Ketika Guo tiba di Shanxi untuk bertugas kembali, bukannya berterima kasih kepada Wang karena membuatnya kembali mendapatkan jabatannya, Ia malah mengutuk aksi Wang tersebut yang dianggapnya sebagai bentuk ketidaksetiaan yang dapat mengakibatkan rusaknya tatanan yang sedang berusaha dibangun oleh Tang pasca pemberontakan. Wang yang merasa malu dengan tindakannya tersebut kemudian memilih untuk bunuh diri, sementara Guo dengan gemilang menumpas serbuan -- serbuan pasukan Tibet di perbatasan Tang.
Kaisar Suzong kemudian meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar Kaisar Daizong. Serupa dengan ayahnya, Daizong yang khawatir dengan potensi popularitas Guo kemudian memindah tugaskan Guo dari jabatan Jiedushinya menjadi perwira tinggi militer di Istana di ibukota Chang'an.
Selama tahun -- tahun berikutnya, Guo terlibat dalam menangani konflik dengan Kekaisaran Tibet dan selalu mendapatkan kemenangan. Pada tahun 765 Masehi, Guo mendapatkan kemenangan besar atas Pasukan Tibet yang berjumlah seratus ribu orang di bawah pimpinan Kaisar Tibet Trisong Detsen dalam pertempuran Xiyuan yang dimana Guo berhasil mendapatkan dukungan dari Pasukan Uighur yang semula berada di pihak Tibet.
Kekalahan ini memaksa Trisong Detsen menandatangani perjanjian damai dengan Daizong yang mengakhiri ancaman Tibet terhadap Tang sekaligus menjadi titik balik pemulihan hubungan Dinasti Tang dan suku -- suku Uighur lainnya.
Sekali lagi, kesetiaan dan patriotismenya terhadap Tang serta keteguhan moral-nya kembali terlihat pada sebuah kisah yang terjadi pada tahun 767 masehi. Salah satu putra Guo berdebat hebat dengan istrinya yang merupakan seorang putri Tang dimana mereka membandingkan kehebatan Guo dan Kaisar Daizong.
Putranya berkata "Apa bagusnya menjadi seorang kaisar? Ayahku bisa menjadi kaisar kapanpun dia mau". Hal ini didengar oleh Guo dan membuatnya marah besar karena mengisyaratkan ketidaksetiaan.
Ia kemudian mengunci putranya tersebut di sebuah ruangan dan menunggu Kaisar Daizong untuk memberikan putranya itu hukuman. Sang istri yang menyesal karena memulai perdebatan tidak penting itu memohon kepada Guo untuk mengampuni putranya itu namun Guo tetap pada pendiriannya. Putranya harus dihukum. Kaisar Daizong yang tiba dan mendengarkan ceritanya memutuskan untuk mengampuninya dan berkata kepada Guo untuk tidak memperbesar masalah tersebut.
Pada kesempatan lainnya, Guo menangkap basah putranya yang memukul istrinya dalam keadaan mabuk. Ia sangat marah dan menangkap putranya serta menunggu Daizong untuk menghukumnya. Tetapi istri putranya Kembali bersujud di kaki Guo untuk mohon pengampunan untuk putranya itu dan Daizong pun juga kembali mengampuni menantunya itu.
Guo sendiri terus mengabdi kepada Tang hingga ia pensiun. Karena jasa- jasanya Ia dianugerahi gelar Pangeran Fenyang. Guo meninggal dengan damai di usia tua 85 tahun di rumahnya dan mendapatkan gelar anumerta "Zhongwu" yang berarti kesetiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H