Setelah menikmati pesona alam indah nya kawasan pegunungan Dieng dengan melihat 8 buah gunung di puncak bukit sikunir selanjutnya destinasi saya berikutnya adalah puncak gunung prau. Saya ingin melihat gunung kembar Sindoro dan Sumbing keluar menyambut datang sang surya di pagi hari ditemani awan tipis yang membelah langit di kawasan pegunungan Dieng. Rencana itu akan saya wujudkan tepat nya pukul 01.00 dini hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 berangkat dari alun-alun kota Wonosobo.
Menikmati udara malam di alun-alun kota Wonosobo sangat nikmat sekali ditemani secangkir kopi hitam dan jagung rebus. Ditengah asyik nya menyeruput kopi tiba-tiba pandangan saya sedikit liar. Ternyata di Wonosobo ada juga tempat seperti di taman lawang, melihat sisi sebelah timur arah kompas yang saya pegang tepatnya di depan gedung sasana adipura kencana banyak sekali sekumpulan waria yang menjajakan diri menyalurkan hasrat sexual yang menyimpang di malam hari, waoooow.
Peduli setan dengan mereka hehehe, saya kan pendatang yang mengunjungi kota Wonosobo di malam hari bukan penduduk setempat, penduduk setempatnya saja tidak sewot kenapa saya yang mesti sewot, hahahaha.
Tepat pukul 01.00 dini hari saya memutuskan untuk berangkat menuju desa Patak Benteng. Karena dari desa Patak Benteng saya akan memulai pendakian ke gunung Prau. Setelah 55 menit perjalanan akhirnya saya sampai ke desa Patak Benteng, kemudian saya ingin memarkirkan motor dekat dipertigaan jalur masuk pendakian gunung Prau. Saya kemudian ingin menitipkan motor dan helm kepada penduduk setempat, saya lalu bertanya kepada seorang ibu yang menunggu ditempat itu.
Assalamualaikum ibu, selamat malam! Ibu kalau boleh tau boleh tidak saya menitipkan motor dan helm saya disini. Lalu jawab si ibu dengan senyum dan ramah ohh boleh mas silahkan. Klo boleh tau berapa yach bu yang mesti saya bayar, kemudian si ibu menyebutkan harganya. Empat ribu rupiah saja mas bayarnya sebut si ibu. Oh terima kasih ibu, ini saya titip motor dan helm yach bu. Nanti setelah saya turun dari gunung Prau saya ambil motor dan helm nya. Oh ya mas katanya si ibu.
Berangkat dari desa Patak Banteng pukul 02.00 dini hari. Arah menuju gunung Prau sangat jelas sekali tandanya. Ternyata masyarakat sekitar desa Patak Benteng sangat peduli terhadap para pendaki dan sangat senang desanya dikunjungi oleh para pendaki yang ingin menikmati pendakian gunung Prau.
Setelah 30 menit perjalanan saya sampai di daerah yang digunakan penduduk untuk memarkir motor nya kalau ingin mengantarkan pupuk atau membawa hasil pertanian dari daerah ladang gunung areal pertanian sekitar lereng gunung Prau. Saya lupa nama tempat nya karena papan nama untuk tempat itu tidak ada. Mulai dech jalur nya sedikit ekstrim, jalur pendakiannya tanah liat merah, licin dan terjal. Saya sangat beruntung karena pada malam itu hujan tidak turun. Kemiringan nya antara 70 sampai 80 derajat. Selama 2 jam saya berhasil menaklukkan lereng gunung dan akhirnya sampai puncak.
Kebetulan saya tidak membawa tenda dan memang sengaja untuk tidak membawa tenda karena saya sudah menghitung lama waktu perjalanan serta berapa lama waktu untuk jalur pendakian sampai puncak. Tepat pukul 04.30 saya sampai di puncak dan mengambil tempat yang cocok dan strategis untuk melihat gunung kembar Sindoro dan Sumbing menyambut datang nya sang surya di pagi hari. Nah beda pemandangan sunrise di Puncak Bukit Sikunir dan Gunung Prau adalah kalau di puncak bukit Sikunir dapat melihat 8 buah gunung sekaligus tetapi tidak bisa melihat gunung Sumbing, karena letak posisi gunung Sumbing berada tepat di balik gunung Sindoro. Sambil duduk beristirahat dan menghabiskan minuman botol yang saya  bawa tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Sang surya mulai kelihatan akan memancarkan sinarnya seperti terlihat pada foto berikut ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H