Selain masalah bahasa, juga karakter permainan para pemain senior sangat sulit diubah. Kita bisa lihat bagaimana para pelatih timnas terdahulu mengadaptasi pola permainan liga masuk ke timnas. Mengandalkan kecepatan. Juga umpan bola atas yang belum tentu akurat.
Seleksi ketat yang dilakukan hingga menyisihkan banyak nama. Kita tidak melihat lagi Evan Dimas, Osvaldo Haay, ataupun Maldini Pali. Nama-nama baru bermunculan. Sebut saja Ricky Kambuaya dan Marselino. Tetapi, yang paling menyolok adalah kehadiran para pemain naturalisasi.
Coach Shin mencari pemain keturunan Indonesia sampai keluar negeri. Berbeda dulu dengan yang dilakukan oleh Indra Sjafri. Beliau berkeliling Indonesia untuk mencari pemain. Tujuannya sama, tetapi metode yang lakukan berbeda.
Shin Tae-Yong lebih menginginkan pemain pengalaman. Pengalaman bukan berarti bermain bola lebih lama. Melainkan, tumbuh di lingkungan yang punya kultur sepakbola. Aspek itu tidak tumbuh di liga sepakbola Indonesia.
Kita tidak memiliki kunci kedisiplinan. Terutama menjaga kedisiplinan menjaga pola makan. Atlet butuh asupan gizi. Kebutuhan ini tentu berbeda dari orang kebanyakan.
Tujuan asupannya tidak hanya padat kalori. Dipertimbangkan bagaimana gizi tersebut dapat menyangga pembentukan otot. Serta bisa menjaga kebugaran pemain. Intinya, kebanyakan orang makan untuk kenyang. Akan tetapi, atlet sepakbola makan agar bisa terus bugar.
Suplai gizi tersebut dihitung oleh orang ahli gizi. Ditakar satu per satu. Antara atlet yang satu dengan atlet lain berbeda. Pola makan sebelum latihan dan setelah latihan berbeda. Tidak hanya itu, juga sebelum bertanding pola gizi diatur agar pemain tidak terlihat berat dan malas berlari.
Apakah pemain senior bisa paham dengan ini? Mungkin iya. Tetapi, saya sendiri meragukan. Bagaimana lingkungan di luar lapangan membuat itu menjadi meragukan. Asupan nutrisi yang tidak sehat menggoda sekali. Makanan cepat saji dan tentu saja sebatang rokok.
Kita baru berbicara asupan displin nutrisi. Bagaimana dengan aspek berikutnya. Yakni, pemahaman taktik bermain. Air laut akan susah dibuat tawar, jika sumber airnya masih ditimba dari air laut. Mungkin inilah yang menjadi pola dasar dibentuk ulangnya komposisi pemain timnas Indonesia.
Pemahaman taktik bermain akan mudah dibentuk. Jika pemainnya punya asupan nutrisi yang baik. Kesehatan paru-paru, kekuatan otot, dan banyak lainnya. Ini yang menyangga pemain agar dapat bermain selama mungkin.
Jam terbang pemain juga mendukung terbentuknya pemahaman taktik. Kebiasaan ini terbentuk dari akademi dan kultur sepakbola yang kuat. Mau tidak mau, jalan pintas itu diambil dengan kebijakan naturalisasi. Tidak sembarang juga memungut pemain. Kerja para scouting yang ditugaskan oleh coach Shin.