Mohon tunggu...
willemrawung
willemrawung Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk memanusiakan manusia

Kehidupan ada karena cinta dan anugerah maka indahkanlah kehidupan sebelum hati itu padam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengolah Emosi dan Sosial melalui Latihan Mindfullness

13 November 2021   20:22 Diperbarui: 13 November 2021   20:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara psikologis tubuh fisik saya melemah pada minggu ini karena secara tidak langsung banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Seperti hp fisik mulai meredup karena kehilangan energi. Secara kognitif masih dapat dipaksa untuk bekerja tetapi secara emosional tidak dapat disangkal bahwa perlu suasana baru. 

Menghilangkan sejenak rasa bosan karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan pada minggu ini, saya mencoba menambah imun dengan mampir di Restoran bergaya Italia dan memesan Pasta. Saya pesan Pasta rasa Cheese Beef. Air liur saya seketika memenuhi mulut ketika makanan tiba dalam keadaan panas. 

Dilumuri dengan keju yang dioleh merasa menambah nafsu makan. Saking enaknya saya makan, lupa bahwa tugas menumpuk harus saya selesaikan. Laptop yang selalu menemani seakan meminta disentuh namun tidak tersentuh karena rasa nikmat makanan yang tersaji. Sayapun sejenak "terasing" dan lupa dunia di sekitar. Oh betapa nikmatnya makanan ini, tidak salah saya masuk restoran ini.

Pulang dari menikmati makanan cepat saji ini, pagi harinya saya bermeditasi. Dengan harapan pada hari ini saya dapat mengumpulkan energi yang banyak dan menikmati kembali lms yang ada dalam program guru penggerak yang sudah mulai memanggil lewat WA grup dari fasilitator yang sangat setia memberi motivasi dan mengingatkan tugas yang harus diselesaikan pada hari ini. 

Mengembalikan unsur-unsur positif yang ada dalam diri dengan duduk berdiam diri dan berupaya melepaskan rasa bosan menjadi disiplin positif. Melepaskan segala kepenatan dan mencoba berhubungan dengan anasir-anasir alam disekitar. Unsur alam seperti semilir angin pagi berhembus, suara burung, ayam, langkah kaki terasa memberi nuansa alamiah sampai di relung hati terdalam. 

Oh betapa indah ciptaan Tuhan. Rasa syukur pun terlintas di alam sadar atas rahmat kehidupan yang sudah Tuhan berikan. Tidak terasa meditasi selama 20 menit seakan-akan mengembalikan semangat yang sempat hilang ditelan layar laptop yang mungkin sudah mulai bosan buka tutup, dilihat dan dipakai selama berhari-hari.  

Meditasi singkat ini ternyata membawa dampak cukup baik menghantar hari dan perjalanan selama seminggu ini. Materi minggu ini tentang pengolahan sosial dan emosional serta mindfullness. Tidak disangka dan diduga ternyata materi ini berkaitan dengan pengolahan batin yang saya rasakan memasuki minggu ini. 

Muncul kebosanan, ketidaknyamanan yang pada intinya adalah masalah emosi. Emosi adalah hal lumrah dalam hidup manusia karena dengan emosi yang ada manusia disebut sebagai manusia. Saya tidak nyaman, tidak bisa konsentrasi, bosan adalah bagian dari emosi yang perlu saya olah. Cara pengolahan emosi berbeda-beda setiap orang, tetapi dengan mampu mengolah emosi saya dapat menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab dan jujur terhadap diri sendiri.

Berkaca dari pengalaman emosional yang saya rasakan pada awal minggu ini, saya pun berefleksi atas materi bahwa pembelajaran sosial dan emosional adalah kesadaran penuh atas upaya menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong bertumbuhnya nilai-nilai karakter atau budi pekerti selain aspek kognitif. Pengalaman yang saya alami menyadarkan saya akan sikap mau mendengarkan, merasakan dan membiarkan pengalaman tersebut mengembangkan aspek sosial dan emosional.

Sebagai guru saya perlu mengembangkan kompetensi sosial dan emosional supaya berhadapan dengan murid mampu bertindak optimal. Ada banyak nilai yang perlu saya kembangkan sehubungan dengan kompetensi ini seperti keterbukaan, rasa ingin tahu, sikap apresiatif dan semangat, mandiri dan gotong royong. Harapannya melalui pembelajaran sosial dan emosional akan membantu saya sebagai guru menyadari secara menyeluruh dan sistematik serta seimbang dalam pembelajaran di sekolah dan kelas.

Ketika membuka lembaran lms saya pun tersentuh dengan kata-kata yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara "Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada "Tri Sakti", yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. 

Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan." Secara pribadi kalimat ini memberi pemahaman untuk saya bahwa dari sifat kodratinya pengajaran berlangsung sejak anak hingga dewasa, maka sebagai guru saya perlu memperhatikan tingkatan perkembangan jiwa mereka. 

Sama seperti pengalaman saya ketika secara emosional merasa bosan. Pengalaman ini hendaknya menjadi pembelajaran batin secara pribadi bahwa tidak semua murid yang kita hadapi berada pada situasi emosi stabil dan dewasa. Mereka dengan cara masing-masing perlu mencari angin segar, udara bersih dan kemudian merencanakan perbaikan di masa yang akan datang. Dapat terjadi melewati semua masalah emosi murid mampu melompat lebih jauh dari yang kita guru perkirakan. Semua tergantung pendekatan dan tuntunan yang mampu diberikan oleh guru.

Saya pun bersyukur karena minggu ini secara langsung pengalaman saya berkaitan dengan materi. Hari kecilku berkata saya akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan murid ketika mengalami masalah sosial dan emosional. Terdapat lima hal penting berhubungan dengan tujuan pembelajaran sosial dan emosional yaitu: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Meditasi yang saya lakukan pada minggu ini berkaitan dengan konsep mindfullness atau kesadaran penuh. Mindfullness dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).

Untuk mencapai kesadaran penuh perlu latihan. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, mendengarkan cerita, menghayati keindahan alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.

Secara positif harapan ketika dipratekkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (well being) dalam lingkungan sekolah khususnya pembelajaran di dalam kelas.

Akhirnya, saya pun sangat bersyukur bahwa pernah mengalami masa-masa meditasi bahkan sampai pada kontemplasi yang dapat meningkatkan fokus, konsentrasi, mengendalikan emosi secara positif, mengolah stres. Pengalaman ini akan saya terapkan kepada murid dalam pembelajaran sehingga menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan konsentrasi murid. 

Saya membayangkan latihan mindfullness dapat dilakukan secara konsisten pada saat belajar formal dan informal. Di kelas dapat mengambil waktu sejenak untuk duduk diam dan disaat pembelajaran informal dapat lebih dilatih meningkatkan kesadaran diri di luar ruangan sambil dengar suara alam. Mindfullness akan mengarah pada latihan mendengarkan suara hati yang menjadi dasar pengembangan nilai-nilai karakter. Semakin sering mendengarkan suara hati maka akan berdampak positif pada nilai-nilai karakter.

Ketika metode ini saya sampaikan kepada rekan guru, ada yang antusias mempraktekkan karena sudah pernah mengetahuinya tetapi ada juga yang kurang menanggapi karena menurut mereka tidak punya waktu untuk menerapkan. Apalagi dalam situasi pandemi dan belajar daring. 

Tetapi seperti kata rekan guru agama saya Bpk. Frans metode ini akan sangat berpengaruh terhadap cara belajar dan dapat meningkatkan konsentrasi murid belajar. Sama halnya juga dengan guru bahasa Inggris yang saya temui dan antusias untuk mempraktekkan hal ini yaitu Bpk. Sipri bahwa pada dasarnya metode mindfullness adalah salah satu cara untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan mengusir kebosanan murid.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun