Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironinya Kemerdekaan

18 Agustus 2016   11:54 Diperbarui: 18 Agustus 2016   12:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lauk berupa daging ? Lupakan, di Panti ini mereka sudah diajarkan untuk menjadi vegetarian, tak ada kenikmatan badaniah berupa daging sapi, daging ikan atau udang dan kepiting, bukan hanya karena uang tak ada, tapi juga karena prinsip pemahaman si Ibu Kepala Asrama memang seperti itu adanya. Kamu menjadi seperti apa yang kamu makan. Sifat-sifatmu adalah apa yang kamu telan, begitu selalu ajarannya.

Menurut Pengamatan bersama :

Siapakah yang lebih merdeka si A atau si B ?

Kalau kamu mendidik anak-anakmu kelak, kamu akan memilih mana? Mendidik anak seperti cara ortu si A atau ortu angkat si B ?

Menurut pengamatan saya :

Kemerdekaan adalah lagi-lagi  ironi bila dimaknakan dengan kesalahpahaman  yang arogan. Seperti kebebasan seenak perut untuk berucap, bertutur dan menuliskan apa saja di media, tanpa mau berpikir apakah beritanya dusta, fitnah atau menimbulkan huru hara.

Kebebasan juga menjadi ironi, bila pemiliknya membebaskan seluruh indera tubuh untuk tak lagi mau dikekang oleh segala peraturan yang baik, dan memanfaatkan kata-kata merdeka, untuk berlaku seenak perut, mulut dan “jidat” yang tak disertai otak dan hati.

Kemerdekaan itu adalah saat kita mampu menawan segala bentuk penjajahan yang membuat kita tidak mampu melakukan apa yang : BAIK, BENAR, BERMANFAAT.

Bentuk pendisiplinan baik oleh guru, orang tua dan diri sendiri, berupa peraturan , sanksi, hukuman , demi menumbuhkan jiwa yang mampu melawan segala tindak keburukan berupa : Nafsu, Angkara, Fitnah, Serakah, dan Tak perduli pada sesama selama diri diuntungkan, Kemalasan, ketidakperdulian, etc , itupun pada akhirnya adalah suatu  penundukan kita  dengan kesadaran bebas untuk menyerahkan “kemerdekaan” semu kita  demi suatu tujuan Kemerdekaan yang sejati.

 Selamat 1 hari setelah perayaan 17an, MERDEKA !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun