Agama tidak bisa dipaksakan. Agama yang dijalankan dengan iming-iming berupa hadiah dan janji-janji surga atau ancaman hukuman neraka, juga janji-janji harta dunia, pikatan atas nama kekasih, atau paksaan berupa teror, tidak pernah membawa suatu individu dalam keyakinan yang sejati. Agama dan keyakinan tidak tumbuh dari semua hal itu. Kita mungkin mendapakan banyak pengikut, dalam jumlah, demi kebanggaan semu, bernama keberhasilan indoktrinisasi dan misionari.
Pelita-Pelita dalam Syiar dan Syair keagamaan
Siar dan Syair-syair keagamaan , adalah buah pikir yang seharusnya menjadi pelita. Pelita tidak ditujukan untuk membakar hati para “lawannya” (Baca : kaum yang dianggap kafir, yang berbeda pandangan dan kepercayaan.)
Pelita itu adalah nyala, yang selalu menarik mata yang letih mencari dalam kegelapan. Pelita itu menerangi kegelapan, agar kaki tak terperosok jatuh dalam jurang. Pelita itu Keindahan, yang meski redup nyalanya namun mampu mengusir kelamnya malam.
Pelita yang indah, bisa membakar hati, bila nyalanya disulutkan paksa, tanpa hati, tanpa budi, tanpa kasih dan tanpa pekerti.
Kepada para pemilik jempol yang diikat dalam satu keluarga besar bernama Facebook, Twitter, Line, WA, Blogger, dengan Google sebagai Mbah dan Eyang tempat kita mencari dan mengunduh ilmu, juga berbagi pemikiran dan hati, ingatlah Buah Pikirmu lebih berharga dari ratusan barang yang lekang oleh waktu, bahkan lebih dari tubuhmu yang fana.
Maka pupuklah dia dalam hati yang penuh kasih, dengan ketajaman otak yang tidak pernah kau tahu sampai kau coba menuangkannya dalam kata dan tulisan. Jaga , rawat dan tumbuhkan dia. Jangan hanya kau simpan dan pendam dalam taman hatimu sendiri. Bagikan, sebar dan siarkan pada dunia melalui media. Itulah buah pikirmu yang mungkin kelak kan berguna bagi dunia , tanpa pernah kau tahu atau kau sadari sebelumnya !
Namun ingatlah, selalu berhati hati agar buahmu bukanlah buah beracun yang hanya kau tulis untuk mengumbar kesombongan , amarah, dendam, iri dan segala hal buruk yang tak ada nilai manfaatnya sama sekali.
Ingat juga sebaik apapun buahmu, jadikan dia pelita, dan bukan si bola api liar, agar kelak dia tak dikobarkan dengan api yang menyala dan membakar sesama.
Fin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H