Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Preman Jalanan

28 Juli 2016   11:02 Diperbarui: 28 Juli 2016   14:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Breeem, breeem, breeeeem, Tin, tin, tin, tinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.” 

Suara klason, ditekan kencang dengan rasa panik yang meriap jadi ketakutan. Saat kecepatan rem tak sesuai dengan laju motor yang kini menghantam pengguna jalan. Darah merabuni mata untuk kemudian gelap, tak sadarkan diri lagi, mungkin pingsan, mungkin.......

Bermodalkan SIM hasil  tembakan, yang dipelorkan pada mata yang lapar akan berlembar-lembar uang gobanan, Doel 15 tahun sudah bisa ngebut-ngebutan di jalan. Berlagak sok  jagoan, padahal dia masih anak ingusan.

Doel, hanya salah satu nama, diantara banyak lagi nama –nama lain, yang dibiarkan berkeliaran dijalan, karena orang tua disibukan zaman untuk mencari uang , agar anaknya bisa hidup aman, tentram dan nyaman.

Ugal-ugalan, kebut-kebutan, mabuk-mabukan, lalu dhuarrr, terjadilah kecelakaan . Menjadi korban dan sekaligus menjadi sosok dewa kematian bagi pengemudi lain di jalan.

Siapa yang disalahkan ?

Petugas lapangan yang dengan mudahnya menukarkan SIM dengan segepok uang gobanan?

Polisi yang meloloskan begitu saja pengendara muda dengan atau tanpa SIM hasil tembakan ?

Orang tua yang mengijinkan anak mereka keluyuran dan membiarkan mereka tanpa pengawasan ?

Anak anak ingusan, yang baru coba coba jadi jagoan, yang pada akhirnya malah mengorbankan masa depan, dirinya dan sesama pengguna jalan ?

Ah ini hanya sekeping potret buram, tentang minimnya pengetahuan tentang rasa kemanusiaan.

Bahwa awal muara segala ilmu tentang kemanusiaan bukan didapat dari segepok uang yang katanya bisa membuat anak hidup aman, tentram dan nyaman. Kemanusiaan adalah nilai yang harus ditanamkan dalam pikirian. Agar kelak berbuah dalam kehidupan. Bahwa nilai kemanusiaan bermula dari menghargai  kehidupan . Kehidupan diri sendiri , sesama dan lingkungan.

Dan penghargaan pada kemanusiaan, tentu tak menghasilkan seorang anak ingusan, yang sok jagoan dan ugal ugalan di jalan bukan ?

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun