Mereka mencari pada kepingan hari yang tak berbekas.
Menari mendekat untaian rima selaku raja yang siap menyerah.
Merangkul tangan yang kelak tak lagi ada.
Memeluk hati nan nantinya berhenti memaksa.
Akankah dilupakan tawa saat kita di pematang jiwa.
adakah nuansa itu?
Mungkin keputusan melamar nikahi gelar
Biar kerapuan pun selingkuh, s(irih) tertawa memisah setia.
Rapuh memikat sukma yang kian beradu lahat.
Apa lari menjadi pilihan?
Menyerah...
Pulang...
Menghukum diri...
Seharusnya berpaling dan menentang. Melawan.
Optimis membunuh kekebalan rasa.
Pantun selalu berirama komit.
Layangkan bersama menitik kerasan rindu.
Ada lembaran luka sewaktu membantah
Adakah? Goresan sukma yang sewaktu berliang air mata lagi...
Harus tidak bisa
Ingat rindu pulang membawa tawa bersama.
#Willyam_Bwar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI