Mohon tunggu...
Wildiana Aghnadya
Wildiana Aghnadya Mohon Tunggu... -

komunikasi 2010

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah dengan Jalan Rusak, Apa Bedanya?

8 Juni 2012   13:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai politik kita di tuntut untuk berfikir kritis, ketika kita menjadi orang yang berfikir kritis artinya kita harus siap menerima resiko, dan ketika resiko itu datang kita akan dihadapkan dengan beberapa kemungkinan “ Aman atau tidak aman, Berhasil atau gagal, Kalah atau menang” tetapi hal yang paling sulit adalah ketika kita di paksa untuk berfikir kritis.

Sebagai seorang mahasiswi yang setiap harinya pergi ke kampus dengan menggunakan angkutan umum tepatnya bis dan sebagai pengguna jalan raya yang setiap pagi, siang, sore, bahkan malam, tidak ada yang berubah dari waktu ke waktu selalu melihat keramain jalan raya dengan sejuta aktivitas manusia yang tumpah ruah menjadi kesatuan yang saling membaur seperti polusi, udara, debu yang saling melekat bersama-sama di paru-paru makhluk hidup.

Setiap hari selalu bangun sebelum matahari terbit agar sampai di kampus tepat pada waktunya. Menjadi mahasiswi yang dikenal dan di ingat dosen memang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Tetapi bagaimana ketika dosen mengingat dan mengenal kita bukan sebagai mahasiswa yang berprestasi melainkan mahasiswa yang selalu terlambat masuk kelas dan tidak disiplin. Moment yang paling buruk ketika harus selalu mengalami hal itu setiap hari. Siapa yang harus di salahkan, Aku? Dosen? Atau bapak supir?

Tidak! JALAN RAYA adalah akibat dari semua ini! Bukan menyalahkan jalan raya, tapi menyalahkan kondisi jalan raya saat ini. Sangat memprihatinkan, bahkan sangat tidak layak untuk di gunakan. Bukan hanya saya, mungkin para pegawai dan penumpang lainnya memiliki pemikiran yang sama. Ketika mereka di buat kesal karena kondisi jalan raya yang sangat buruk dan itu mengakibatkan semua aktivitas menjadi terhambat. Bukan hanya terhambat, bahkan pernah melihat kecelakaan yang di akibatkan jalanan yang rusak!!

Tapi setelah di fikir-fikir rasanya konyol jika menyalahkan jalan raya, untuk apa menyalahkan jalan raya, karena jalan raya hanya sebuah lintasan atau jalan alternatif yang memang di buat oleh tangan manusia sendiri. Apakah Pemerintah? Ya! Mengapa? Karena pemerintah adalah orang yang berpengaruh dan memiliki tanggung jawab paling besar. Sungguh disayangkan melihat sikap pemerintah yang tidak cepat dan tidak peka terhadap kondisi jalan rusak yang terlihat jelas dengan kasat mata. Mengapa jalan yang rusak di biarkan begitu saja dan tidak di perbaiki, tidak sebulan dua bulan tetapi bertahun-tahun di biarkan begitu saja. Kemana anggaran yang sudah tersedia? Lalu apa bedanya pemerintah dengan jalan rusak? “SAMA”

Hari itu tepatnya hari rabu 6 juni 2012, saya memutuskan pergi ke DPRD kabupaten Serang untuk melakukan wawancara dalam rangka memenuhi tugas komunikasi politik. Sebelumnya saya tidak membuat janji terlebih dahulu dengan siapapun khususnya dengan angota DPR kab serang , karena memang tidak ada satu orang pun yang saya kenali. Saya memutuskan untuk langsung datang dan mencari angggota DPR yang bersedia untuk di wawancarai. Yang menjadi tujuan saya saat itu adalah anggota DPR bagian komisi IV.

Dengan modal keberanian dan sedikit rasa gugup, saya dan teman saya memberanikan diri untuk langsung masuk ke ruang komisi IV. Kami sempat berbicang sebelum masuk keruangan itu. Bukan perbincangan penting melainkan perbincangan konyol karena nyali kami yang tiba-tiba menciut ketika di depan pintu. Kami memulai dengan salam, dan melihat hanya ada beberapa nggota DPR saja di ruangan saat itu. Kami dipersilahkan masuk dan duduk terlebih dahulu, tetapi satu persatu anggota DPR mulai pergi meninggalkan ruangan. Apa ini? Mereka mempersilahkan kami duduk tetapi mereka pergi begitu saja. Sampai akhirnya hanya tersisa 4 orang saja. Beberapa orang besikap ramah namun ada beberapa orang yang sibuk dengan kesibukannya. Apa memang seperti itu cara mereka menyambut orang baru, saya tidak mengerti.

Salah satu anggota DPR mulai mengajukan beberapa pertanyaan “ Ada perlu apa? Dari mana? Dan ada perlu dengan siapa?” Teman saya yang sebelumnya sudah membuat janji dia menjelaskan maksud dan tujuannya kemudian langsung melakukan wawancara. Sedangkan saya mencoba untuk menghampiri salah satu anggota DPR yang baru datang. Wajahnya agak sedikit sangar dengan kumis tebalnya dan menggenggam handphone sambil meroko. Saya sedikit berbasa-basi dengan pertanyaan monotonseperti apakah bapak sibuk dan sebagainya. Tetapi bapak yang satu itu menegaskan bahwa beliau tidak bisa di mintai wawancara karena sibuk. Saya agak sedikit ragu dengan kesibukan bapak yang satu itu karena kesibukan dia saat itu hanya merokok dan menerima telepon beberapa kali. Saya juga bingung dimana letak kesibukannya itu sampai tidak bisa melakukan wawancara yang tidak menghabiskan waktu berjam-jam. Saya hampir putus asa karena 2 dari 4 orang yang berada di kantor itu tidak bisa di wawancarai. Ini kali pertama saya pergi ke DPR untuk melakukan wawancara, namun kesan pertama yang saya dapatkan saat itu kurang baik. Dimana letak “Etika, Komunikasi” yang baik seorang DPR.

Akhirnya saya melihat ke sudut kanan ada seorang bapak-bapak duduk sendiri sedang membaca Koran. Saya mempersiapkan diri untuk menghampiri dan kembali siap jika harus di tolak. “ permisi pak mengganggu, bapak sedang sibuk atau tidak ya?” sedikit memberikan senyuman lebar dan berharap bapak yang satu ini mau di wawancara. “ memang ini dari mana ya? Ada keperluan apa?” Sedikit lega karena bapak itu terlihat lebih welcome dengan senyum sekilasnya dan mempersilahkan saya duduk, kemudian saya menjelaskan maksud dan tujuan saya .

Tanpa fikir panjang saya langsung melakukan wawancara dengan bapak itu. Terlihat santai dan tidak terlalu formal sehingga suasana saat wawancara tidak kaku dan tidak tegang. orang-orang di dalam ruangan memperhatikan kami. Pembahasan saya saat itu mengenai pembangunan jalan raya di kabupaten serang karena dengan maksud dan tujuan ingin sedikit menyampaikan aspirasi saya. Saya sempat sedikit menyampaikan keluhan saya mengenai jalan di serang khususnya jalan menuju terminal pakupatan, karena setiap hari saya melewati jalan itu dan keadaan jalan itu sangat rusak parah. Sehingga sering menghambat aktivitas bahkan membuat saya sering telat kuliah. Namun bapak itu mengatakan bahwa beliau tidak tau menau menganai daerah palima menuju terminal, beliau hanya menangani pembangunan jalan bagian ciruas hingga belaraja. Saya agak sedikit kecewa karena harapan saya beliau sedikitnya mampu memberikan atau menanggapi hal itu. Setelah lama berbincang satu persatu pertanyaan mulai saya lontarkan dan mengawalinya dengan pertanyaan monoton dan mendasar yang tidak kritis. Karen seperti yang saya bilang, untuk menjadi kritis itu sulit.

UNTIRTAKOMUNIKASI/KomunikasiPolitik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun