Mohon tunggu...
Wildatul Muawanah
Wildatul Muawanah Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis

Indahnya berbagi perspektif melalui beragam cara, selain menyampaikan kita juga perlu berani menyuarakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mertua Vs Menantu

28 Maret 2024   11:20 Diperbarui: 28 Maret 2024   12:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal nyaman, memang tidak bisa didefinisikan. Banyak sekali menantu yang memilih untuk tidak tinggal dengan mertuanya, kenapa? sesimpel jawaban "tidak aja", tanpa alasan, apapun.Kita bukan menolak untuk hidup bersama mereka, berbakti, atau menjauhkan mereka dari anak-anaknya, bukan. Kita bukan orang yang sejahat itu. Kita hanya sedang berusaha untuk menjauhi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
Gesekan itu nyata adanya, bahkan ada yang bilang dalam satu rumah tidak boleh ada dua ratu. Takut bertengkar? tidak, bukan seburuk itu. Kita tidak sedang membicarakan anak kecil yang sedang rebutan mainan, lalu bertengkar.
Mertua dan menantu bukan tidak ada yang bisa baikan, temenan, nyalon bareng, bukan tidak ada, dan bukan juga isinya hanya soal pertentangan saja. Banyak juga yang bersama-sama tapi tetap harmonis.
Lalu apa sebenarnya yang ingin aku sampaikan?
Sebagai perumpamaan, kita itu kalau jauh, wangi. Kalau dekat, bau.
Terkadang jarak menjadi alternatif yang benar, yang menumbuhkan rindu, yang mengurangi adanya maslaah, yang mampu menjaga hubungan baik dan menutupi kekurangan. Karena jika satu atap, jeleknya keliatan, malah kalau jauh yang datang sesekali bawa buah tangan, itu jauh lebih baik.
Mungkin kita semua memiliki kebiasaan buruk, dan tidak semua orang akan memaklumi kebiasaan itu.
Kita mungkin bisa menarik hati mertua, seperti bangun lebih awal, bikin sarapan, merapikan rumah, tapi bukankah menjadi diri sendiri senikmat hidup atas pilihan sendiri?
Menjaga hati orang lain itu sama halnya dengan mengiris luka di badan sendiri, gak akan pernah selesai. Upaya membahagiakan orang lain itu baik, tapi tidakkah terlalu lama untuk menyakiti diri sendiri itu juga bagian dari keburukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun