Mohon tunggu...
William Kertha Adi Tama
William Kertha Adi Tama Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer/Tiktok Content Creator/History and Football Enthusiasts

Halo, nama saya William Kertha Adi Tama, saat ini saya berkarier sebagai freelancer di dunia penulisan dan penerjemahan sekaligus menyalurkan minat saya dalam dunia sejarah dan sepakbola dengan menjadi content creator di platform Tiktok dan Instagram. Di laman ini saya akan menulis tentang 2 topik tersebut dan tidak menutup kemungkinan untuk mengeksplor topik lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perjalanan Panjang Sepak Bola Indonesia Bangkit dari Mati Suri

13 Agustus 2024   12:36 Diperbarui: 13 Agustus 2024   12:37 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia. Sumber Gambar: Melintas.Id

Sepakbola Indonesia mungkin sedang dalam periode terbaik-nya dalam beberapa tahun terakhir. Perlahan tapi pasti, Timnas Indonesia sedang berusaha untuk menggapai kembali kejayaan yang sempat mati suri untuk waktu yang lama. Gelar demi gelar, rekor demi rekor, perlahan kembali ke genggaman skuad Garuda.

Saat ini, Tim Nasional Indonesia bertengger di peringkat 133 FIFA menurut rilis terakhir di bulan Juli kemarin. Peringkat tertinggi Indonesia sejak 2019 yang dimana saat itu Indonesia berada di posisi 175 FIFA. Selain itu, selama periode kurang lebih 4 tahun hingga saat ini, Timnas Indonesia sudah berhasil lolos ke Piala Asia dua kali yakni pada 2023 silam dan juga ke Piala Asia 2027 yang akan datang serta berhasil mengamankan tiket menuju ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 yang mulai akan diselenggarakan pada September mendatang.

Tidak hanya Tim Senior, Timnas kelompok umur Indonesia pun juga tidak mau kalah unjuk gigi dengan menorehkan berbagai prestasi seperti menjuarai AFF U-19 2024, Mencapai babak semifinal Piala Asia U-23, Menjuarai SEA Games 2023 pada cabang sepakbola, dan tampil di Piala Dunia U-17.

Rentetan kesuksesan yang sudah di sebutkan tadi seolah membuat pecinta sepakbola Indonesia berada di dalam mimpi. Bayangkan kita menggunakan mesin waktu dan pergi ke tahun 2018 dan mengatakan semua daftar kesuksesan Timnas Indonesia sejauh ini kepada orang -- orang. Tentunya mereka pasti akan tertawa terbahak -- bahak mendengarnya. Tetapi sekarang inilah realitanya dan untuk mencapai ke titik dimana kita berpijak hari ini ada proses yang begitu panjang dan terjal yang menyertainya.

Masih hangat di ingatan kita semua bagaimana terpuruknya prestasi Tim Garuda di masa lalu Terutama pada periode 2017-2019 yang dimana kita benar -- benar tertinggal jauh dari negara -- negara tetangga kita di ASEAN yang saat itu sepakbolanya melejit pesat terutamanya Thailand dan Vietnam. Pada saat itu, boleh dibilang sepakbola kita benar -- benar ada di titik terendahnya.

Skuad Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Sumber Gambar: Kompas.com
Skuad Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Sumber Gambar: Kompas.com

Pada kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, Indonesia yang tergabung di dalam grup yang berisikan Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Uni Emirat Arab harus menerima kekalahan demi kekalahan yang menyebabkan skuad Garuda harus finish di peringkat paling buncit. Hal ini membuat ejekan dari netizen negara -- negara tetangga terhadap sepakbola kita begitu masif di masa itu.

Animo Masyarakat terhadap tim nasional pun juga sempat ikut menurun drastis. Banyak hal yang menjadi fokus penyebab hancurnya performa timnas Indonesia di masa itu, terutamanya dengan rumor "pemain pilihan netizen" yang sempat viral itu ditambah dengan kepengurusan PSSI yang saat itu benar -- benar tidak sehat dan sering bersinggungan dengan konflik kepentingan.

Waktu berlalu, kepengurusan PSSI berganti dengan Mochamad Iriawan yang biasa disapa Iwan Bule menjadi ketua umum PSSI dengan Ratu Tisha Destria menjadi wakil ketua umum. Beberapa hal segera dilakukan termasuk mengganti pelatih kepala Timnas Indonesia. Setelah menyeleksi beberapa kandidat, nama Shin Tae Yong pun akhirnya terpilih dan dikontrak dengan durasi 4 tahun.

Shin Tae Yong. Sumber Gambar: PSSI.org
Shin Tae Yong. Sumber Gambar: PSSI.org

Shin Tae Yong sendiri bukanlah orang sembarangan. Pria kelahiran Yeongdeok, Korea Selatan 53 tahun yang lalu itu merupakan mantan nahkoda Tim Nasional Korea Selatan dan memimpin the Taeguk Warriors di Piala Dunia 2018. Satu hal yang mungkin masih membekas di ingatan pencinta sepakbola saat ini soal Timnas Korsel asuhan Shin saat itu adalah ketika mereka berhasil memulangkan juara dunia empat kali, Jerman di fase grup setelah mengalahkan mereka dengan skor 2-0. Tidak hanya itu, Shin Tae Yong juga merupakan mantan pelatih klub Korsel Seonnam Ilhwa yang dimana ia berhasil mempersembahkan satu gelar Liga Champions Asia pada 2010 silam.

Shin sendiri baru mulai intens bekerja sebagai pelatih kepala timnas setelah badai Covid 19 agak mereda di pertengahan 2021 silam. Shin dihadapkan pada beberapa masalah. Yang paling utamanya adalah kebugaran fisik pemain yang dianggapnya sangat -- sangat kurang untuk level pemain timnas sehingga mereka kebanyakan mengalami keletihan dan kram di menit 60-70 yang merupakan menit- menit krusial.

Disamping itu, dari segi taktikal, STY menemukan jika bahkan level passing untuk ukuran pemain timnas pun juga masih jauh dari apa yang ia harapkan. Jika hal -- hal dasar saja mereka tidak melakukannya dengan baik, lalu bagaimana taktik dapat berjalan, begitulah kira -- kira apa yang ada di isi kepala Shin Tae Yong saat itu.

Setelah mengumpulkan analisis awal-nya, Shin kemudian merancang pola latihan fisik dan taktikal yang keras ditambah dengan menerapkan peraturan -- peraturan ketat untuk menggembleng kedisiplinan para pemain. Dalam hal ini, Shin ingin menciptakan ekosistem dimana "siapa yang bisa bertahan, maka dia yang akan bermain di Timnas".

Pada awalnya, banyak pemain yang mengaku kepayahan dan kesulitan dalam mengikuti ritme menu latihan Shin Tae Yong yang dianggap mereka sangat berat. Bahkan kasus-kasus indisipliner pun juga masih bermunculan seperti dalam kasus Nurhidayat Haji Haris, Osvaldo Haay, Serdy Ephy Fano, Yudha Febrian, dan Rifad Marasabessy yang tak segan nama -- nama mereka dicoret STY dari pemusatan latihan karena berbagai macam alasan terutamanya perihal keterlambatan hadir.

Tetapi seiring berjalannya waktu, para pemain timnas sudah terbiasa dengan latihan -- latihan keras dan intens tersebut serta kedisiplinan diri mereka pun semakin meningkat. Para pemain kini mulai sadar untuk menjaga pola makan mereka dan berinisiaitif untuk melakukan peningkatan fisik secara mandiri.

Ada juga kebijakan unik dan juga berani yang dilakukan oleh Shin Tae Yong yakni memotong satu generasi pemain timnas dengan menyiapkan generasi baru timnas yang diisi oleh nama -- nama seperti Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho, Pratama Arhan, Ernando Ari, Marselino Ferdinan, dan sebagainya.

Sebagai akibatnya, nama -- nama seperti Stefano Lilipaly, Evan Dimas, Hansamu Yama, Ezra Walian, Ryuji Utomo, dan Nadeo Argawinata yang sempat menjadi tulang punggung timnas perlahan -- lahan tersingkir. Sebuah perjudian yang bisa dikatakan berjalan dengan sangat sukses hingga saat ini.

Kendati demikian, Shin merasa jika Timnas Indonesia masih membutuhkan tenaga para pemain diaspora dan keturunan grade A yang bermain di luar negeri untuk lebih mendongkrak performa timnas di berbagai level kompetisi.

Sejatinya, Shin ingin Indonesia tidak hanya berbicara banyak di level Asia Tenggara saja namun juga di level Asia. Kehadiran pemain keturunan dan diaspora juga diharapkan dapat menjadi role model bagi pemain lokal untuk meningkatkan diri mereka lebih dari sebelumnya dan membuat persaingan yang sehat di tubuh timnas.

Kemudian scouting PSSI dan tim pelatih timnas mulai menyortir beberapa nama. Sebelumnya, Indonesia pun sudah sering melakukan hal semacam ini namun, pemain -- pemain yang dinaturalisasi ada kalanya sudah lewat masa emas-nya ataupun memang bukan pemain dengan kualitas Grade A sehingga PSSI memutuskan untuk lebih hati -- hati kali ini.

Nama pertama yang berhasil di dapatkan di era Shin Tae Yong adalah Elkan Baggott. Pemain berposisi bek Tengah dan bertubuh jangkung yang saat ini menjalani proses peminjaman di Blackpool City musim ini diturunkan bersama -- bersama dengan pemain timnas Indonesia lainnya di ajang AFF 2020 yang diselenggarakan di Singapura pada Desember 2022 silam.

Skuad Indonesia saat itu mendapatkan banyak ejekan dan kata -- kata bernada meremehkan dari media -- media kubu lawan namun mereka dapat membungkam semua itu. Indonesia lolos dari fase grup B dengan catatan yang apik. Indonesia dapat mengalahkan Malaysia dengan skor telak 4-1 dan berhasil menahan imbang Vietnam dengan skor 0-0. Kemudian di semifinal mereka menjalani laga sulit melawan Singapura yang mampu mereka menangkan dalam 120 menit pertandingan. Sayangnya di laga final, Indonesia harus menelan kekalahan dari Thailand yang diperkuat Chanatip Songkrasin dan kawan -- kawan dalam laga final yang berlangsung 2 leg.

Timnas Indonesia di AFF 2020. Sumber Gambar: Antara Foto/Flona Hakim
Timnas Indonesia di AFF 2020. Sumber Gambar: Antara Foto/Flona Hakim

Untuk keenam kalinya Indonesia menjadi runner-up di gelaran AFF, namun pada saat itu, Masyarakat Indonesia sudah sangat bangga dengan pencapaian tersebut. Satu hal yang pasti, penampilan Indonesia di AFF 2020 seolah menjadi pesan terselubung kepada rival -- rival Indonesia di Asia Tenggara jika sepakbola Indonesia telah perlahan bangun dari mati suri-nya.

Kemudian waktu pun berlalu dengan cepat. Timnas Indonesia perlahan -- lahan dapat menaiki tangga ranking FIFA melalui serangkaian FIFA Matchday. Lawan yang dipilih pun juga sudah mulai menyasar kepada negara -- negara yang memiliki rangking FIFA 120 ke bawah. Salah satunya adalah menjamu negara Curacao yang saat itu bertengger di rangking 84 FIFA. Dalam 2 leg pertandingan yang berlangsung di GBK tersebut, Timnas berhasil memenangkan kedua match tersebut yang berujung pada melonjaknya peringkat FIFA Indonesia saat itu.

Indonesia juga kembali membuat kejutan dengan berhasil lolos ke putaran final Piala Asia 2023 setelah mendapatkan dua kemenangan melawan Kuwait dan Nepal serta sekali kekalahan melawan Yordania membuat Indonesia finish sebagai runner-up terbaik grup. Hal ini membuat penantian panjang Indonesia sejak 2007 berakhir.

Selain itu program scouting yang dilakukan oleh PSSI dan tim kepelatihan saat itu juga terus berlanjut dan pada akhirnya mereka mendapatkan Jordi Amat yang merupakan pemain dengan banyak sekali pengalaman bermain di kompetisi -- kompetisi elit Eropa dan pernah berhadapan dengan pemain kelas dunia seperti Messi dan Ronaldo. Nama lain yang juga berhasil di naturalisasi adalah Sandy Walsh yang saat ini memperkuat KV Mechelen di Liga Belgia. Ia memang sudah lama mendambakan bermain untuk Timnas Indonesia.

Kemudian, sepakbola Indonesia yang sedang dalam kenaikan pesatnya harus dihadapkan pukulan yang amat telak. Tragedi Kanjuruhan pada bulan Oktober 2022 merenggut 135 nyawa akibat kerusuhan yang terjadi pasca derby Jawa Timur antara Persebaya dan Arema. Saking banyaknya korban, tragedi tersebut menjadi salah satu tragedi paling mematikan dalam Sejarah sepak bola dunia. Seluruh dunia melihat kearah Indonesia dengan rasa simpati dan juga mempertanyakan pengelolaan keamanan di liga sepak bola Indonesia.

FIFA pun juga hampir saja melayangkan hukuman kepada sepak bola Indonesia. Sesuatu yang sangat ditakutkan oleh seluruh pencinta sepak bola tanah air. Namun berkat lobi -- lobi yang dilakukan oleh PSSI dan pemerintah, FIFA akhirnya memutuskan untuk tidak memberikan hukuman dan sebaliknya membuka kantor di Jakarta untuk mengawasi jalannya penanganan kasus Kanjuruhan dan perbaikan liga sepakbola di Indonesia.

Waktu kembali berjalan hingga bulan Februari 2023. Sebuah kejadian luar biasa di sepakbola Indonesia kembali terjadi. Kali ini mengenai pembatalan tiba -- tiba Indonesia dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Penyebabnya adalah salah satu negara peserta-nya adalah Israel. Penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel ke Indonesia disampaikan oleh beberapa pihak mulai dari organisasi keagamaan hingga politisi. Pada akhirnya FIFA yang terkejut atas Keputusan Indonesia itu kemudian menugaskan Argentina untuk menjadi tuan rumah pengganti.

Kembali lagi, ancaman sanksi FIFA pun kembali meneror sepakbola Indonesia dan sekali lagi seluruh dunia melihat kearah Indonesia. Pembatalan Piala Dunia U-20 kemudian menimbulkan pro dan kontra di masyarakat pada saat itu. Sementara itu dari sisi pemain, banyak yang mengaku kecewa karena Impian mereka untuk bermain di Piala Dunia kandas dalam waktu sekejap. Lagi -- lagi Indonesia lolos dari sanksi FIFA dan FIFA memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-17.

Tak lama kemudian, PSSI mengadakan kongres luar biasa untuk melakukan pemilihan ketua umum baru setelah masa jabatan Iwan Bule habis dan beliau tidak ingin melanjutkan. Singkat cerita, Erick Thohir didaulat menjadi ketua umum PSSI untuk periode 2023 -- 2027 mengalahkan La Nyala Matalitti  dalam pemungutan suara.

Erick Thohir. Sumber Gambar: Republika/Thoudy Badai
Erick Thohir. Sumber Gambar: Republika/Thoudy Badai

Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu bukanlah orang yang asing dengan manajemen olahraga terutama sepakbola. Erick adalah mantan pemilik klub raksasa Italia Inter Milan dari 2015 hingga 2019 sebelum ia menjualnya kepada Suning Group asal China. Selain itu, saat ini ia juga tercatat sebagai pemilik Oxford United yang saat ini berlaga di Divisi Championship. Selain itu, Erick juga memiliki pengalaman sebagai ketua penyelenggara Asian Games 2018 silam dan juga saat ini menjabat sebagai anggota eksekutif FIBA. Ia pun juga salah satu sosok vital yang berhasil melobi Presiden FIFA, Gianni Infantino untuk tidak memberikan hukuman kepada Indonesia atas kasus Kanjuruhan dan batal-nya pagelaran Piala Dunia U-20.

Sebagai ketum baru PSSI, Erick mencanangkan beberapa program yang dapat dibagi menjadi 3 program kerja besar yakni: Memperkuat Timnas Indonesia di segala level, Perbaikan Liga sepakbola Indonesia dan Pembenahan PSSI. Ia berprinsip jika sepakbola Indonesia harus dikelola dengan pendekatan -- pendekatan modern dan inovatif.

Ia bahkan juga sudah merancang blueprint sepakbola Indonesia yang bermuara pada target Indonesia untuk duduk di 50 besar rangking FIFA dengan rincian tahapan pemulihan selama 2023, pengembangan selama 2024 -- 2028, masa peningkatan selama 2028 -- 2034, dan masa keemasan pada 2034 -- 2045 jika semuanya berjalan baik. Hal semacam ini terinspirasi dari bagaimana Jepang membangun sepakbolanya dengan memiliki Blue Print untuk periode 100 tahun.

Kemudian waktu kembali berlalu. Selama setahun terakhir, berbagai gebrakan untuk timnas Indonesia dilakukan oleh Erick Thohir dan PSSI. Salah satunya adalah lebih mengintensifkan pencarian pemain -- pemain diaspora dan keturunan yang membuat saat ini Timnas Indonesia diperkuat oleh deretan pemain grade-A berkualitas seperti Jay Idzes, Justin Hubner, Calvin Verdonk, Thom Haye, Ragnar Oeratmangun, Rafael Struijk, Marteen Paes, Shayne Pattynama, dan masih banyak lagi.

Kombinasi mereka dengan pemain lokal timnas senior sejauh ini telah membuat Indonesia mengamankan satu tempat di Piala Asia 2027 dan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Ronde Ketiga. Tidak hanya timnas senior, timnas kelompok umur pun juga mendapatkan amunisi pemain keturunan seperti Jens Raven yang kemarin berhasil mengangkat trofi AFF U-19 di bawah asuhan Indra Sjafri.

Di perkirakan, masih ada beberapa nama potensial yang akan bergabung ke timnas Indonesia seperti Kevin Diks, Mees Hilgers, dan Ole Romeny.

Selain itu, Erick Thohir juga memutuskan untuk memperpanjang kontrak Shin Tae Yong hingga 2027 mendatang setelah target Indonesia lolos babak 16 besar Piala Asia 2023 dan minimal lolos ke babak perempat final piala Asia U-23 tercapai. Hal ini tentu menjadi berita yang baik mengingat chemistry antara Shin dan para pemainnya kini sudah semakin kuat.

Pembenahan dan penguatan Timnas Indonesia juga diwujudkan dalam pemilihan lawan -- lawan FIFA Matchday yang semakin berkualitas. Erick menargetkan setiap tahunnya, Timnas Indonesia harus melawan satu tim kuat dunia dari peringkat 1-50. Pada Juni 2023 kemarin, Timnas Indonesia mendapatkan kesempatan untuk melawan Timnas Argentina yang baru beberapa bulan menjadi juara dunia.

Kendati kalah 2-0, Timnas mendapatkan banyak pengalaman berharga dan juga pertandingan ini juga menarik perhatian negara -- negara Asia Tenggara lainnya yang terkejut dan bertanya -- tanya bagaimana Indonesia bisa mengundang Argentina. Yang utamanya adalah bagaimana mengasah mental pemain timnas Indonesia melawan negara -- negara yang ranking sepakbolanya berada jauh di atas kita.

Tidak hanya timnas Putra, timnas sepakbola Putri pun kini juga sudah mulai mendapatkan perhatian lebih. Erick Thohir menunjuk Satoru Mochizuki untuk menukangi timnas putri Indonesia sekaligus ikut ambil bagian dalam pengembangan sepak bola Wanita di Indonesia. Erick juga berjanji untuk segera merealisasikan liga sepakbola Putri.

Kemudian setelah semuanya berjalan baik untuk tim nasional, Erick Thohir kini memusatkan fokusnya dalam pembenahan kompetisi sepak bola Indonesia yang boleh di bilang pengelolaannya masih carut marut terutama berkaca pada tragedi Kanjuruhan dan juga minimnya prestasi klub -- klub Indonesia di kancah Asia selama beberapa tahun terakhir. Saat ini pun peringkat liga sepakbola kita hanya berada di peringkat 6 se-ASEAN dan ke-28 di level Asia.

Tentu kita tahu bersama jika masa depan tim nasional akan sangat bergantung pada kualitas liga. Semakin baik liga, maka akan semakin baik timnas. Sejak menjabat sebagai ketum, Erick dan jajaran PSSI beserta PT LIB berusaha memutar otak untuk membenahi kompetisi Liga sepakbola Indonesia dan menaikan level-nya.

Salah satunya adalah dengan mencoba format Championship series di Liga 1 yang mirip dengan MLS. Namun, format ini pada akhirnya dirasa kurang cocok dengan Indonesia sehingga musim ini Liga 1 kembali menggunakan format reguler.

VAR di Liga 1. Sumber Gambar: Antara Foto/Mohammad Ayudha
VAR di Liga 1. Sumber Gambar: Antara Foto/Mohammad Ayudha

Selain itu, VAR juga mulai digunakan untuk seluruh pertandingan liga 1 musim ini yang merupakan sebuah upgrade, karena dengan kehadirannya, pengambilan Keputusan wasit bisa lebih adil dan dapat di pertanggung jawabkan. Sebetulnya, PSSI dan LIB sudah menargetkan jika paruh musim lalu VAR sudah digunakan namun banyak hal yang belum siap.

Kuota pemain asing klub Liga 1 pun juga ditambah menjadi 8 slot dengan hanya enam pemain asing yang berada di lapangan setiap pertandingan. Hal ini dimaksudkan guna memberikan atmosfir persaingan yang lebih ketat lagi dan juga menjadi pemicu untuk para pemain lokal untuk bersaing. Kebijakan setiap klub wajib memainkan pemain U-22 minimal selama 45 menit juga akan diberlakukan. 

Aturan Lisensi klub bagi klub liga 1 juga makin diperketat. Dari 18 klub Liga 1 musim ini baru 8 yang sudah memenuhi syarat lisensi sementara 10 klub lainnya harus mendapatkan "remedial" berupa asistensi dari LIB untuk menutupi kekurangan-kekurangan seperti aspek finansial, sporting, legal, dan infrastruktur yang merupakan lima aspek utama dalam lisensi klub menurut AFC.

Selain Liga 1, Liga 2 pun juga mendapatkan perubahan kompetisi dan aturan baru. Musim ini klub -- klub liga 2 yang berjumlah 26 klub akan dibagi dalam 3 tim yang berisikan Sembilan tim di Grup 1 dan 2 serta 8 klub di Grup 3. Masing -- masing pemuncak grup akan langsung lolos ke liga 1 (3 tim promosi) dan sebaliknya 3 tim terbawah masing -- masing grup akan langsung terdegradasi ke Liga 3 (9 tim degradasi). Selain itu Liga 2 juga mewajibkan tim peserta untuk memainkan dua pemain U-21 minimal 45 menit pertama.

Demi pemerataan sepakbola di seluruh wilayah Indonesia, PSSI dan LIB pun juga bersepakat untuk merevitalisasi Liga 3 serta membuat Liga 4 yang rencananya langsung dikelola oleh Asprov PSSI. Pun juga tujuannya agar lebih banyak bakat -- bakat yang dapat terserap dari seluruh pelosok Indonesia melalui kompetisi resmi.

Pembenahan keamanan di liga 1 pun juga masih terus digenjot dengan peraturan larangan away supporter masih berlaku untuk musim ini dan keamanan di dalam stadion kini makin diperketat. Keputusan ini diambil karena masih banyaknya bentrokan dan kerusuhan kecil oleh banyak oknum supporter di musim lalu sehingga PSSI dan LIB menilai jika kondisi seperti semula belumlah memungkinkan.

Piala Liga? Masih belum ada kejelasan mengenai kelanjutannya walaupun ada beberapa wacana untuk menggelarnya paling tidak musim ini ataupun musim depan tergantung kepada sponsorship dan bagaimana sistem serta format yang akan digunakan.

Dan yang terakhir adalah soal transformasi dan pembenahan PSSI. Selama setahun di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI berhasil membukukan pendapatan sebesar 700 miliar Rupiah dan surplus sekitar 49 miliar Rupiah dalam rilis audit terbaru. Sejauh ini, PSSI masih memiliki utang sekitar 90 miliar Rupiah kepada kreditur yang perlahan kini tersisa 70 Miliar Rupiah. Untuk proses auditing sendiri, Erick bahkan sampai menunjuk firma audit ternama, Ernst and Young untuk melakukannya.

Dari proses auditing itulah terungkap utang -- utang sebesar 90 Miliar yang sebelumnya tidak terbayarkan oleh PSSI dan terdapat juga banyak penyalahgunaan budget yang membuat program -- program PSSI tidak berjalan dengan semestinya. Hal inilah yang berusaha untuk segera diselesaikan oleh PSSI di era Erick Thohir supaya mewujudkan keuangan yang sehat untuk PSSI.

Satu PR yang masih dimiliki PSSI saat ini adalah segera menentukan jabatan direktur Teknik yang sampai saat ini masih lowong. Sebelumnya Indra Sjafrie memegang jabatan ini sebelum akhirnya difokuskan untuk menangani tim kelompok umur. Sejak Maret 2024, PSSI sendiri tengah menyeleksi beberapa nama kandidat yang cocok untuk menjadi dirtek. Terbaru, mantan pelatih kepala Vietnam, Philippe Troussier diisukan akan menjadi dirtek, namun semua masih sebatas rumor.

Akhir kata untuk menutup tulisan yang panjang ini, penulis berpendapat jika pengembangan dan transformasi sepakbola Indonesia kini sudah berada di jalan yang tepat. Kita tidak boleh berpuas diri dengan pencapaian kita saat ini karena jalan yang kita tempuh masih akan sangat panjang dan berliku. Konsistensi dan Keberlanjutan adalah 2 kata kunci utama yang harus dipegang oleh sepakbola Indonesia saat ini dan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun