Kasus yang ditulis oleh penulis berasal dari kasus kriminal yang berujung kepada tewasnya seorang pria berinisial A (42) oleh seorang pria berinisial I (44) yang diakibatkan karena adanya kesalahpahaman antara pelaku yang berinisial I dengan korban yang berinisial A.
Berita ini berjudul " Gara-gara Panggil 'Ompong', Pria Ini Bikin Salah Paham dan Bacok Orang yang Tersinggung hingga Tewas" dan diunggah pada tanggal 13 September 2020 pukul 20.49 WIB dalam Tribunnews.com regional Sumatra.
Kejadian ini terjadi di jalan Bungaran V, 8 Ulu, Jakabaring, Palembang pada hari Jumat tanggal 11 September 2020. Kesalahpahaman ini mengakibatkan pria berinisial I membunuh A dengan menusukkan pisau ke punggung kiri I hingga I terkapar bercucuran darah, kemudian A kabur ke Lempuing, Ogan Komering Ilir (OKI) saat korban tidak berdaya.
Pada akhirnya kasus ini bisa diselesaikan dengan ditemukannya pelaku di tempat persembunyiannya yang berada di Lempuing, Ogan Komering Ilir dan kemudian A diamankan serta akan dihukum sesuai peraturan atau hukum yang berlaku di Indonesia.
Kasus yang mengerikan ini awalnya bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahpahaman antara pelaku dengan korban dan kesalahpahaman merupakan sebuah konflik. Konflik menurut Soerjono Soekanto adalah pertentangan atau pertikaian suatu proses yang dilakukan orang atau kelompok manusia guna memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan dan oleh karena itu, konflik diidentikkan dengan tidak kekerasan.
Berdasarkan konflik yang diberitakan pada berita di atas, Konflik di awali dengan korban yang memanggil temannya dengan sebutan "Ompong", namun kata yang disampaikan oleh korban dianggap oleh pelaku merupakan sebuah penghinaan terhadap dirinya. Padahal korban tidak sama sekali bertujuan untuk berbicara dengan pelaku. Hal ini tentu didasari oleh kesalahpahaman dan salah persepsi yang timbul dalam benak pelaku karena merasa korban berbicara ke arah pelaku.
Semua konflik tentu akan memiliki tahap-tahap dan berdasarkan kasus yang diberitakan di atas, tahap pertama dari timbulnya sebuah konflik menurut Pondy dalam Arikunto (Arikunto, 1981:45) adalah tahap Felt Conflict, hal ini merupakan proses dimana terdapat ketegangan antar individu dan masing -- masing individu memiliki kepentingannya masing - masing.
Hal ini bisa dilihat dari pelaku yang merasa dihina oleh korban dan merasa tidak terima dan korban yang memiliki kepentingan untuk memanggil temannya dan tidak bermaksud untuk menghina pelaku.
Kemudian tahap selanjutnya adalah Manifest Conflict yang merupakan tahap dimana antar individu melakukan tindakan verbal, contohnya seperti perlakuan kasar. Hal ini bisa dilihat dari pelaku yang melakukan penusukan dengan sebuah pisau kepada korban di punggung kiri korban karena merasa dihina oleh korban.
Tahap selanjutnya adalah tahap Aftermath dan tahap ini menurut Pondy adalah hasil akhir dari konflik yang telah dilakukan oleh antar individu dan dapat kita lihat bahwa konflik ini berakhir dengan tewasnya korban karena ditusuk menggunakan pisau di punggung kiri oleh pelaku dan pelaku yang semula melarikan diri ke daerah Lempuing berhasil ditemukan oleh pihak kepolisian dan diamankan agar dapat dihukum dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Konflik sendiri tentunya memiliki cara - cara tersendiri dalam penyelesaiannya. Beberapa contoh penyelesaian konflik menurut Rahim dan Toomey dalam Baldwin, dkk (2014, h.281) adalah menghindari, mengakomodasi, bersaing atau dominasi, kolaborasi atau berintegrasi, dan berkompromi.
Dalam kasus yang diberitakan diatas, konflik yang terjadi diselesaikan dengan cara mengakomodasi, yang berarti pihak korban menyerahkan tuntutan kepada pihak lain. Pihak korban melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib sehingga korban dapat segera diamankan dan segera mendapatkan hukuman yang sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Segala hal yang ada di dunia menurut penulis pasti akan memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dan dampak negatif tentunya juga ada pada konflik. Menurut penulis dari kejadian yang diberitakan dalam berita tersebut, dampak positif yang bisa diambil dari penulis adalah pelaku dapat lebih belajar untuk menenangkan dirinya sendiri, tidak mudah dikendalikan oleh emosinya sendiri sehingga membuat pelaku tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu seperti pembunuhan yang telah dia lakukan.Â
Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadi pembelajaran yang bisa membuat pelaku menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Untuk pembaca berita, dampak positif yang bisa diambil adalah supaya kita menjadi pribadi yang lebih kritis dalam menanggapi sesuatu, tidak seperti pelaku yang menganggap dirinya telah dihina oleh korban, padahal korban sama sekali tidak bermaksud untuk memanggil dirinya, namun karena telah dikendalikan oleh amarah, membuat pelaku menjadi tidak sadar bahwa itu merupakan kesalahpahaman antara pelaku dan korban. Pembaca juga diharapkan bisa menjadi pribadi yang lebih sabar setiap ada permasalahan dan memikirkan jalan terbaik setiap terjadi konflik bukan menyelesaikan masalah dengan amarah seperti yang dilakukan pelaku yang akhirnya mengakibatkan kerugian diantara kedua belah pihak.
Sedangkan dampak negatif menurut penulis dalam kejadian yang ada pada berita tersebut adalah kesedihan bagi keluarga korban yang ditinggalkan oleh korban dan tentunya hal ini akan menimbulkan rasa kehilangan yang sangat besar yang tentunya akan berpengaruh kepada kehidupan orang - orang yang berada disekitar korban seperti anak dan istrinya. Untuk pelaku dampak negatifnya adalah pelaku harus menjalani masa hukuman yang diakibatkan dari pembunuhan yang telah pelaku lakukan. Hal ini tentunya akan membuat keluarga pelaku merasa sedih dan malu atas kejadian yang telah dilakukan pelaku. Pelaku harus berada dibalik jeruji dalam waktu yang cukup lama.
Dalam kehidupan, konflik tidak akan bisa lepas dari kita, setiap hari kita akan menemukan konflik - konflik yang baru baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri. Dalam menangani konflik, diharapkan kita dapat menemukan solusi terbaik agar konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan sebaik - baiknya tanpa merugikan pihak manapun.
Adanya konflik juga dapat membantu kita menjadi orang yang lebih dewasa dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Oleh karena itu, jangan pernah menanggapi konflik dengan amarah namun tanggapilah konflik dengan kepala dingin sehingga dapat menyelesaikan konflik dengan baik.
Semoga dengan adanya kasus yang telah diberitakan di atas, kita dapat mengambil hikmah yang positif dan menjadikannya sebagai pembelajaran bersama untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arofah, Elmina dkk. (2015) Strategi Pemecahan Masalah Konflik Sosial Akibat Pembangunan Waduk Jatigede. Diakses dari jurnal.unpad.ac.id pada 17 Desember 2020.
Baharuddin, B. (2013). Konstelasi Konflik Dalam Lembaga Pendidikan: Sebuah Telaah Kritis. Diakses dari ejournal.uin-malang.ac.id pada 17 Desember 2020.
Baldwin, J. R., Coleman, R. R. M., Gonzales, A., & Shenoy-Packer, S. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. West Sussex : John Wiley & Sons
Basri, Hasan (2016) Representasi penyelesaian konflik dalam film Bercanda Dengan Nyawa (Studi Analisis Semiotika Roland Barthes). Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dwipayana, Agung. (2020). Gara-gara Panggil 'Ompong', Pria Ini Bikin Salah Paham dan Bacok Orang yang Tersinggung hingga Tewas. Diakses dari tribunnews.com pada 17 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H