Mohon tunggu...
Ronaldus Adipati Adipati
Ronaldus Adipati Adipati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menyukai politik dan agama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Natalia, Lilin Ini Masih Menyala Untukmu!

19 Mei 2016   20:19 Diperbarui: 19 Mei 2016   20:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di depan pintu kos, dengan khidmat dia berdoa. Membuat tanda salib, membaca orasi. 

Tak peduli pada yang lalu lalang, tak mendengar yang lagi bercanda. 

Ketika tangan diangkat membuat tanda salib, semua terdiam, terlarut dengan sendirinya. 

Suasana hening serentak, langkah kaki dibuat pelan, ganda ganda tak lagi bersuara. 

Sampai setengah jam, gadis manis itu larut dalam percakapan dengan sang tertinggi. 

Tanda salib tanda akhir tahajud terlihat. Warga kos serasa merdeka dari setengah jam dalam kesunyian. 

Musik musik pun mulai berdendang, dari pop hingga rock.

Sejurus kemudian, sedan mewah merapat di pintu gerbang. Warga kos sudah paham. 

Terlihat seorang lelaki setengah tua, ditaksir sekitar berkepala tiga, melongok dari jendela mobil. 

"Beta su di depan lu pu kos ni. Beta tunggu lu", demikian pria itu menelpon dengan logat kupang yang khas. 

"Lu tunggu situ, beta ganti dolo", gadis manis itu menyahut. 

Ya, dialah gadis yang tadi membakar lilin dan mengheningkan suasana kos. 

Kini, dia dijemput oleh om om. Bisik bisik penghuni kos yang lagi maen catur terdengar samar. 

"Thu, om siapa? Om Alo ka?", demikian bisik itu terdengar. 

Tetapi serentak ditimpal oleh yang satunya: "bukan, thu om Jhon. 

Orang Maumere. Kontraktor."Sudah sering dijemput kah om?, aku yang dari tadi diam kini memberanikan diri bertanya.

"wah, sering ade, su rusak dia itu. Tiap pagi diantar om-om bersedan, jawab laki-laki itu. 

Ah, Natalia, lilin ini masih menyala Natalia, Menantimu pulang dari bergulat syahwat. 

Natalia, ini tentangmu, tentang bisnis jual syahwa dan menjangkau yang transendens.

Kupang, cerita ini akan kusimpan sebagai bekal bagi kecilku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun