Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paham Antroposentrisme Berasal dari Thomas Aquinas?

6 Februari 2024   08:16 Diperbarui: 6 Februari 2024   21:57 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Analisis Atas Pernyataan Sonny Keraf dalam Buku Etika Lingkungan

          Setelah membaca buku Etika Lingkungan karya Sony Keraf, saya ingin menanggapi pernyataannya pada halaman 38 yang mengatakan bahwa paham antroposentrisme berasal dari filsafat Thomas Aquinas.   Pada tulisannya tentang antroposentrisme, Sony Keraf berusaha menggali kembali akar historis dari antroposentrisme. Keraf mengangkat beberapa pemikiran penting yang menunjukkan manusia sebagai ciptaan atau makhluk yang memiliki kedudukan  lebih tinggi jika dibandingkan dengan makhluk lain di bumi. Mulai dari teologi Kristen yang berakar dari Kitab Suci Perjanjian Lama, Kejadian 1:26-28, hingga pemikiran Rene Descartes dan Immanuel Kant.

        Pada argumen kedua, Keraf  mengungkapkan pandangan antroposentris Thomas Aquinas yang dikembangkan dari tradisi Aristotelian. Menurut argumen tersebut semua rantai kesempurnaan kehidupan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang Maha Sempurna, yaitu Allah sendiri. Nah, dalam rantai tersebut manusia menempati posisi sebagai yang paling mendekati Maha Sempurna. Benar tentang rantai kesempurnaan kehidupan ini, hampir benar juga bahwa manusia menempati tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan ciptaan lain. Tetapi jika ditelaah lebih lanjut, rantai ini bukan memfokuskan diri pada manusia (antroposentris), dan rantai tersebut justru memberikan penjelasan logis tentang kenapa kita harus menjaga lingkungan hidup yakni semua makhluk ciptaan.

        Aquinas memang membuat rantai kesempurnaan kehidupan atau dalam metafisika disebut juga dengan struktur ciptaan. Ciptaan yang menduduki tingkat terendah adalah ciptaan yang unsur materialnya paling dominan. Jadi benda-benda mati seperti batu dapat dikatakan ciptaan yang paling rendah, tingkatan selanjutnya ada tumbuh-tumbuhan, kemudian di atasnya ada hewan dan kemudian ada manusia. Tetapi jika berbicara tentang struktur hierarkis menurut prinsip aktivitas, maka Aquinas sebenarnya berbicara tentang makhluk hidup yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Pada tumbuh-tumbuhan struktur materialnya amat dominan, kemudian di atasnya ada hewan dan manusia yang prinsip forma substansialnya (jiwa) lebih dominan dan otonom. Tetapi ini masih hanya sekedar substansi ragawi. Jangan lupa bahwa Aquinas juga membahas substansi nirragawi yang di dalamnya ada jiwa manusia dan malaikat. Aquinas berpandangan bahwa jiwa manusia sebagai suatu prinsip aksi merupakan suatu substansi yang independen. Jadi sebagai substansi Nirragawi menduduki tingkat teratas kemudian diikuti oleh para malaikat dan kemudian jiwa manusia. Tetapi harus dipahami, meskipun jiwa merupakan substansi independen namun dalam diri manusia riil, jiwa merupakan satu kesatuan utuh dengan tubuh. Sebab untuk melakukan aktivitas inderawi diperlukan kesatuan antara jiwa dan tubuh, tetapi pada aktivitas intelektual seperti berpikir tidak dapat dibatasi oleh tubuh. Jiwa merupakan prinsip potensialitas. Sampai di sini bisa dipahami jika dikatakan bahwa manusia menempati tingkat yang lebih tinggi dari ciptaan lain dibumi. Tetapi jangan lupa bahwa di atas manusia ada malaikat yang tidak memiliki materi dan eksistensinya diterima langsung dari Tuhan sebagai pengada murni yang esensinya sama dengan eksistensinya. Tuhan adalah pengada murni yang eksistensinya tidak terbatas. Ia bukan hanya penggerak pertama tetapi juga merupakan jawaban kenapa segala sesuatu ada atau mengapa benda-benda bereksistensi. Jadi kenapa kita ada, pohon ada, hewan ada, itu karena kita berpartisipasi dalam eksistensi Tuhan.

        Dari penjelasan singkat tentang struktur ciptaan hingga substansi non ragawi di atas, maka dapat dimengerti bahwa gagasan filosofis Aquinas tidak serta-merta dimaksudkan untuk menegaskan manusia sebagai pusat dari segala ciptaan. Jangan lupa bahwa masih ada malaikat dan malaikat pun bukan pusat dari segala ciptaan. Aquinas tidak bermaksud menunjukkan bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam semesta. Jadi, keliru jika dikatakan bahwa struktur yang ditampilkan dalam metafisika Aquinas mengarah pada antroposentrisme. Justru penjelasan di atas  menunjukkan bahwa yang menjadi pusat dari sistem alam semesta tidak lain adalah Tuhan sebagai dasar paling radikal dari segala sesuatu yang ada di bumi. Manusia sama halnya seperti pohon dan binatang, tak akan mampu bereksistensi tanpa berpartisipasi pada Tuhan sebagai sumber dan penyebab dari segala sesuatu. Dengan demikian akhirnya dapat juga ditarik kesimpulan bahwa keliru bila merendahkan ciptaan lain karena anggapan bahwa manusia lebih tinggi, sebab segala ciptaan juga ternyata baik pada dirinya. Masing-masing memiliki esensinya. Sebagai contoh, Esensi dari nyamuk adalah mengisap darah, bagi manusia itu membawa penyakit, tetapi itu justru baik bagi nyamuk. Itu baik pada dirinya. Demikian ciptaan lain memiliki esensinya yang sekaligus juga menjadi prinsip limitasi. Tetapi kenapa semua bisa seperti itu? Kenapa manusia bisa bernafas? Bisa bermain bola? Bisa membuat gedung? Bisa membuat mobil? Jawaban dari semua pertanyaan itu akan menggiring kita pada penyebab paling mendasar yang tidak lain adalah Tuhan. Maka tidak benar jika gagasan etika lingkungan dari Keraf mengklaim bahwa manusia yang paling unggul, karena masing-masing baik pada dirinya. Namun klaim Aquinas bahwa manusia memiliki jiwa sebagai prinsip yang independen dan karenanya lebih "di atas" dari makhluk lain tentu itu tidak bisa dipungkiri. Bagaimanapun itu tidak lantas menjadikan manusia sebagai pusat dari sistem semua ciptaan (antroposentris).

        Demikian penjelasan ini dimaksudkan untuk memberikan tanggapan berkaitan dengan pemahaman tentang struktur ciptaan yang dari Aquinas yang diangkat oleh Keraf dalam konteks antroposentrisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun