Remaja merupakan perpindahan perkembangan dari masa kanak-kanak ke dewasa yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional, sosial dan pengambilan berbagai bentuk dalam pengaturan sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.
Beberapa hal mengenai masa remaja, yaitu masa remaja adalah masa yang diwarnai oleh interaksi antar faktor-faktor genetic, biologis, lingkungan, dan sosia, masa remaja adalah masa di mana remaja dihadapkan dengan perubahan biologis yang dramatis, hal-hal baru, dan tugas perkembangan baru, hubungan pertemanan yang lebih dekat, cara berpikir yang lebih abstrak dan idealistis, memandang dirinya mampu mengontrol dirinya sendiri, menghargai kerja dan sekolah, mampu mengatasi tekanan hidup dan remaja sekarang ini diperhadapkan dengan berbagai pilihan gaya hidup yang ditawarkan melalui media sehingga mempermudah mengakses berbagai jasa yang di butuhkan seperti memesan makanan secara online. hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas. (Rahmah Hastuti et al., 2020)
Di Indonesia, khususnya daerah perkotaan, perubahan gaya hidup beberapa remaja lebih memilih mengkonsumsi junk food dengan berbagai alasan salah satunya rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan remaja sangat menyukai minuman ringan dan makanan ringan. cara penyajiannya yang cepat sehingga semua orang bisa makan sambil berdiri atau bahkan sambil berjalan. Makanan ringan, yang biasanya dipilih berdasarkan kemudahan untuk mendapatkan makan tersebut daripada kandungan nutrisinya yang bermanfaat.Â
Perilaku masyarakat yang semakin konsumtif khususnya remaja berakibat pada pola makan dengan gizi yang tidak seimbang dan kelebihan berat badan disebabkan tersedianya junk food.Â
Junk food adalah kata lain untuk makanan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas, yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi kandungan gizinya sedikit seperti makanan keripik kentang yang mengandung garam dan keju (potato chips), permen, hamburger, pizza, makanan yang di goreng seperti ayam goreng (terutama yang digoreng dengan kulitnya), kentang goreng yang bermentega (french fries), minuman soda atau minuman berkarbonasi, minuman manis, mie baso atau mie ayam yang penuh lemak dimana semua makanan tersebut dapat menyebabkan obesitas. (Lovenia Ambariyati et al., n.d.)
Berat badan saat masa remaja menjadi standar yang sangat baik untuk mengetahui risiko seseorang mengalami obesitas atau penyakit yang merugikan di masa depan. Remaja yang kelebihan berat badan saat masa remaja kemungkinannya menjadi obesitas meningkat 20 kali lipat dibandingkan saat masa kanak-kanak.
Anak remaja sebanyak 70% hingga 80% yang kelebihan berat badan memiliki orang tua yang berat badannya juga berlebih, sedangkan hanya 54% hingga 60% anak remaja mengalami kelebihan berat badan, tetapi berat badan orang tuanya normal.Â
Terlepas dari kepentingan status berat badan seseorang saat masa kanak-kanak atau remaja, sangat penting untuk memberikan edukasi bahwa individu dan berat badan berlebih akan menyebabkan perkembangan penyakit di masa mendatang. (Pramudji Hastuti, 2019)
Obesitas terjadi jika lebih banyak kalori yang masuk melalui makanan dari pada di gunakan untuk kebutuhan energi tubuh yang selanjutnya energi tersebut berlebihan kemudian akan di simpan sebagai trigliserida di jaringan lemak sehingga berat badan seseorang melebihi berat badan normal. (Pramudji Hastuti, 2019).Â
Obesitas berasal dari bahasa latin, obesitas yang berarrti lemak atau gemuk atau dapat di artikan kelebihan makanan. menurut WHO obesitas adalah kondisi medis dimana tubuh memiliki kelebihan lemak yang memiliki efek negatif pada Kesehatan yang dapat menyebabkan berkurangnnya harapan hidup atau dapat meningkatkan masalah Kesehatan.Â
Obesitas dapat di definisikan sebagai suatu kelainan yang di tandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Metode yang paling banyak di gunakan untuk mengukur tingkat obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang di dapatkan dengan cara membagi berat badan  seseorang dengan kuadrat tinggi badan (kg/m). (Aung Sumbono, 2021)
Kejadian obesitas dapat di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu Kebiasaan, Lingkungan dan Psikososial. ketiganya ini saling berhubungan terhadap keseimbangan energi dan perubahan berat badan. ketiga domain ini berperan terhadap kejadian obesitas pada remaja. yang pertama faktor kebiasaan (Behavior) yang meliputi gaya hidup, pengetahuan, sikap individu serta model atau panutan yang mereka lihat. misalnya saja mengapa orang terbiasa makan makanan cepat saji (junk food), karena meraka berpendapat bahwasannya makanan cepat saji memiliki nilai sosial yang baik.Â
contoh lain anak jarang bahkan tidak pernah makan buah dan sayur karena melihat orang tua mereka tidak pernah makan buah dan sayur bahkan juga terkadang orang tua tidak menyediakan buah dan sayur di rumah, kedua faktor ekonomi, Sosial dan Budaya, pendapat yang salah mengenai faktor sosial ekonomi adalah semakin gemuk anak menunjukkan bahwasannya keluarganya makin kaya atau menunjukkan anak sehat, padahal kenyataannya tidak demikian karena temuan dari beberapa penelitian justru menunjukkan sebaliknya.Â
Tinggi peluang obesitas lebih besar dimiliki oleh kalangan sosial ekonomi rendah, karena anak dari kalangan ekonomi lebih memiliki memenuhi kebutuhan makan tanpa memperhatikan kualitas dari makanan yang di konsumsi, dan yang ketiga faktor lingkungan (Obesogenic Environment) dimana di lingkungan sekitar banyak berbagai macam makanan murah, mengugah selera, mudah di dapatkan dan cepat penyajiannya  bagi mereka yang tinggal di wilayah tersebut, dan ketika ingin mendapatkannya tidak membutuhkan energi yang banyak untuk bergerak sehingga menyebabkan ketidakseimbangan energi, lingkungan ini banyak di temukan di daerah perkotaan, terutama kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makasar, dan daerah kota lainnya. (Andi Imam Arundhana & Asriadi Masnar, 2021)
Mengkonsumsi junk food merupakan salah satu kebiasan remaja zaman sekarang dimana junk food sangat mudah di temui dan di dapatkan oleh remaja seperti dengan pemesan online, di lestoronan cepat saji, di kafe. Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dapat mengalami obesitas karena tinggi kandungan lemak dan kalori namun rendah akan kandungan serat, vitamin, mineral yang menyebabkan remaja mengalami obesitas.
 junk food merupakan salah satu dari ketiga faktor tersebut yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas maka dari itu di perlukan memperhatiakan pola makan dengan mengkonsumsi buah dan sayur yang memiliki dampak negative terhadap kenaikan berat badan, semakin banyak konsumsi buah dan sayur semakin stabil berat badan seseorang.
DAPUS
Andi Imam Arundhana, & Asriadi Masnar. (2021). obesitas anak dan remaja faktor risiko, pencegahan dan isu terkini (Firdania Oktaviany Hidayah, Ed.; 1st ed.). CV. Edugizi Pratama Indonesia.
Aung Sumbono. (2021). Metabolisme Energi dan Obesitas Seri Biokimia Pangan Dasar . CV. BUDI UTAMA.
Lovenia Ambariyati, Y., Kristianingsih, Y., & Katolik St Vincentius Paulo Surabaya, S. (n.d.). KONSUMSI JUNK FOOD DAN OBESITAS PADA REMAJA.
Pramudji Hastuti. (2019). Genetika Obesitas (Gadjah Mada University Press, Ed.).
Rahmah Hastuti, M. Psi. , P., Dr. Naomi Seotikno, M. Pd. , P., & Pamela Hendra Heng, S. Pd. , M. P. H. , Ph. D. (2020). Remaja Sejahtera Remaja Nasional (CV ANDI OFFSET, Ed.).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H