Mohon tunggu...
Wiliams Flavian Pita Roja
Wiliams Flavian Pita Roja Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bachelor of Philosophy

Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulawesi Utara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Spotlight'' - untuk Direnungkan

8 Desember 2017   01:39 Diperbarui: 8 Desember 2017   01:54 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana cara orang-orang itu menghidupi  kaul-kaul mereka , terutama kaul kemurnian, itulah yang  memperjelas rasa penasaran kita tentang bagaimana skandal itu bisa terjadi. Ini sangat serius. Bukti terjadinya kemerosotan di Gereja Katolik Amerika dan Eropa secara drastis mempertegas fakta bahwa skandal ini sangat sensitif dan akan menghancurkan Gereja jika tak ditanggapi serius. 

Dalam SPOLIGHT akan terlihat jelas bagaimana reaksi emosional yang muncul dari seorang Katolik  ketika salah satu bekas pastor menjawab pertanyaan wartawan dengan enteng, "itu bukan pemerkosaan".

Sungguh  tak pantas jika Gereja harus disalahkan karena kasus yang dilakukan oleh oknum-oknum ini, yang dalam spotlight disebut sebagai "pemangsa". Gereja akan berdiri kokoh, ia berdiri diatas wadas, bukan diatas pasir. Paus Fransiskus hadir memberi warna baru yang membuat Gereja merasa harus berbangga. Ketegasanya dalam memberantas kasus seperti ini tak akan kita ragukan lagi. 

Ia mempertegas segala penolakan Gereja atas tindakan-tindakan "kotor" tersebut  dengan tindakan konkret. Kebanggaan menjadi seorang selibat akan membuat Gereja semakin mekar bak sekuntum mawar harum, bukan menutup seperti koll.

Di Indonesiapun kejahatan sexual tak dapat lagi dipungkiri. Negara yang berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa ini terpojok dengan status Darurat Kejahtan Sexual terhadap anak di bawa umur. Nyalakan lilin untuk Yuyun menarik perhatian masyarakat. Semua serentak mengecam tindakan durjana  yang terjadi di siang hari di Desa Kasie Kasubun, Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong Bengkulu. 14 Remaja terancam hukuman mati setelah memerkosa Yuyun siswa kelas VII dan melemparkan korban yang tak berdaya ke dalam jurang sedalam 50 meter.

"Dia anak yang kami minta dan kami nazarkan. Sekarang diperlakukan seperti ita," kata Nuryana ibu Yuyun yang membekap foto puterinya sambil menangis tersedu-sedu. "Gilanya" kasus Yuyun ternyata hanya santapan pembuka untuk dunia HAM di Indonesia. Semua tak menyangkan bahwa setelah kasus Yuyun,  rentetan kasus serupa terjadi di berbagai daerah di indonesia dalam waktu yang berdekatan.

Kita diajak untuk menjadi bagian dari Tim Spotlight untuk dunia kita yang lebih baik. Kita orang katolik, Kerahiman Allah akan menyertai kita. Kita bukan menjadi Tim Spotlight yang akan menghancurkan Gereja atau masyarkat, tetapi kita akan menjadi Tim Spotlight yang akan menyelamatkan Gereja dan masyarakat, dengan cara yang sederhana, mulai dari diri kita. 

Menguasai diri kita terlebih dahulu, baru kita akan mampu menguasai dunia. Kita tidak perlu melakukan investigasi atau mengejar para korban seperti dalam adegan film tersebut. Tetapi kita hanya akan menjaga diri kita dan orang disekitar kita, menjaga kemurnian dan hidup selibat kita, atau untuk menjaga anak-anak kita dan keluarga kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun