Mohon tunggu...
willa shavillamohune
willa shavillamohune Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo

Menyukai Kucing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lebih Dari Sekedar Mainan : Tengge-tengge, Warisan Budaya yang Melatih Motorik Anak

18 Desember 2024   09:55 Diperbarui: 18 Desember 2024   09:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Khofifah R. Arbie, Willa Shavilla Mohune, Murhima A. Kau, S.Psi, M. Si, Psikolog

Perkembangan teknologi modern seperti televisi, handphone, dan permainan digital lainnya sangat memberikan kenyamanan, namun tidak selalu berdampak positif bagi anak-anak. Banyak permainan digital yang memiliki dampak negative pada anak, seperti mengurangi aktivitas fisik dan menghambat perkembangan motorik anak (Perwitasari, 2016). Berbeda dengan permainan modern, permainan tradisional tidak hanya melatih otak dan emosi tetapi juga keseimbangan gerak dan ketangkasan tubuh. Permainan tradisional bermanfaat untuk perkembangan motorik anak serta meningkatkan kreativitas dan interaksi sosial mereka (Muliawan, 2009).

Permainan tradisional adalah bagian dari budaya yang diwariskan secara turun-temurun dan berkembang sesuai aturan dan norma adat (Rahmadani, 2014). Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa permainan sederhana sebenarnya menyimpan banyak manfaat bagi perkembangan anak? Contohnya permainan tradisional Gorontalo yaitu "Tengge-tengge", Tengge-tengge mengasah kemampuan motorik kasar dan halus anak, tidak hanya melatih fisik tetapi juga melatih otak dan membangun relasi sosial. Stimulasi intensif keterampilan motorik kasar sangatlah tepat diberikan pada masa-masa awal perkembangan anak. Hal ini sejalan dengan pandangan Hurlock bahwa usia kanak-kanak adalah periode ideal untuk mempelajari keterampilan motorik kasar. 

Budaya dan perkembangan : Bagaimana Permainan Tradisional Membentuk anak

Budaya merupakan sekumpulan pola perilaku, kepercayaan, nilai, norma, dan artefak yang dihasilkan dan diwariskan secara sosial atau masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Koentjaraningrat (2002), budaya adalah keseluruhan sistem ide, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh dengan belajar.

Budaya bukan hanya sekadar warisan tradisi, tetapi juga cara hidup yang memengaruhi tumbuh kembang individu. Salah satunya terlihat dari bagaimana budaya lokal menyediakan aktivitas yang merangsang motorik anak. Perkembangan motorik merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan kemampuan gerak pada anak. Pada dasarnya, perkembangan ini terjadi seiring dengan kematangan sistem saraf, otot, dan kemampuan kognitif anak (Damayanti & Nurjannah, 2016). 

Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak adalah motorik kasar. Motorik kasar melibatkan gerakan tubuh besar, seperti melompat, berlari, atau memanjat. Aktivitas ini membantu anak mengembangkan kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Dalam budaya tertentu, permainan tradisional menjadi cara alami untuk mengasah keterampilan ini. Di Gorontalo, Tengge-Tengge menjadi contoh permainan yang menggabungkan nilai budaya dengan manfaat perkembangan fisik


Apa itu tengge-tengge?

Tengge-Tengge adalah permainan tradisional yang khas dari Gorontalo, yang biasa dimainkan oleh anak-anak di luar rumah. Dalam permainan ini, anak akan membuat bebrapa kotak, di atas permukaan tanah yang datar. Anak-anak berlomba untuk melompat dari satu kotak ke kotak lainnya tanpa terjatuh. Permainan ini sederhana, namun penuh tantangan, dan bisa dimainkan secara berkelompok, membuatnya menjadi aktivitas sosial yang menyenangkan.

Permainan Tengge-Tengge mengandalkan keterampilan fisik, seperti keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan tubuh. Ini bukan hanya tentang siapa yang bisa melompat paling jauh atau paling cepat, tetapi juga tentang menguasai gerakan tubuh dengan presisi, yang sangat bermanfaat untuk perkembangan motorik anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun