Mohon tunggu...
Wild flower
Wild flower Mohon Tunggu... -

Tukang baca yang sedang berusaha merangkai kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi ǀ Menunggumu

3 Juli 2016   07:46 Diperbarui: 3 Juli 2016   23:52 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: naturalsciencetherapies.com

Cinta menunggumu di depan pintu hatimu

saat kau basuh wajah, kaki, dan tanganmu

dengan wudhu

dia berbisik bersihkan  juga hati, pikir dan rasa

agar segala laku terbebas dari fitnah , umpat,  dan nafsu kotor.

Cinta menunggumu di depan pintu hatimu

Saat kau lafalkan litani pada Bunda yang penuh Rahmat

dia berbisik daraskan juga itu pada hati, 

Agar doa tak semata pada kata, tapi Kasih Bunda penuh Cinta  nyata dalam laku

Cinta menunggumu di depan pintu hatimu

Saat kau bakar dupa, dan memantramkan Tri Sandya

dia berbisik, camkan setiap kata dalam mantram

Agar mantra menyatu dalam rasa dan rasa menjadi laku bukan hanya pada  saat merapal

Cinta menunggumu di depan pintu hatimu

Saat kau baca kitab kitab dan ayat ayat indah dalam kitab kitab

dia berbisik, serapi, pahami, jalankan

dan ayat ayat itu bukan lagi sekedar buku yang tertulis dalam kertas cetakan yang bisa berdebu

tapi tertulis dalam dinding hati yang nyata terbaca dalam laku setiap hari.

Saat Cinta menyapa hatimu dan bertemu muka denganmu

Masih akan adakah perasaan ingin menang dan benar sendiri ?

Semua tersapu pada satu kata Cinta......

Catatan kaki :

Tulisan ini bukan untuk Sinkritisme agama, karena setiap agama pastilah berbeda. Bagimu agamamu, bagiku agamaku, seperti itulah kita menghormati semua dengan toleransi tanpa mencampuradukan satu dengan yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun