serupa dengan orang -- orang barat masa itu seperti jas, rompi, dan wig untuk pria dan gaun dan korset untuk Wanita. Peter juga mewajibkan setiap pria di Rusia untuk memiliki wajah yang bersih dari janggut.
Selain itu, Peter juga mendorong budaya interaksi barat yang meliputi cara makan, cara menari di pesta, dan norma percakapan serta membuat pertemuan sosial yang dimana pria dan Wanita bertemu bersama bersosialisasi, berdansa, dan membahas hal -- hal intelektual yang perlahan mulai menghapuskan jarak antara pria dan Wanita di kasta sosial.
Di bidang infrastruktur, Peter melakukan banyak pembangunan yang diantaranya adalah pembangunan ibu kota baru, St. Petersburg pada 1703 yang terinspirasi oleh Amsterdam dan Venesia. Kota itu memiliki fitur seperti ruang plaza yang luas, kanal, dan monument. St. Petersburg selesai dibangun pada 1712 dan dengan cepat mendapat pujian karena keindahannya dan mendapat julukan "Venesia dari Utara" bahkan hingga saat ini.
Selain ibu kota baru, Peter juga menambah dan memperbaiki jalan -- jalan yang menghubungkan kota -- kota besar dan region di seluruh Rusia yang berpusat di St. Petersburg. Ia juga banyak membangun kanal -- kanal baru seperti Vyshny Volochok yang menghubungkan Sungai Volga dengan Laut Baltik melalui Sungai Mysta yang memfasilitasi perdagangan Rusia dengan Kerajaan -- Kerajaan di barat Eropa, lalu  ada juga Kanal Ladoga yang menghubungkan Sungai River dan Sungai Svir untuk mengakomodasi jalur St. Petersburg dan wilayah dalam Rusia.
Pelabuhan -- pelabuhan baru juga banyak dibangun oleh Peter di berbagai wilayah Rusia seperti St. Petersburg, Arkhangelsk, dan Taganrog. Selain itu fasilitas pertahanan seperti perbentengan juga di intensifkan pembangunannya oleh Peter berbekal dari ilmu yang ia dapat di Livonia. Peter membangun perbentengan yang menyebar di daerah perbatasan Rusia dari Laut Baltik hingga Laut Hitam yang dilengkapi oleh persenjataan dan personal yang mumpuni untuk melindungi Rusia dari serbuan asing.
Benteng paling terkenal yang pernah ia bangun adalah Benteng Peter and Paul yang berdiri di Pulau Zayachy di St. Peterseburg yang berfungsi sebagai bangunan pertahanan, penjara, dan symbol kekuatan.
Dengan segala reformasi yang dilakukannya, Rusia tumbuh menjadi bangsa yang ditakuti dan disegani di Eropa. Namun, bukan berarti pemerintahannya berjalan tanpa cela. Pertama, Ia dianggap sebagai pemimpin yang sangat otoriter dan kejam dimana ia tak segan -- segan memenjarakan dan mengeksekusi segala bentuk oposisi.
Reformasi budaya yang dilakukan Peter juga berujung pada konflik dengan golongan tradisionalis yang menggangap Peter telah mencampakan nilai -- nilai dan budaya asli Rusia dengan reformasi ala barat-nya. Hal itu juga menimbulkan kesenjangan budaya antara kaum aristokrat yang sudah terdoktrin dan terdidik oleh nilai -- nilai barat dalam keseharian mereka dan kaum biasa yang buta huruf dan hanya menerima akses pendidikan yang terbatas. Upaya sekulariasi Peter terhadap Gereja Ortodoks juga menimbulkan banyak protes oleh kaum agamawan.
Hal ini juga diperburuk oleh perlakuan Peter terhadap salah satu putranya Aleksei Petrovich yang terang -- terangan tidak suka pada reformasi yang dilakukan ayahnya. Pada 1718, Aleksei ditangkap dan dijatuhi hukuman mati setelah pelariannya di Vienna. Peter sendiri yang memutuskan nasib anaknya tersebut di pengadilan. Aleksei kemudian dijebloskan ke penjara dan disiksa sebelum akhirnya ia meninggal pada Juni 1718.
Pada akhirnya, sang petualang yang menjadi reformis Rusia itu menghembuskan nafas terakhirnya pada 8 Februari 1725 di usia-nya yang ke 52 tahun di St. Petersburg akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Selama hidupnya, Peter menikah sebanyak dua kali yakni dengan Eudoxia Lopukhina dan Catherine I yang dimana ia dikaruniai sebanyak 15 orang anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI