Mohon tunggu...
Iden Wildensyahâ„¢
Iden Wildensyahâ„¢ Mohon Tunggu... Administrasi - Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Senang jalan-jalan, menulis lingkungan, dan sesekali menulis ide yang muncul tentang pendidikan kreatif. Temui saya juga di http://www.iden.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Logika Vs Hati Kecil

17 Juli 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_194653" align="alignright" width="300" caption="Spanyol Fantastis! (www.metro.co.uk)"][/caption] Jika sedang terjadi rebutan dalam pengambilan keputusan antara logika dengan hati kecil, tuliskan saja. Dengan dituliskan, kita akan tahu bagaimana sebenarnya arah yang kita mau. Ini bukan tips praktis psikolog. Ini tips abal-abal berdasarkan beberapa catatan saya tentang piala dunia 2010. Dua catatan saya tentang logika kemenangan Jerman atas Argentina dan kemenangan Spanyol atas Jerman membuktikan bahwa tebakan saya berdasarkan logika ternyata benar. Walaupun sebenarnya hati kecil saya mendukung tim diluar logika saya. Misalnya ketika Jerman bertemu Argentina, hati kecil saya mendukung Argentina tetapi anehnya logika mengatakan bahwa Jerman layak menang. Layak menang ini yang menjadi dasar alasan sebuah tulisan. Saya katakan bahwa jika Jerman bisa mematikan Messi maka Jerman akan memenangi pertandingan. Nyata benar, Maradona tidak belajar banyak dari pertandingan sebelumnya. Dia tidak mau berspekulasi dengan membangkucadangkan Lionel Messi. Andai saja dia mau berspekulasi dengan merotasi bagian tengahnya, mengganti Messi dengan Juan Sebastian Veron, sepertinya Joachim Loew akan kebingungan atau minimal dia harus memutar otak karena perkiraan formasi lawan berbeda dari perencanaan awal. Begitu pula ketika Jerman bertemu Spanyol, saya dukung Jerman tetapi logika mengatakan bahwa Spanyol akan memenangkan pertandingan malam itu. Kenyataan memang demikian, logika saya kembali memenangkan pertarungan dengan hati kecil saya. Saya anggap sebagai dinamika saja karena saya tidak fanatik mendukung salahsatu tim di piala dunia tahun ini. Fanatik membuat tidak objektif, tidak seimbang dan bisi lebih parahnya membuat mati kreativitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun