Mohon tunggu...
William Gunawan
William Gunawan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Pundit dan Dokter. Sedang berdomisili di Mandori, Biak-Numfor

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Creator", Memaknai Ulang Manusia

11 Februari 2024   10:31 Diperbarui: 11 Februari 2024   10:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Bagaimana jika masa lalumu terus menghantuimu?


Itulah yang dialami oleh Joshua. Seorang laki-laki kulit hitam berprofesi sebagai intelijen. Pengumpul informasi yang mengalami trauma stress pasca penugasan militer. Ia tidak lain seorang militer berpangkat sersan, Sersan Taylor.


Dia didatangi oleh militer pertahanan negara. Seorang berpangkat jenderal dan seorang perwira perempuan. Menawarkan misi mencari otak algoritma kecerdasan buatan. Ia menolak sebab kenangan istrinya bernama Maya masih menghantui.


Baru sebentar meninggalkan kolam renang dan atasannya, video yang menunjukkan Maya ternyata masih hidup. Sontak Joshua terhenyak. Tidak percaya. Ia sendiri melihat Maya terbunuh di perairan dengan ledakan bom atom. Rasa penasaran itu yang membuat menerima misi misterius itu.


Sersan Taylor aka Joshua terbang menuju sebuah kampung yang asing. Di sana, ia menyergap bersama tim untuk mencari otak algoritma kecerdasan buatan. Tidak ada yang mau bersuara. Sang komandan ingin menghabisi semua warga kampung. Sebelum itu dilakukan, Joshua melihat patung kecil sebagai kunci untuk membuka ruang bawah tanah.


Serbuan mereka menghasilkan banyak korban. Para peneliti dan penjaga laboratorim dihabisi mereka. Adu tembak dan kematian tidak bisa dielakkan. Joshua pun menemukan target buruan. Ia, otak algoritma kecerdasan buatan, seorang anak kecil laki-laki.


Keputusan untuk melenyapkan target ragu dilakukan oleh Joshua. Sementara, di laur laboratorium para polisi robot telah mengepung mereka. Tim ingin kabur. Namun, sebuah bom yang melekat di punggung seorang teman yang berhasil kabur dari penyergapan pun meledak. Pesawat tersebut meledak dan bangkainya terbenam di tanah.


Pelatuk senjata Joshua masih berat untuk membunuh targetnya. Si target pun kabur. Tidak ingin kehilangan anak kecil tersebut ia pun mengejar. Sampai akhirnya, mereka menjadi seorang sahabat. Joshua memberi nama Alphie.


Joshua memutuskan untuk tidak melenyapkan Alphie. Ia ingin mencari tahu kebenaran Maya. Seorang perempuan yang diintainya dulu. Ia terjebak cinta. Menikah dan memiliki seorang anak. Naas ditengah hal indah tersebut mereka disergap. Maya meninggal beserta anaknya yang sedang dikandung.


Film Creator rilis di bulan September tahun 2023. Ia adalah sebuah gambaran masa depan manusia. Masa di mana manusia dan teknologi tidak lagi berpisah dalam entitas berbeda. Teknologi itu kini melekat, penopang, dan tidak terpisahkan dalam tubuh manusia.


Kita bisa melihat bagaimana Joshua memiliki lengan robotik. Seorang tentara intelijen yang cakap dalam bertempur. Ia kehilangan tangan, tetapi ia masih bisa menjadi seorang militer. Keahliannya tidak berkurang.


Kecakapan itu melebihi seorang tantara manusia dengan organ lengkap. Mahir dalam membaca situasi pertempuran. Tidak gegabah dalam mengambil tindakan. Bisa menyelesasikan misi tanpa ditemani oleh tim. Penggabungan antara kecerdasan, pengalaman, dan topangan tangan robot.


Film dengan biaya produksi sebesar $80 juta ini terasa tidak sia-sia. Ia mengantar ke penonton menuju ke sebuah gugatan. Bagaimana kegamangan kita meneropong untuk hidup berdampingan antara manusia dan robot. Makhluk yang disusun dari rangka besi tanpa perasaan dan tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia sebagai pengguna.


Kegamangan itu dijawab dengan lugas. The Creator mengungkapkan bahwa robot bisa hidup dengan mandiri. Ia dipelihara oleh kecerdasan buatan. Mereka punya perasaan, berpikir, dan lebih sistematis menganalisa situasi lingkungannya.


Namun, kedigdayaan kecerdasan buatan juga diolok-olek. Perjalanan menuju pelarian yang entah ingin ke mana. Joshua dan Alphie bercakap mengenai sebuah surga. Sang robot kecil itu mengetahui kematian (off), tetapi ia tidak mengetahui ke mana kehidupan menuju setelah kematian. Alphie pun mendengar dengan seksama penjelasan Joshua. Ia menanyakan apakah Joshua akan masuk surga. Joshua ragu sebab ia belum menjadi seorang yang baik di kehidupan ini.


Manusia akan terus mewujudkan ambisinya. Menaklukkan pikirannya sendiri. Menjadi petualang baru sekaligus menaklukkan alam semesta. Ia akan terus menautkan rasa penasaran itu. Merangkai dalam metode ilmiah. Menuju sebagai sesuatu yang kekal.


Saya sebagai penonton sulit mencari cita-cita apa yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Mereka ingin menanamkan kebebasan pada robot, tetapi ingin juga membuat manusia dan robot saling hidup berdampingan. Hal ini bisa lihat pada adegan di mana Joshua dan Alphie tiba pada persembunyian para pemberontak. Para robot mendoktrin manusia untuk bisa saling berdampingan. Juga banyak dari mereka ingin hidup bebas.


Cita-cita kebebasan ini lebih kepada ingin hidup tanpa dikejar-kejar. Mereka ingin legalitas dan tidak ingin dianggap sebagai sebuah ancaman. Membunuh spesies manusia dari muka bumi. Padahal, sebagian besar dari kecerdasan robot itu berasal dari otak manusia yang disadur, lalu dipasang dalam perangkat kecerdasan buatan. Itu adalah cita-cita manusia yang sudah meninggal. Robot tetap tidak akan bisa hidup tanpa dukungan dari manusia.


Total keseluruhan The Creator mengajakmu menyaksikan gambaran keji peperangan. Banyaknya kematian yang sia-sia tanpa rasa penghormatan. Juga puluhan robot yang ingin hidup bebas, tetapi mati tanpa rasa sakit. Impian semu itu menjadi pertanyaan Alphie.

Iya, Alphie yang berinteraksi dengan Joshua. Pelan-pelan dia berlari mengejar pengetahuan manusia. Robot yang lain adalah tiruan, sementara robot kecil ini adalah patron dari semua robot. Diciptakan oleh Maya, ditanamkan pengetahuan dan juga genetik manusia. Bisa tumbuh berkembang dan kelak akan mengendalikan seluruh teknologi di muka bumi.


Kekuatan itu menjadi ancaman. Ia terus akan diburu. Jejak-jejak keberadaannya akan terus dilacak oleh manusia. Di tengah pelarian Alphie, dia akan terus bertanya tentang Surga, tanpa tahu bahwa ia adalah seorang manusia, dengan tidak menyadari di mana dan siapa orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun