Mohon tunggu...
Wilda Pertiwi
Wilda Pertiwi Mohon Tunggu... -

love my world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

PVMBG tak Maksimal Awasi Sinabung?

24 April 2015   15:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ratusan tahun tidur Gunung Sinabung di Karo menunjukkan karakter aslinya. Waktu meletus pada 29 Agustus 2010 silam banyak masyarakat tak terkecuali pengamat gunung terkaget-kaget. Pasalnya gunung yang berada di Berastagi-Karo itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan meletus.

Sebelumnya Sinabung dimasukkan dalam kategori B. Artinya gunung tersebut diperkirakan tidak akan meletus. Bahkan ada yang menganggap gunung tipe B sebagai gunung mati. Gunung tipe B itu didefinisikan sebagai gunung api yang tidak mempunyai karakter meletus secara magmatik. Namun tidak berarti gunung tersebut tidak berbahaya. Contohnya Sinabung itu sendiri.

Status gunung yang memiliki tinggi 2.460 itu sama seperti saudaranya, Sibayak, atau Merbabu di Yogyakarta.

Lalu kenapa pemerintah, dalam hal ini  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) kecolongan? Dalam salah satu keterangan di media, Surono menyatakan tidak menjadikan gunung tipe B sebagai prioritas. Akibatnya, gunung tersebut tidak dipantau secara rutin. Ini berbeda dengan gunung tipe A yang dipantau selama 24 jam sehari.

Keterangan Surono tentang gunung di atas sama sekali tidak menunjukkan gunung tipe B itu sebagai tidak berbahaya. Sebaliknya, dari keterangan itu tersirat maksud gunung tersebut punya potensi yang sama seperti gunung tipe A, dapat meletus.

Namun karena tidak dipantau rutin maka aktivitasnya tidak terekam secara baik. Jadi, PVMBG sebenarnya tahu tentang potensi itu, tapi karena ‘kondisi tertentu’ lembaga ini tidak bisa memantaunya secara seksama. Apa kondisi tertentu itu? Di sini saya hanya mengira-ngira dari beberapa data tentang PVMBG.

Perlu diketahui, 13 persen gunung api di dunia ada di Indonesia. Gunung api di Indonesia berjumlah 129. Kita punya gunung api terbanyak di dunia.

Dengan kondisi tersebut kita mestinya memiliki lembaga yang canggih dibanding dengan negara-negara lain. Saat ini PVMG hanya memiliki 30 pengamat. Ini tentu saja jauh dari ideal karena jumlah gunung api 129.

Tak hanya itu, PVMG juga terkendala peralatan. Seismograf misalnya. Idealnya minimal ada empat seismograf pada satu gunung api. Namun masih banyak gunung api yang hanya menggunakan satu seismograf. Saat ini baru sekira 50 persen gunung api yang menggunakan empat sismograf.

Mungkin karena keterbatasan itulah kenapa PVMBG tidak punya catatan yang baik tentang gunung yang masuk dalam tipe B. Semoga hal ini segera dibenahi sehingga mitigasi bencana erupsi gunung bisa dilakukan secara maksimal. Dan kita tak kecolongan lagi.

Sumber tulisan:

http://news.okezone.com/read/2014/05/16/526/985745/sang-penjaga-gunung

http://merapi.bgl.esdm.go.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun