Mohon tunggu...
Ronaldus Adipati Adipati
Ronaldus Adipati Adipati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menyukai politik dan agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salahmu Samad

21 Februari 2015   20:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakyat Indonesia sedang berduka. Duo Putra terbaik bangsa: Abraham Samad dan Bambang Widjoyanto telah'dikubur' dari pentas penegakkan hukum nasional. Jika kita menoleh ke belakang, di tengah riuh rendah proses kampanye calon Presiden, nama Samad juga ikut melambung... Samad tetap eksis (sengaja eksis atau dieksiskan), tak hilang dari pentas meski Prabowo dan Jokowi sedang bertarung. Yah, Samad kala itu eksis karena selain digadang sebagai CAWAPRES, samad juga kerap tampil di media memberikan janji pemberantasan korupsi kepada khalayak. Salah satu yang membuat publik greget adalah janjinya menuntaskan skandal BLBI. Publik tahu, BLBI tak lepas dari salah satu tokoh politik nasional yakni Megawati Soekarno Putri, Ketua umum salah Partai besar yakni PDIP.

Sosok Megawati SP memang tidak mudah untuk dibaca oleh publik. Megawati yang diam dan cenderung tertutup mengundang begitu banyak spekulasi. Ketika rekan-rekan politisinya tampil, Megawati tetap bergeming, tak beranjak dari istananya di Teuku Umar. Tetapi ada yang tak beres, demikian analisa saya. Diamnya Megawati bukan diam yang mencerahkan. Diamnya Megawati bukan dian, diamnya Megawati bukan diam yang mengandung emas. Ada satu hal yang dibaca oleh penulis di balik diamnya Megawati ini. Semuanya bermula saat BG ditersangkakan oleh KPK hingga menyusul BW dan Samad ditersangkakan oleh POLRI.

Keadaan ini kemudian menarik untuk dicermati. Jauh-jauh hari sebelumnya, Abraham Samad telah dengan yakin dan mantap hendak menyasar 'Putri Indonesia' di Jalan Teuku Umar ini. Dari sinilah persoalan itu bermula. BG menjadi tersangka, Abraham Samad pun menyusul. Sebenarnya, jika diadakan survei (yang penting lembaga kredibel), mayoritas rakyat Indonesia masih menginginkan Abraham Samad memimpin lembaga anti rasuah tersebut. Rakyat masih tidak 'legowo" membiarkan Samad terdepak dari panggung hukum dan politik nasional, khususnya dari panggung KPK. Di tangan Samad, para koruptor dibuat tak berkutik. Mereka diam dan seakan tak bernyawa ketika Abraham Samad tampil terdepan untuk mentersangkakan mereka. Banyak koruptor kelas wahid mengakui nyali si 'Ayam Jantan dari Timur' ini. Menurut penulis, satu-satunya kesalahan Samad adalah ketika ia dengan terbuka di media hendak memeriksa dan mentersangkakan 'Sang Putri' jika terbukti terlibat dalam skandal BLBI.

Salah Samad!

Terus terang, bagi saya, satu kesalahan terbesar Abraham Samad adalah keterbukaannya. Ia begitu terbuka mengumbar janji memeriksa Megawati dan bukan tidak mungkin akan menetapkannya sebagai tersangka jika terbukti terlibat dalam skandal BLBI. Padahal, publik tahu bahwa 'Sang Putri' itu juga turut terlibat sebagaimana yang santer dibicarakan media. Keterbukaan yang ditunjukkan oleh Samad jelas mengandung ancaman bagi Megawati. Maka, sambil menyelam minum air, sambil kampanye Jokowi sambil menyiapkan strategi. Skenario pun disiapkan untuk menjebak Samad tanpa disadari. Samad yang sedikit ‘awam’ dalam politik tidak tahu bagaimana sepak terjang ‘Teuku Umar’. Samad tidak paham bahwa PDIP sengaja memancing Samad untuk keluar dari ‘Istana”-nya dengan menelorkan wacana pencawapresannya. Samad pun terkecoh dan meladeni ‘niat baik’ PDIP’ ini. Berbagai pertemuan pun dirancang (meski saya ragu apakah pertemuan itu inisiatif Samad atau bukan) untuk menyusun strategi pencapresan Jokowi-Samad. Samad tidak sadar bahwa dengan dia keluar dan melakukan pertemuan tersebut, ia telah digiring pada sebuah persoalan hukum yaitu melanggar etika KPK karena menggunakan posisinya untuk melakukan lobi politik. Alhasil, Samad terkecoh karena yang jadi Wapres ternyata Jusuf Kalla bukan Samad. Pukulan berat buat Samad. Samad hanya umpan agar suatu waktu jika ia ‘macam-macam’ maka mudah bagi PDIP menyerangnya. Dari sini, bisa ditarik benang merah bahwa dengan menjadi tersangkanya Samad maka BLBI-pun akan kelar tanpa jelas.

Samad: Antara Benci dan Rindu

Sebenarnya, publik masih mendambakan Samad. Satu hal yang dikesalkan publik adalah Abraham Samad begitu terbuka mengumbar janji memeriksa Megawati. Seharusnya, jika memang Samad berniat baik untuk memeriksa Megawati maka itu harus dilakukan secara diam-diam sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya. Samad harus diam-diam mengusut, menyelidiki dan memeriksa terduga/pelaku skandal BLBI. Saya juga sedikit ragu akan sosok Abraham Samad ini. Niat Samad yang secara terbuka akan memeriksa Megawati jangan-jangan suatu strategi politik agar publik menghormati, mengakui bahwa Samad adalah superhero Indonesia. Tidak tahukan Samad bahwa ancamannya memancing reaksi internal PDIP sehingga mereka menyusun stratgei untuk menjebak Samad? Tetapi di balik semua itu, saya yakin publik masih mencintai Samad. Sosok Samad adalah sosok yang dibenci tapi dirindukan. Publik terutama saya tak peduli tetek bengek persoalan yang menimpa Samad karena saya yakin Samad adalah korban konspirasi tingkat tinggi (high level conspiracy). Siapa yang bermain? Saya juga masih ragu-ragu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun