Jika kita berangkat dari sejarah Indonesia dalam menerapkan Demokrasi sebagai bentuk Pemerintahan Indonesia, maka bisa dibilang kita sudah hampir menyentuh 1 abad (100 Tahun), dimana Demokrasi di Indonesia juga sudah berubah dari beberapa tahap, dari Demokrasi Parlementer hingga Demokrasi Reformasi yang kita alami sekarang ini.
Namun muncul sebuah pertanyaan, Apakah Indonesia masih prematur dalam menerapkan Demokrasi? Perlu diketahui jika kita bicara soal Demokrasi berarti kita bicara soal quantitas (Massa), dimana ada bahasa Latin yang berkata, Vox Populi Vox Dei yang berarti Suara Rakyat, Suara Tuhan.
Jika dipelajari lebih jauh lagi mengapa hal tersebut disebut sebagai "Suara Tuhan"Â adalah karena ada anggapan jika hakikatnya Manusia diciptakan oleh yang namanya Tuhan dan berarti apabila ada persamaan keputusan yang diambil dari sekumpulan massa, maka bisa dibilang sebagai suaranya "Tuhan"Â (Toh, kenapa Tuhan menciptakan sekumpulan massa yang memiliki keputusan bersama secara majemuk).
Bagaimana jika rakyatnya belum cerdas? Apakah Demokrasi masih menjadi pilihan yang tepat bagi suatu negara? Jika ada 100 orang yang mengatakan kotoran itu sehat dan 1 orang ahli mengatakan kotoran itu kotor, lantas apakah kita harus mengikuti kemauan dari 100 orang tersebut?
Katanya suara Rakyat adalah suara Tuhan, Bagaimana jika rakyatnya tidak cerdas? Apakah hal tersebut juga berdampak pada Tuhan?
Menurut data Indeks keberhasilan Demokrasi, jika dilihat dari sisi Ekonomi dan juga Kualitas Manusia (2 Faktor ini adalah yang terpenting), Mayoritas negara yang berhasil dalam menerapkan Demokrasi adalah Negara yang disertai dengan Indeks Kecerdasan yang tinggi juga, hal tersebut berjalan secara linear.
Saya tidak bilang Demokrasi adalah sistem yang salah, namun akan sulit bagi Negara kita untuk besar jika pendidikan, moral, nalar dan gizi dari mayoritas partisipan masih sangatlah rendah. Saya rasa setidaknya kita butuh 30-50 tahun sampai Rakyat kita dewasa dalam berpartisipasi dalam kegiatan Demokrasi yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H