Mohon tunggu...
Wildhan Ayu Syahputri
Wildhan Ayu Syahputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

College Student at STIAMAK Barunawati, Life is like a box of chocolates, You never know what you're gonna get.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenapa Mereka Lari Melihatku?

22 Oktober 2020   09:55 Diperbarui: 23 Oktober 2020   06:51 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini hanya merupakan fiksi belaka dan tidak terjadi di dunia nyata, semua nama tokoh, tempat, peristiwa tidaklah asli. Apabila ada yang mengalami kejadian yang sama, maka itu adalah sebuah kebetulan belaka.

Namaku Aretta, 19 tahun, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya. Entah kenapa hari ini terasa sunyi, tidak seramai biasanya, teman-temanku yang biasanya berbicara hal tidak penting juga lebih diam hari ini.

Mata kuliah hari ini berjalan seperti biasa, hanya saja aku memang jarang memperhatikan (mohon jangan meniru perilaku ku). "Mata kuliah hari ini selesai, terimakasih dan silahkan keluar ruangan," kata dosenku. 

Tanpa basa-basi, aku segera mengambil tas ku dan segera keluar dari kelas, menunggu teman? teman saja aku tidak punya. Bukan karena aku tidak ingin bersosialiasi, hanya saja kebanyakan teman yang ku punya bagaikan pisau dua sisi, baik di depan tapi busuk di belakang. Maka apa gunanya mempunyai teman yang hanya ingin memanfaatkan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, kelas kali ini memang dilaksanakan malam hari karena dosen berhalangan di siang hari tadi. Seperti biasa, aku berjalan menuju keluar gerbang kampus, dan menunggu adanya driver online yang mengambil orderanku. 

Anehnya, sudah lebih dari 5 kali aku mengorder, tetap saja tidak ada satupun driver yang mengambil orderanku, sudah hampir satu jam aku berdiri di depanku.

Habis sudah kesabaran yang aku miliki, akhirnya ku putuskan untuk berjalan kaki saja, meskipun dari kampus ke rumahku membutuhkan waktu tempuh hampir satu jam jika berjalan kaki, siapa tahu aku bertemu ojek biasa, taxi, atau semacamnya.

30 menit aku berjalan sendirian, hanya ada kendaraan yang berlalu-lalang itupun tidak banyak, dan lampu penerangan jalan juga mulai redup. Seketika langkahku berhenti, di depanku telah berdiri dengan garangnya dua orang lelaki, satunya bertubuh besar dan satunya lagi bertubuh kurus.

Perasaanku mulai tidak enak apalagi saat aku bertemu pandang dengan dua orang tersebut, aku mulai mundur perlahan dan mereka perlahan maju menuju ke arahku. Refleks, aku langsung berlari ke arah berlawanan dan mereka mulai mengejarku, sudah kupastikan dua orang itu berencana melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepadaku. 

"HEI! JANGAN LARI KAMU! BERHENTI!" teriak salah satu dari mereka, tapi aku tak mau berhenti karena itu sama saja dengan bunuh diri.

Celaka, aku berlari ke arah gang buntu, sontak aku melihat ke belakang dan mereka berdua sudah mengalang jalanku untuk kabur. Mereka tertawa sarkas sembari berkata, "Hahaha.. mau kemana nona manis?" 

Aku mulai membaca doa-doa seperti Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan surat-surat pendek lainnya dalam hati karena aku seorang muslim. Saat salah satu dari mereka mulai mengulurkan tangannya untuk memegangku, sontak aku melihat mata mereka berdua melotot dengan lebar, mulut mereka menganga, dan ekspresi mereka mengatakan ketakutan terhadap sesuatu di  belakangku.

Perlahan-lahan mereka mulai mundur dariku, dan mereka langsung berlari ketakutan sembari berteriak tidak jelas, aku melihat ke belakangku dan hanya melihat tembok gang buntu, tidak ada siapapun atau apapun, tetapi mengapa mereka lari?

Aku bergegas saja berjalan lagi untuk pulang ke rumah. Untungnya, saat aku mencoba mengorder ojek online, ada seorang driver yang menerima, dan tak lama setelah itu dia datang dan mengantarkanku pulang.

Pukul 20.30 WIB aku baru sampai di rumah, segera ku membersihkan seluruh tubuhku dan berganti ke baju piyama tidurku, bayangan kejadian tadi masih menggeliyang di kepalaku, kenapa dua orang tersebut lari melihatku secara tiba-tiba? Tak mau ambil pusing, kuputuskan untuk tidur.

Keesokan paginya, nenekku datang dari desa untuk tinggal di rumahku sementara karena ia rindu dengan keluargaku. Aku menghampiri nenekku yang baru saja tiba dan berdiri di depan pintu. Beliau tersenyum lebar melihatku sembari berkata, "Aduh...cucuku sudah besar dan semakin cantik, nenek rindu sama kamu nak," Aku memeluk erat nenekku,dan saat aku memeluknya,ia berbisik di telingaku, 

"Sepertinya 'penjagamu' sudah menyelamatkanmu kemarin ya nak."

Wildhan Ayu Syahputri - STIAMAK Barunawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun