Mohon tunggu...
Wiliyam Sutikno
Wiliyam Sutikno Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Komunikasi Antar Budaya

13 September 2020   18:30 Diperbarui: 13 September 2020   18:32 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komunikasi telah menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan manusia dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan bermasyarakat. Kita pasti pernah mendengar bahwa manusia adalah mahluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya interaksi dengan orang lain baik secara verbal maupun non verbal.

Menurut Samovar, bahasa terdiri dari simbol-simbol dan terdapat juga aturan-aturan penggunaannya sehingga ketika seseorang ingin mempelajari bahasa lain, harus memperhatikan kedua hal tersebut agar tidak menimbulkan kesalahan yang tidak diinginkan. 

Dalam berkomunikasi tentunya kita tidak boleh berbicara sembarangan. Setiap masyarakat tentunya memiliki aturan-aturan tersendiri yang sudah dianut oleh masyarakat setempat sehingga ketika seseorang berbicara kepada orang yang berbeda budayanya, bisa saja menimbulkan konflik dikarenakan perbedaaan budaya yang dimiliki antar individu. 

Setiap negara pasti memiliki kebudayaan dan keunikan masing-masing misalnya, negara Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan hal ini menunjukkan bahwa mempelajari komunikasi antar budaya sangatlah penting agar bisa menciptakan keharmonisan antar masyarakat. 

Selain menciptakan keharmonisan antar masyarakat, dengan mempelajari komunikasi antar budaya juga dapat menambah wawasan tentang budaya-budaya yang ada di setiap daerah yang ada di Indonesia ataupun negara lain.

Misalnya ketika kita sedang liburan ke negara jepang dan mengunjungi restoran lokal yang ada di Jepang, kita tidak boleh memberikan uang 'tip' kepada pegawai yang ada di restoran lokal tersebut walaupun kita bertujuan untuk mengapresiasi pelayanan dari pegawai restoran tersebut. 

Dengan memberikan uang 'tip' kepada pelayan bisa membuat pegawai tersebut merasa tersinggung karena memberi uang 'tip' bukanlah budaya yang mereka miliki dan bahkan tidak diharapkan oleh pegawai yang ada di Jepang. 

Selain itu, pegawai yang ada di Jepang menanggap bahwa memberikan pelayanan yang terbaik merupakan keharusan dan telah menjadi budaya yang dianut oleh mereka.

Contoh lainnya, ketika seseorang baru bertemu dengan orang baru yang bersuku batak, mungkin akan menganggap bahwa orang yang bersuku batak adalah orang yang kasar dan keras karena ketika berbicara orang yang bersuku batak cenderung bersuara keras layaknya orang yang sedang marah. 

Tentunya ketika seseorang tidak mempelajari budaya yang dimiliki oleh orang yang bersuku batak akan menimbulkan kesalahpahaman. Ketika seseorang telah mempelajari budaya yang dimiliki oleh orang yang bersuku batak akan memahami alasan orang yang bersuku batak cenderung berbicara dengan keras layaknya seperti orang yang sedang marah. 

Hal ini disebabkan karena letak geografis dan mata pencaharian orang yang bersuku batak yang dimana di Sumatra Utara ketika sedang bekerja harus menaiki gunung ataupun dataran tinggi dan ketika ingin berkomunikasi dengan keluarga ataupun seseorang yang berada di bawah harus berbicara sekuat-kuatnya agar bisa didengar oleh orang yang berada dibawah. Hal ini sudah berlangsung turun-temurun sehingga menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki oleh suku batak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun