Mohon tunggu...
P. Vinsen Sarah
P. Vinsen Sarah Mohon Tunggu... Pemuka Agama - “Menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dalam penghayatan

Kalau tak bisa jadi pena, jadilah pensil untuk merangkai kisah dan jejak hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentakosta: Roh Kudus dalam Bahasa Kasih Menyatukan Kita

24 Mei 2021   10:39 Diperbarui: 24 Mei 2021   10:50 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: via komkat-kwi.org

Hari Raya Pentakosta, adalah hari raya turunnya Roh Kudus atas para Rasul dan kita umat Kristiani. Roh diutus Yesus dari Bapa untuk: 1). Mengingatkan kita tentang ajaran Kristus. 2). Menjiwai dan membimbing kita menjadi saksi-saksi Injil yang berani. 3). Menjadi pembawa kabar sukacita-menjadi Injil hidup. 

Pada peristiwa Pentakosta, para Rasul dikaruniai bahasa yang dimengerti pendengarnya. Bahasa yang sering memicu perselisih dan perpecahan, melalui Pentakosta, menjadi bahasa yang mempersatukan. 

Bahasa Pentakosta, bahasa saling pengertian. Petrus tampil dalam bahasa ibunya dan semua orang yang mendengarnya menangkap dan mengerti. 

Bahasa Roh itulah bahasa kasih yang memenuhi hati, menggerakkan, menyemangati, dan membaharui. Hanya dalam bahasa kasih, orang diteguhkan dan dipersatukan. Hanya dalam bahasa kasih, orang dapat saling mengasihi. Bahasa kasih membawa damai. Itulah Pentakosta, hari anugerah Roh Kudus kepada Gereja.

Yesus mengamanatkan: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian sekarang Aku mengutus kamu. Kamu juga harus bersaksi". Ini panggilan perutusan Tuhan kita untuk memberi kesaksian tentang bahasa Pentakosta, bahasa saling pengertian, dan perdamaian, bahasa kasih yang membawa persatuan, saling meneguhkan. 

Kita diutus untuk menjadi pembawa damai bila terjadi kebencian, pembawa cintakasih bila terjadi penghinaan, pembawa pengampunan, bila terjadi perselisihan pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, pembawa kepastian. Bila terjadi kesesatan pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, pembawa harapan. Bila terjadi kesedihan, pembawa sumber kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, pembawa terang. 

Semangat ini harus dimiliki oleh semua kita yang menerima Roh Kudus. Ini semangat Pentakosta. Tentu ini tidak mudah. Banyak tantangan dan kesulitan. Tapi kita tidak harus takut bila hati dan hidup kita dipenuhi Roh Kudus. 

Maka, "Datanglah ya Roh Kudus. bersihkanlah yang cemar, siramilah yang gersang, pulihkanlah yang terluka, lunakan yang keras, cairkan yang beku, arahkan yang sesat. Ajarilah kami, bahasa cintaMu, agar kami dekat padaMu".

Paus Fransiskus mengingatkan kita akan tiga musuh dalam kehidupan bersama, yang lebih buruk dari pandemi korona, yaitu: narsisme, viktimisme dan pesimisme. Maka menghadapi musuh-musuh ini, perlu kita memaknai dan menghayati ungkapan 'Rupa-Rupa Karunia tapi Satu Roh.' 

Kekristenan sekarang, maupun awali, ada dalam keberagaman pandangan, pilihan, sensibilitas, namun, "prinsip kesatuan dalam Roh Kudus, adalah Satu yang menyatukan rupa-rupa. Begitulah Gereja lahir: kita yang beragam disatukan dalam Roh Kudus. Paus mendesak kita untuk mengatasi "godaan buruk", dengan "memandang iman kekristena seturut cara pandang Roh Kudus."

Roh Kudus menjumpai kita dalam keberagaman untuk mengatakan bahwa kita memiliki hanya satu Tuhan yaitu Kristus, dan satu Bapa; dan karena itu kita semua adalah saudari dan saudara. 

Ini sebagai titik berangkat, memandang Gereja sebagaimana Roh Kudus memandang kita dari Bapa dan dari Yesus Kristus lalu mencintai dan mengenal keberadaan setiap kita secara utuh dalam CINTA KASIH. Seperti para Rasul orang-orang sederhana yang dipanggil dalam keberagaman disatukan Yesus tanpa diubah melalui pengurapan Roh Kudus berbicara dengan bahasa Kasih menyatukan umat untuk merajut kesatuan dari keberagaman menuju keharmonisan hidup.

Bagi Paus, kita tidak boleh terkungkung oleh "tiga musuh yang menghalangi pintu hati, yaitu narisisme, viktimisme dan pesimisme. Narsisme akan membuat orang jatuh dalam mengidolakan diri, menjadi egois dan hanya menyukai apa yang menguntungkannya. 

Viktisisme membuat orang selalu mengeluh dan berpikir negatif, merasa tidak ada orang memahami dirinya. Sedangkan orang yang pesmis melihat semua gelap". 

Bagi Paus Fransiskus, orang yang jatuh dalam tiga musuh ini, akan kehilangan HARAPAN. Maka marilah kita merasa lapar akan harapan sehingga menghargai karunia kehidupan yang ada pada kita dengan pemberdayanya Roh Kudus.

Bersama Paus Fransiskus, mari kita menerima Roh Kudus sebagai kenangan dari Allah, yang membangkitkan ingatan kita akan karunia yang kita terima. 

Semoga Roh Kudus membebaskan kita dari kungkungan egoisme dan menumbuhkan keinginan untuk melayani dan berbuat baik. Kita berdoa; datanglah Roh Kudus: Engkau yang adalah keharmonisan, satukan kami; Engkau yang selalu memberi, berilah kami semangat untuk keluar dari diri sendiri, dan Engkau yang selalu mencintai dan menolong, bantulah agar kami semua menjadi satu keluarga. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun