Perhitungan ini menggunakan permodelan, apabila bentuk kurva yang terbentuk, adalah kurva distribusi binomial, terutama kecenderungan untuk mendekati angka rata-rata success rate di 22 Kabupaten/Kota (mengabaikan outlier). Sebenarnya, justru dalam kasus kemenangan Lukmen di 22 Kabupaten/Kota ditemukan sejumlah keunggulan yang bersifat outlier (dengan selisih yang sangat besar, bukan mengikuti angka rata-rata success rate) sebagai contoh Kemenangan Lukmen di Kabupaten Puncak memiliki success rate mencapai 93% sedangkan pasangan Joshua hanya mencapai 7%.
Namun, kami berusaha untuk bersikap “low profile”/ merendahkan hati, untuk menggunakan permodelan kurva distribusi binomial, untuk memberikan peluang yang cukup besar kepada pasangan Joshua memperoleh tambahan “angka” suara dalam proporsi yang lebih ekstra besar, namun, tetap saja hasil akhirnya, pasangan Joshua tetaplah kalah dengan selisih yang sangat besar. Ini sebagai pertanda, bahwa TUHAN TELAH MENAKDIRKAN PASANGAN LUKMEN UNTUK MEMIMPIN GERAKAN PAPUA BANGKIT, MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN, DEMI TANAH PAPUA YANG BERMARTABAT.
Dengan demikian, baik angka 41,4%, maupun 37% (potensi penambahan 7 Kabupaten, dengan permodelan distribusi binomial), tetap menghasilkan peluang yang sama besarnya, untuk “kegagalan” pasangan Joshua melaksanakan gugatan di Mahkamah Konstitusi.
Sehingga setiap upaya yang berusaha mendelegitimasi hasil pemilukada yang telah diselenggarakan secara demokratis di Tanah Papua, seperti yang tampak dilakukan oleh sejumlah Oknum Badan Intelijen Negara (berdasarkan laporan dari sejumlah tokoh gereja, masyarakat, dan pemantau pemilu), yang berusaha memantik konflik di tengah-tengah penyelenggaraan pesta demokrasi di Tanah Papua, yang bertujuan untuk membatalkan hasil pemilukada, merupakan pekerjaan yang sia-sia.
APAPUN YANG ELIT NASIONAL LAKUKAN UNTUK MELENGSERKAN LUKAS ENEMBE, SEPERTI BERBAGAI UPAYA KRIMINALISASI DI JAUH HARI SEBELUM PEMILUKADA TERSELENGGARA, HINGGA BERUSAHA MENGGANGGU PELAKSANAAN PEMILUKADA DI TANGGAL 27 JUNI 2018, DAN PADA GILIRANNYA HENDAK MENGGUNAKAN PERANGKAT KEKUASAAN "BIN" UNTUK MENGANULIR HASIL PESTA DEMOKRASI DI TANAH PAPUA.
THAT MEANS MISSION IMPOSSIBLE..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H