Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Keharusan Bangsa untuk Bersikap Toleransi

23 April 2019   11:01 Diperbarui: 23 April 2019   11:02 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seharusnya peran mayoritas sangatlah dibutuhkan, karena merekalah yang memiliki banyak suara, banyak peluang, dan banyak celah untuk bebas dalam berpendapat, sehingga setiap kata yang keluar dari mereka sebenarnya berdampak besar terhadap bangsa ini.

Ada banyak cara atau kegiatan yang  dilakukan untuk menigkatkan kebangsaan yang bertoleransi. Seperti sarasehan kebangsaan di Kelapa Gading salah satu contoh kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan rasa bertoleransi antar agama ataupun berbicara tentang bertoleransi pada  forum-forum tertentu seperti yang dikatakan oleh Presiden pada forum Demokrasi Bali, perbedaan agama tidak seharusnya menjadi penghalang untuk demokrasi dan toleransi antar negara dan sesama manusia. 

Walaupun penduduk Indonesia beragam, toleransi kebangsaan dan keagamaan harus berjalan dengan baik. Peran guru di sekolah juga menjadi salah satu yang memiliki pengaruh penting untuk melakukan kegiatan tersebut dikarenakan ada beberapa sekolah yang siswanya masih intoleransi. Seperti yang terjadi tahun lalu ketika para siswa menolak ketua osis yang beda agama, ini imbas dari pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Imbasnya bukan hanya di sekolah namun imbasnya kemana-mana.

Berbicara pilkada DKI Jakarta, ingatan kita akan tertuju pada aksi demo besar-besaran yang terjadi di ibu kota pada 4 november 2016. Aksi ini dilakukan untuk memprotes pernyataan Gubernur DKI Jakarta pada saat itu yang dianggap menghina agama islam. Pada aksi itu ada segelintir orang yang menjadi pengeruh suasana yang menyebabkan citra agama malah jelek, yang mulanya aksi damai menjadi aksi yang terlihat intoleransi oleh masyarakat. 

Selain itu Pada tahun yang sama, organisasi keagamaan di Bandung menjelang unjuk rasa untuk menolak digelarnya kegiatan kebaktian di Gedung Sabuga. 

Bukan cuma itu, peristiwa pembakaran masjid juga tidak asing lagi terdengar di telinga kita, seperti yang terjadi di Papua dan juga di Medan. Masih banyak lagi kejadian intoleransi yang terjadi di bangsa ini dari dulu sampai saat ini. 

Sebenarnya tidak ada agama yang tidak baik, semua mengajarkan kebaikan dan toleransi. Tapi manusia memang jauh dari kata sempurna sehingga mereka lalai akan ajaran agamanya, kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Peran penegak hukum, pemerintah, dan aparat negara sangat dibutuhkan dalam peristiwa ini demi mewujudkan kebangsaan yang damai, sejahtera, dan bertoleransi. 

Pemerintah harus memiliki langkah untuk menangkal intoleransi serta penegak hukum semakin tegas dalam memberi hukuman kepada pelaku intoleransi karena persoalan ini sangatlah serius, jika dibiarkan terus menerus maka bangsa ini terancam pecah belah.

 Selain itu, keluarga terutama orang tua serta lingkungan sekolah sangat berperan untuk melakukan sosialisasi terhadap anak dan siswa dan menjadi wadah bagi individu agar lebih mengerti dan bisa bersikap toleransi berbangsa dan beragama terhadap masyarakat. 

Jiwa kebangsaan seharusnya dijadikan untuk menyatukan perbedaan dan bersatu dalam menghadapi masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun