Saat belajar materi yang terdapat pada modu 3.1 tentang Dilema Etika, pemahaman tentang suara hati saya semakin berkembang. Ternyata apa yang selama ini saya praktikkan menjadi pergumulan dunia pendidikan secara umum karena setiap saat bergumul dengan hati nurani yang didalamnya sering terjadi dilema etika antara benar lawan benar.
Dari dua kebenaran tersebut pasti ada satu kebenaran yang akan dipilih oleh hati nurani yang didasarkan atas pertimbangan moral dan bertanggung jawab. Dapat ditambahkan bahwa keputusan atau suara hati yang diambil pada intinya menguntungkan murid karena murid menjadi fokus dalam pendidikan.
Dampak ketika mempelajari modul ini sangat luar biasa. Saya harus kembali melihat nilai-nilai universal yang mendasari pengambilan keputusan. Sebelum mengambil keputusan saya diperhadapkan pada refleksi mendalam, mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpim pembelajaran dan tidak melewatkan satu langkah sehingga pada akhirnya sampai pada keputusan akhir yang akan diambil. Banyak pertimbangan yang akan muncul ketika kita mengalami masalah tetapi ketika kita fokus dan memberi ruang untuk suara hati maka kita mampu mengambil keputusan sesuai prinsip-prinsip atau nilai universal.
Memang ada kecemasan karena sering keputusan akhir yang diambil dapat melanggar aturan dan akan berdampak pada hidup bersama. Tetapi setelah dipikirkan, dipertimbangkan dengan matang, semua pasti memiliki konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil. Sekarang tinggal bagaimana memusatkan pemikiran bahwa apapun keputusan yang diambil, tetap memprioritaskan kebutuhan murid.
Menurut saya, untuk semakin menajamkan pemahaman kita tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran akan lebih baik jika guru diberi pemahaman tentang suara hati. Suara hati sangat penting sebagai fondasi untuk memahami nilai-nilai kebajikan universal. Dalam suara hati terdapat tahapan-tahapan sampai pada pengambilan keputusan. Peranan suara hati sangat penting untuk sampai pada keputusan atas dilema yang dialami.
Akhirnya, seperti paham utilitarianisme yang sangat memperhatikan pengambilan keputusan, maka dibutuhkan pemahaman yang kreatif, inovatif, mandiri, kolaboratif dari seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melihat apakah keputusan tersebut memberi manfat atau tidak, baik buruknya suatu tindakan, akibat, konsekuensi dan tujuan dari tindakan tersebut. Mengukur akibat dari tindakan yang dilakukan maka parameternya adalah jumlah bahagia atau ketidakbahagiaan dari keputusan yang diambil.
Saat mengalami dilema etika prinsipnya adalah murid bahagia dengan keputusan yang diambil oleh guru. Murid mengalami manfaat atas keputusan guru karena murid adalah fokus utama dalam pendidikan maka semua keputusan yang diambil terarah pada kebutuhan murid itu sendiri. Inilah seni mendidik. Seni membangkitkan cipta, karsa dan karya murid. Mengembangkan potensi murid dengan segala kelebihan maupun kekurangannya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H