Untuk mencegah dan mengobati anemia, pendekatan yang komperhensif diperlukan. Gizi seimbang dengan asupan makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, sayuran berdaun hijau, dan kacang-kacangan sangat penting untuk mencegah anemia. Suplementasi zat besi juga sering direkomentasikan untuk Wanita hamil dan anak-anak di wilayah dengan prevalensi tinggi anemia. Selain itu, fortifikasi makanan dengan zat besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan asupan nutrisi pada populasi berisiko. Pengobatan medis untuk anemia tergantung pada penyebabnya. Pada anemia defisiesi besi, suplemen zat besi biasanya diresepkan. Pada kasus anemia akibat penyakit kronis atau faktor genetik, pengobatan lebih kompleks dan mungkin melibatkan transfusi darah, terapi hormon, atau pengobatan penyakit yang mendasari.
Untuk menangani anemia secara efektif, diperlukan kebijakan Kesehatan yang kuat. Pemerintah, Bersama dengan organisasi internasional seperti WHO dan UNICEF, perlu bekerja sama dalam Menyusun program Kesehatan yang fokus pada pencegahan anemia. Kampanye edukasi Masyarakat mengenai pentingnya nutrisi yang baik dan suplementasi harus terus digalakkan, terutama didaerah dengan Tingkat anemia yang tinggi. Pasien dengan anemia gizi akibat kekurangan zat besi harus diberi edukasi tentang makanan yang kaya akan zat besi. Makanan seperti sayuran berdaun hijau, tahu, daging merah, kismis, dan kurma mengandung banyak zat besi. Vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan. Pasien harus disarankan untuk menghindari teh atau kopi yang berlebihan, karena dapat menurunkan penyerapan zat besi. Pasien yang mengonsumsi suplemen zat besi oral harus diberi edukasi tentang risiko sembelit dan risiko mengeluarkan tinja berwarna hitam pekat. Pasien harus disarankan untuk menghubungi dokter jika mengalami intoleransi berat terhadap zat besi oral, karena mereka mungkin menjadi kandidat untuk suplemen zat besi IV.
Pasien vegan dan vegetarian, yang mungkin kekurangan vitamin B12 harus disarankan untuk mengonsumsi makanan yang diperkaya dengan vitamin B12, seperti produk nabati dan kedelai tertentu. Pasien yang menjalani operasi selongsong lambung dan gastrektomi selongsong memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan vitamin B12 dan folat, karena hilangnya permukaan penyerapan di ileum terminal.
Selain itu, penting untuk meningkatkan akses terhadap layanan Kesehatan, sehingga diagnosis dan pengobatan anemia dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran. Program fortifikasi makanan dan distribusi suplemen harus di perluas untuk mencapai kelompok Masyarakat yang paling berisiko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H