Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Seresah yang Mampu Menahan Air Larian

7 November 2015   09:31 Diperbarui: 7 November 2015   13:19 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seresah Di Pegunungan Penting Untuk Menahan Air Larian"][/caption]Sudah menjadi rahasia umum, salah satu fungsi hutan adalah menjaga keseimbangan hidro-orologis. Hutan berperan menaikkan laju resapan air ke dalam tanah sehingga mengurangi konsentrasi aliran air dan risiko banjir dapat diminimalisasi, walaupun terjadi banjir tidak terjadi banjir bandang. Kenaikan laju infiltrasi menyebabkan peningkatan cadangan air tanah di sekitar hutan, yang nantinya dikeluarkan pada musim kemarau sebagai mata air. Jadi secara umum, hutan berfungsi untuk stabilisasi dan optimalisasi aliran air, bukan menambah air (Soemarwoto, 1992).

Di dalam kerapatan hutan terdapat sebuah komponen yang sangat penting yang juga mempunyai peran signifikan bagi konservasi air dan tanah, yaitu seresah. Seresah adalah daun-daun dan ranting yang mati dan terletak di lantai hutan yang rusak. Gulma dan seresah itu dapat mengendalikan air larian dan erosi dengan baik. Dalam hutan yang utuh, pembuangan tumbuhan bawah, yaitu tumbuhan yang tumbuh di lantai hutan di bawah pohon-pohon, meningkatkan erosi dua kali. Jika yang dibuang tumbuhan bawah dan seresah, erosi naik 40-150 kali. Angka-angka ini tentu tergantung dari jenis dan tebalnya tanah serta kemiringan lereng. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan yang memegang peran penting dalam fungsi hidro-orologi hutan ialah tumbuhan bawah dan seresah.

Dengan proses suksesi rumput (belukar) pohon, fungsi itu makin sempurna. Haruslah dicatat bahwa fungsi utama hidro-orologi bukanlah dilakukan oleh pohon, melainkan oleh seresah yang ada di lantai hutan dan tumbuhan bawah. Bahkan, tanpa seresah dan tumbuhan bawah pohon justru memperbesar erosi. Menurut Chay Asdak dari Lembaga Ekologi, melaporkan bahwa pembersihan seresah dan tumbuhan bawah di bawah tegakan Acacia auriculiformis di Ubrug, Jatiluhur telah meningkatkan erosi 15 hingga 50 kali lebih besar daripada keadaan sebelum dibersihkan. Sebaliknya, dengan menambah bahan organik (seresah) pada tanah terbuka, dapat menurunkan besarnya erosi hingga 86%. Dengan demikian apabila tumbuhan bawah danb seresah dalam suatu tegakan hutan dihilangkan, yang mengakibatkan tanah menjadi terbuka bagi tetesan-tetesan air hujan langsung dari tajuk pohon di atasnya, "hutan" menjadi kondusif bagi peningkatan air larian dan erosi, meskipun penutupan tajuk tegakan hutan tersebut termasuk besar.

Ini dapat kita lihat juga, misalnya, di bawah pohon rambutan yang tumbuh di pekarangan tanpa adanya tumbuhan bawah dan seresah di bawahnya. Tanah di atas akar pohon itu tererosi sehingga akar itu nampak di atas tanah. Erosi yang lebih besar itu disebabkan karena butir tetesan air hujan yang jatuh dari pohon lebih besar daripada butir tetesan air hujan yang jatuh dari langit.

Hutan rusak sebenarnya dapat pulih dengan sendirinya, apabila tidak diganggu lagi. Ini tampak jelas di lahan hutan bekas kebakaran di Kalimantan, misalnya. Jadi, penanggulangan lahan kritis dapat berjalan cepat secara alamiah, asalkan faktor perusakan antropogenik dapat ditiadakan. Alam mampu secara simultan memperbaiki berjuta hektare lahan kritis, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia dengan penanaman pohon yang memakan banyak tenaga dan biaya. Penelitian juga menunjukkan bahwa fungsi hidro-orologi pun dengan cepat dapat pulih. Pemulihan fungsi itu sudah mulai pada tahun pertama dengan tumbuhnya rumput-rumputan dan terjadinya seresah di lantai hutan.Volume air larian dan laju erosi telah turun dengan cepat pada tahun pertama itu.

Penanganan jangka pendek meliputi: pembersihan drainase dan saluran air dari sampah dan semua yang menghambat aliran air; pembangunan sumur resapan air di kompleks perumahan untuk tabungan air pada musim penghujan serta mengurangi genangan air dan membuang limpahan air langsung ke sungai; pembuatan tempat pembuangan sampah sehingga dapat mencegah sampah dibuang langsung ke sungai atau saluran air, selain itu untuk mencegah penyebaran penyakit melalui media air; membiarkan tumbuhan bawah dan perdu, seperti rumput untuk selalu hijau. Andai pun dibersihkan, jangan dicabut atau dibuang tapi biarkan terhampat untuk menjadi seresah atau pupuk tanaman, atau cukup dirapikan saja.

Menurut Otto Soemarwotto, pakar lingkungan dari Universitas Padjadjaran mengatakan dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada hutan yang rusak dan didiamkan tidak terganggu, gulma dengan cepat tumbuh kembali dan terbentuk seresah, gulma dan seresah itu dapat mengendalikan air larian dan erosi dengan baik. Tak perlu biaya reboisasi. Biaya reboisasi itu lebih baik digunakan untuk pembangunan masyarakat agar masyarakat tidak perlu merambah hutan.

Dalam hutan yang utuh, pembuangan tumbuhan bawah, yaitu tumbuhan yang tumbuh di lantai hutan di bawah pohon-pohon, meningkatkan erosi dua kali. Jika yang dibuang tumbuhan bawah dan seresah, erosi naik 40-150 kali. Angka-angka ini tentu tergantung dari jenis dan tebalnya tanah serta kemiringan lereng. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan yang memegang peran penting dalam fungsi hidro-orologi hutan ialah tumbuhan bawah dan seresah.

Kecuali itu, tumbuhan juga menurunkan suhu, disebabkan oleh proses evapotranspirasi, yang dalam bahasa sehari-hari disebut berkeringat. Berteduh dari panas Matahari di bawah pohon lebih sejuk daripada berteduh di bawah tenda. Jadi, pohon membuat lingkungan hidup kita nikmat: sejuk dan tidak silau.

Dalam hal longsor, kita juga tahu sumber masalahnya. Pertama, karena struktur geologi tanah. Peta daerah longsor telah tersedia untuk banyak tempat. Peta ini merupakan alat penting untuk mengelola risiko longsor. Sumber masalah kedua ialah pohon. Jika di daerah yang tidak stabil, pohon ditebang, kejadian longsor sangat meningkat, baik jumlah kejadian longsor maupun volume tanah yang longsor. Pohon mengurangi risiko longsor karena akarnya yang bekerja sebagai jangkar mencengkeram tanah.

Hasil-hasil penelitian tersebut di atas menguatkan anggapan bahwa diperlukan lebih sekedar pohon-pohonan untuk membentuk "hutan" dengan fungsi perlindungan terhadap tanah dan air. Dengan kata lain, suatu hutan yang dapat memerankan fungsi perlindungan lingkungan (degradasi lahan, erosi, dan memasok air tanah serta menurunkan besarnya debit puncak) seharusnya juga disertai oleh tumbuhan bawah dan seresah.

ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun