Mohon tunggu...
William Gunawan
William Gunawan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Pundit dan Dokter. Sedang berdomisili di Mandori, Biak-Numfor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Temu Anak-anak dan Orang Tua

25 Januari 2018   05:34 Diperbarui: 25 Januari 2018   05:45 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Terakhir, begitu judul kumpulan cerita pendek Leila S. Chudori yang diukir dengan huruf-huruf berwarna putih. Buku setebal 117 halaman itu memuat 9 cerita. Tepat di halaman 19 dengan huruf besar hitam terukir judul ADILA.

Adila menatap dirinya di cermin, menggunakan kutang di atas tumpukan baju di badannya. Di hadapannya, buku Summerhill - Judul yang diambil dari sebuah nama sekolah yang unik di Suffolk, Inggris - pemberian dari ayahnya. Dekat buku itu, sekaleng baygon, perona bibir dan pensil alis melengkapi meja rias tersebut.

Diakhir cerita Adila, tulisan Jakarta, 10 Juni 1989. Mungkin tanggal lahir cerpen itu lahir atau mungkin tanggal peristiwa naas Adila terjadi.

Sebab sekaleng minuman baygon lalu khayalan kesendirian Adila sirna. Yang tersisa hanya dua. Pertama, jenazah Adila yang berwarna biru diselimuti dengan kain putih sebatas leher. Kedua, pekikan menyeramkan bersama teman khayalan kesendirian Adila.

"Untuk kemerdekaan kita..."

"Untuk kebebasan kita..."

"Untuk Adila!"

Mereka menenggak dengan penuh semangat. Cairan baygon yang sudah lama berdiri tegak. Tertuang di gelas Adila bersama teman khayalannya, Neill, Ursula, dan Stephen juga menenggak pergi.

***

Ruang imajiner sebuah tulisan adalah pertemuan ruang ideal penulis dan ruang fisik realitas. Potret dunia hari ini memiliki garis tegas perpisahan kepekaan antara anak-anak dan orang tua. Kesenjangan perjumpaan ini terjadi semata-mata perebutan struktur kelas orang tua di masyarakat kita hari ini.

Lihat saja anak-anak menjadi korban ambisi demi perebutan kemuliaan etalase sosial. Anak-anak dipaksa mengikuti bimbingan belajar sampai kelelahan. Tujuannya hanya untuk menjadi bintang pelajar terbaik, ataupun mewujudkan impian agar bisa berada di profesi yang orang tua mereka inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun