[caption caption="Tailing dulu lapisan tanah baru kemudian (iden wildensyah)"][/caption]Harapan itu terus ditumbuhkan dan dipelihara agar kelak semua orang masih bisa melihat lebatnya hutan. Hutan yang walaupun pada awalnya adalah lahan reklamasi tailing dari bekas pertambangan.
Jika saja saya tak memegang langsung lapisan tanah di bekas lahan tailing, mungkin saya tak akan percaya. Secara perlahan dengan bantuan manusia di lahan tailing bisa merekondisi kembali ke keadaan semula. Tumbuhnya tanaman pelopor mampu menjadi pembuka untuk tumbuhan lainnya.
Awalnya hanya tumbuhan lunak sejenis rumput-rumputan dan alang-alang tetapi setelah terbentuk lapisan tanah maka tumbuhan yang keras siap menyusul. Daun-daun yang kering jatuh ke bawah semakin lama semakin banyak dan mulailah membentuk serasah. Serasah adalah sisa tanaman yang kering dan terkumpul di bawah pohon. Serasah sangat penting dalam proses hidrologis karena mampu menyimpan air yang turun dari langit. Serasah mampu menahan air larian. Air yang tertahan akan membuat lembab daerah tersebut. Kelembaban tersebut menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan organisme yang akan berguna dalam proses menyuburkan tanah.
Di lokasi reklamasi tailing, lapisan tanah baru itu tampak terlihat jelas saat air danau sedang menyusut. Air di bawah sementara lapisan tanah dengan tailing di bagian atasnya. Ikan-ikan hidup normal di danau yang airnya sedang menyusut. Sementara itu pohon dan tanaman lainnya tumbuh seperti sediakala.
[caption caption="Gundukan petak untuk tanaman di area reklamasi tailing (iden wildensyah)"]
Jenis-jenis tanaman yang tumbuh di lahan tailing ternyata banyak sekali. Saat melihat langsung, tak terlihat ada perbedaan yang signifikan. Nanas tumbuh dengan subur, pepaya berbuah manis, sirih dan ilalang tetap ingin tumbuh di sela-sela nanas dan jagung. Tanaman yang dirawat tersebut saya rasakan hasilnya saat berbincang santai di tempat istirahat.
Demikian halnya dengan keanekaragaman hayati yang lain. Di sudut salah satu lahan reklamasi saya melihat sebentuk taman konservasi kupu-kupu. Di dalamnya berbagai jenis kupu-kupu tampak senang berterbangan dari satu bunga ke bunga lainnya. Warna sayapnya rupa-rupa. Tampak sayang jika dilewatkan begitu saja. Beberapa kupu-kupu diabadikan dengan kamera. Sisanya dibiarkan asyik mengisap sari madu bunga dan ada juga yang asyik terbang kesana kemari. Taman kupu-kupu ini sering dikunjungi anak-anak sekolah di kawasan Mimika yang outing atau fieldtrip ke lokasi MP21.
Kehadiran hewan dalam satu lahan reklamasi bisa menjadi kabar yang baik dalam proses pemulihan lahan. Hewan bisa menjadi indikator sehat atau tidaknya sebuah lingkungan. Beberapa peneliti lingkungan menjadikan hewan sebagai indikator yang mudah untuk menentukan kualitas lingkungan setempat. Kupu-kupu, burung, dan satwa lainnya berperan dalam menyebarkan bibit tanaman secara alami. Semakin luas jangkauan hewan melakukan perjalanan dalam hutan, semakin luas hutan yang akan tumbuh secara alami. Hutan bisa tumbuh dan berkembang secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi juga oleh keadaan tanahnya. Semakin bagus kualitas tanah maka semakin cepat sebaran luas hutannya. Tanah di lokasi reklamasi secara perlahan bertambah banyak seiring banyaknya serasah dari daun-daun yang jatuh. Seyogyanya harapan itu terus ditumbuhkan dan dipelihara agar kelak anak cucu kita masih melihat lebatnya hutan sekalipun dasar tanah awalnya adalah tailing dari bekas pertambangan di hulu.Â
[caption caption="Bersama para pegiat di area reklamasi tailing dan peneliti dari Universitas Negeri Papua (iden wildensyah)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H