Semenjak setahun terakhir batu akik ramai diperbincangkan dan para pelaku usaha dalam bidang ini pun terbilang masih sedikit. Tetapi semenjak 2 bulan terakhir trend batu akik semakin meningkat. Dan bahkan pemerintah sendiri akan mengenakan Batu Akik Kena Pajak Barang Mewah. Alasannya adalah pemerintah ingin menggenjot pendapatan dari sektor pajak. Lucu juga pemerintah kenapa memajaki batu akik sementara uang pemerintah di Century dan BLBI lumayan besar jumlah nya kenapa pemerintah tidak mengusut kasus itu sampai tuntas.
Bisnis batu akik itu seperti HANTU?
Kenapa bisnis ini disebut bisnis HANTU, tentu dalam sepuluh tahun terakhir kita masih ingat bagaimana dulu booming nya UB (uang brazil), bambu bercabang dua, ikan lohan, tanaman hias arturium dan sekarang yang lagi trend batu akik. Booming usaha ini digerakkan oleh spekulan. Para spekulan rela membuang uang sampai puluhan milliar demi mendapatkan untung ratusan milliar. Spekulan memutar uangnya sudah biasa melakukan hal seperti itu. Namanya juga spekulan.
Indonesia terkenal dengan ilmu cocok lagi
Berikutnya orang Indonesia terkenal dengan ilmu cocok lagi. Paling suka mencocok-cocokan atau mengait-ngaitkan. Diberitakanlah di media bahwa Presiden AS Barack Obama memakai batu bacan dari Ternate, berikutnya Pangeran Charles memakai batu pancawarna garut, lalu mantan Presiden Indonesia Pak Soesilo Bambang Yudhoyono memakai batu dari sungai Dareh yang konon harganya katanya sampai 2 milliar.
Skema bisnis hantu batu akik
Para spekulan jauh-jauh hari sudah memutar otak dan telah memikirkan matang-matang terhadap usaha ini. Mereka mungkin sudah mengumpulkan batu bacan dari daerah Ternate batu pancawarna Garut serta sedikit melirik batu Giok asal Aceh dan batu Kalimaya Banten. Para spekulan membeli seluruh batu bacan yang ada di daerah Ternate dan batu pancawarna Garut. Uang yang digunakan untuk membeli batu ini mungkin telah dihabiskan sampai puluhan milliar. Kita tau sendiri bahwa batu alam apabila diambil secara terus menerus pada akhirnya akan habis. Dan untuk berproses menjadi batu lagi membutuhkan waktu yang cukup lama. Batu bacan mungkin berproses menjadi batu waktu yang dibutuhkan bisa sampai ribuan tahun.
Apabila spekulan telah menghitung jumlah batu yang dibelanjakan serta dikumpulkannya cukup mulailah dia bermain pada bisnis ini. Disiapkannya lah orang-orangnya agar membuat usaha ini menjadi trend dan booming. Mereka disebar dibeberapa kota besar yang ada di Indonesia. Mulai dari tidur, makan serta ongkos transport nya dibiayai oleh spekulan.
Dicari setiap penjual batu akik ataupun komunitas-komunitas batu akik yang lumayan cukup terkenal disetiap kota-kota besar lalu mereka seolah-olah mencari batu yang telah dikumpulkan oleh spekulan tadi. Mereka berani membayar mahal terhadap batu itu apabila para penjual batu bisa menyanggupi permintaan batu yang mereka minta. Orang pertama pun telah sukses menyebarkan informasi akan kebutuhan batu dan berani bayar mahal.
Lalu masuk orang kedua yang bertujuan untuk memasarkan batu akik kepada penjual batu. Orang kedua menawarkan batu akik yang telah dikumpulkan oleh spekulan tadi. Tentu karena barang yang ditawarkan oleh orang kedua terbilang murah sementara penjual batu tau bahwa ada yang meminta jenis batu yang sama dan berani bayar mahal maka penjual batu pun berusaha untuk memborong batu-batu akik dari orang kedua.
Orang kedua juga dalam memasarkan batu telah punya konsep yang jelas bagaimana cara memasarkan jumlah batu. Mereka tentu telah menghitung dengan jeli barang yang masuk dan barang yang keluar. Spekulan telah menghitung jumlah uangnya yang beredar di pasar. Tujuan utamanya adalah untung besar. Sementara masyarakat bawah yang ikut-ikutan berbisnis batu lupa pada usaha pokok nya sehingga banyak kita lihat para penjual batu musiman yang ingin mencari untung yang berlipat dari usaha ini.
Setelah spekulan telah menghitung untung dan untung yang diperolehnya sudah cukup besar maka yakin dech para spekulan tentu sedang berusaha membuat trend bisnis baru lagi dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H